"Anya, apakah kamu pernah mencintaiku? Sedikit saja?" pertanyaan Raka membuat Anya berhenti bergerak. Kata-kata Raka itu seperti pisau yang tajam, menusuk bagian terlemah dari hatinya. Membuat hati Anya terenyuh.
'Bagaimana aku harus menjawab pertanyaanmu, Raka?' pikirnya dalam hati.
Sejak aku kecil hingga remaja, hanya kamu satu-satunya pria yang aku cintai. Mengapa kamu masih meragukan cintaku? Mengapa kamu bisa berpikir bahwa aku tidak pernah mencintaimu?
Aku menemanimu untuk pergi kencan meski aku kelelahan bekerja atau pun belajar. Aku bahkan sampai tertidur di bioskop hanya untuk menemanimu menonton film kesukaanmu.
Apakah kamu pikir aku menerima uang dari ibumu dengan sukarela dan bahagia saat memutuskan hubungan denganmu?
Jika aku tidak mencintaimu, mengapa aku mau bersama denganmu tiga tahun yang lalu?
Jika aku tidak mencintaimu, mengapa aku tidak bisa mencintai siapa pun setelah tiga tahun berlalu?