Tải xuống ứng dụng
46% My Soully Angel (Jodoh Sang Dewa Api) / Chapter 46: Bab 46

Chương 46: Bab 46

"Kau yakin akan berangkat kerja, Sayang?" tanya Yafizan yang terus menerus bertanya.

"Oh, kurasa ini sudah yang ke seratus kalinya kau bertanya. Dan jawabanku akan tetap sama. Aku, akan be-ker-ja," jawab Soully mulai merasa jengah dan mengeja tegas kata bekerja di akhir kalimatnya. "Aku tak enak dengan Mr.Govind, dia sudah berbaik hati dan tak etis lagi-lagi aku selalu menghilang setelah hari pertama kerja hanya karena aku sakit," jelasnya

"Kau berlebihan, Sayang. Memangnya kau semacam alat penghitung pertanyaan?" tukasnya yang lalu memeluk pinggang istrinya itu dari belakang dan membenamkan wajahnya di pundak istrinya itu. "Lagipula kau sakit memang fakta. Kau kan belum sembuh betul dan...apa tanganmu baik-baik saja? Kau mencabut sendiri infusannya, apa tidak sebaiknya dokter sialan itu memeriksa keadaanmu terlebih dahulu?" ucapnya dengan nada manja lalu mencium punggung tangan dan pipi Soully.

"Kau ini, kenapa mulai dari pagi terus-terusan memeluk dan menciumku? Dan satu lagi, namanya Erick, bukan dokter sialan. Lagipula bukankah kau tidak suka padanya, dia bahkan sepupumu. Apa tidak masalah jika kau memanggilnya dan memeriksaku?" celoteh Soully.

"Kenapa? Apa tidak boleh? Aku berhak atas dirimu. Semua yang ada di dirimu adalah milikku. Dan ya...sesungguhnya aku tak suka jika dia menyentuhmu. Tapi apa benar tanganmu ini tidak sakit?" cemasnya menilik tangan mungil Soully.

"Sungguh. Sikap sombongmu itu tak pernah hilang," Soully mengerlingkan bola matanya jengah. "Tapi meskipun begitu terima kasih karena kau tetap mencemaskanku. Tenang saja, ini bahkan lebih aman di banding waktu pertama kali aku terbangun dari koma dan mencabutnya secara paksa," terangnya menenangkan. Yafizan tersenyum lega lalu diciumnya berkali-kali pipi Soully gemas walaupun sebenarnya ia masih khawatir.

"Sayang...kau menggodaku," ucapnya lirih dengan nada sensual.

"Hei, siapa yang menggoda siapa?" Soully memukul lengan Yafizan yang sedang memeluk pingganggnya. Dan mereka pun tertawa.

"Oke, tapi dengan satu syarat. Kau jangan bekerja terlalu keras."

"Hm."

"Jangan porsir tubuhmu dan jangan terlalu dekat dengan si meler-meler itu."

"Miller...Sayang."

"Whatever! Aku tak suka ia dengan beraninya mendekatimu, apalagi menyentuhmu!" tegasnya posesif.

"Iya, iya...kau ini cerewet sekali," ujar Soully mengusap pipi Yafizan lalu mengecupnya sekilas. Yafizan terdiam, karena jarang-jarang Soully berinisiatif menciumnya walau hanya di pipi.

"Kau...benar-benar menggodaku," ucapnya seraya mencium bibir Soully dan melumatnya dengan mesra.

***

Mobil-mobil mewah itu datang beriringan dan berhenti tepat di depan lobby perusahaan yang sangat dikenal di seluruh negeri. Pertama, keluar sosok Miller yang disambut ramah oleh karyawan yang sedang berlalu lalang. Dengan gaya yang elegant ia berjalan tegak diikuti oleh Bimo di belakangnya. Lalu disusul sosok kedua, Mr.Govind yang tiba dan sama diperlakukan hormatnya oleh karyawan yang menganggap dia salah satu petinggi di perusahaan itu. Ia pun bergegas menyusul Miller untuk masuk bersama ke dalam lift. Terakhir, sosok yang paling dihormati dan disegani para karyawan yang tak lain dan tak bukan, dialah pemimpin tertinggi serta pemilik gedung perusahaan itu, Yafizan. Tak lupa Rona selalu mendampingi di manapun bosnya itu berada.

"Sepertinya suasana Bos Yafi sedang baik. Lihatlah, pagi ini ia tersenyum ramah dan membalas penghormatan orang-orang padanya. Biasanya kan tidak seperti itu," bisik seseorang. Dan orang lain menanggapi.

Ya, bagaimana suasana hatinya tak baik jika saat ini ia memang sedang dalam suasana yang sangat baik sekali. Terlebih dirinya dan Soully sedang kasmaran.

Yafizan bertatap pandang dengan Miller yang menatapnya dengan penuh kebencian. Ia memalingkan muka seolah tak ingin berhadapan dengan pria yang dengan sikap berani mendekati istrinya.

Tak jauh dengan Rona yang memalingkan muka dari sikap canggungnya karena ia mengetahui siapa Miller sebenarnya. Namun, apa yang Rona penasarankan tidak bisa ia ungkapkan dalam hatinya, pasalnya apa yang ia gumamkan dalam hati tak bisa ia utarakan karena sudah pasti Yafizan akan mengetahuinya.

"Selamat pagi," sapa Soully ketika tiba memecah perseteruan keheningan yang membentang di antara para pria yang saling membuang pandang itu di depan pintu lift yang sudah terbuka lebar.

Tatapan Miller dan yang lainnya merasa terkesiap seakan ada sosok lain yang menyapa mereka. Sehingga pintu lift yang tadinya terbuka kini menutup kembali.

Soully dengan rambut yang di poni depannya, membuat tampilannya semakin terlihat muda. Apalagi Yafizan yang tak berhenti berkedip melihat Soully dengan tampilan yang berbeda, padahal tadi sewaktu berangkat keluar dari apartement rambut Soully masih seperti biasa.

Kapan ia pergi ke salon?

"Pagi, Sayang," balas sapa Miller membuat Yafizan menggertakkan gerahamnya, menahan emosi yang bergejolak.

"Maaf, Tuan Miller bisakah anda memanggil namaku saja? Akan sangat aneh jika anda memanggilku seperti itu," tukas Soully yang sudah tahu jika suaminya merasa kesal.

"Oh, maaf. Tapi aku memang menyayangimu," ucapnya dengan ekspresi datar dan disengaja.

"Lalu, kenapa kalian berkumpul di depan lift dan tak masuk ke dalamnya?" tanya Soully yang merasa heran.

"Kami memang mau masuk," kata Yafizan ketus kemudian berlalu meninggalkan Soully dan yang lainnya saat pintu lift terbuka lagi.

Soully memandang wajah Yafizan yang sudah mulai kesal. Dia tak melirik ke arahnya sekalipun.

"Kenapa dia jadi kesal padaku? Tuan Miller yang berulah, aku yang kena imbasnya. Ouhh, kami bahkan baru berbaikan..." gumam Soully dalam hati.

Tentu saja Yafizan masih sempat mendengarkan suara hati Soully ketika pintu lift pribadinya masih terbuka dan perlahan mulai menutup. Yafizan menyeringai karena memang ia tak merasa kesal pada istrinya itu, melainkan pada Miller yang selalu menyebabkan ia terprovokasi.

Dengan langkah gontai Soully memasuki lift lain bersama Miller, Bimo dan tentu saja Mr.Govind. sebenarnya Mr.Govind sibuk sendiri dari tadi karena menerima panggilan telepon masuk dari para kliennya. Miller tersenyum sendiri melihat ekspresi wajah Soully yang ditekuk dengan bibir yang hampir menyerupai kerucut, bahkan dengan penampilannya yang sekarang semakin membuat dirinya seperti anak kecil yang merajuk karena tak dikabulkan permintaannya.

Bimo hanya memperhatikan tuannya yang kini dalam berada suasana hati yang baik. Dia merasa yakin jika Soully adalah mood booster untuk tuannya Miller, dan mungkin, bahkan untuk semua para manusia 'istimewa' seperti mereka yang tak bisa dipungkiri lagi, termasuk Erick, Rona bahkan dirinya pun merasa terlindungi ketika Soully berada di antara mereka. Selama melayani tuannya Miller, baru kali ini ia banyak melakukan hal yang baik dengan tidak menyakiti siapapun yang menjadi halangan ataupun sesuatu yang membuat Miller marah. Semenjak bertemu Soully, tuannya Miller menjadi lebih manusiawi walaupun rasa dendamnya yang menahun itu belum bisa hilang dari hatinya. Setidaknya, saat ini Bimo bisa menjadi orang baik-baik dengan tidak menyakiti siapapun.

***

"Mr.Miller, kurasa kita harus segera melaksanakan rencana kita untuk menayangkan acara reality show itu. Karena para investor sudah menagih janji kita menayangkan acara yang berkualitas," ucap Mr.Govind berantusias saat ia sudah selesai menerima panggilan telepon dari berbagai kolega, klien, bahkan para investor yang hanya ingin memastikan kapan acara reality show bertajuk Adventure and Challenge itu ditayangkan.

"Baiklah, kurasa juga sebaiknya kita segera memulai proyek ini. Kemarin kita sudah mengadakan meeting bersama dan membahas semuanya. Kurasa para kru dan tim semuanya sudah mempelajari dan menyiapkan segalanya," timpal Miller semangat. "Soully, apa kau sudah mempelajari semua berkas-berkas itu?" tanyanya namun yang ditanya hanya terdiam, entah fikirannya melayang ke mana.

Tuk tuk

Miller mengetuk meja depan Soully membuyarkan lamunannya. "Ah, ya? Kenapa Tuan?" seru Soully terkejut.

"Kau, melamun apa? Dan satu lagi. kenapa masih memanggilku tuan?" tanya Miller yang gemas melihat tingkah Soully, namun ekspresinya tiba-tiba berubah cemas melihat memar yang tadinya tertutup rambut yang di poni itu tersingkap serta punggung tangan yang di balut plester itu terlihat jelas. "Kau...apa kau merasa sakit? Apa ada yang tidak enak?" cemasnya dengan berbagai pertanyaan yang secara otomatis dia mengangkat tangannya serta menyentuh kening Soully, memastikan perempuan yang dikira Mayra itu tidak demam.

Soully menjauhkan diri dari sentuhan tangan Miller pada wajahnya. "Aku tak apa..." ucapnya lirih.

"Huft, syukurlah. Apa kepalamu masih sakit? Dan tanganmu ini, apa kau mencabut jarum infusmu sendiri? Seharusnya kau istirahat saja jika masih kurang sehat," ujar Miller lembut dan perhatian.

"Ini...(Soully meraba keningnya) tak apa, aku bisa mengoleskan salepnya lagi nanti. Apa ini masih terlihat? Padahal aku memotong rambutku membentuk poni depan untuk menutupi memarnya," ucapnya kikuk.

"Kau...cantik." ucapan Miller membuat pipi Soully memerah.

"Tuan, tolong jangan seperti itu," sanggah Soully.

"Kenapa? Kau memang cantik," jujur Miller yang entah kenapa perasaan sayangnya melebihi perasaan kakak terhadap adiknya.

Ada apa dengan perasaan ini. Jika memang benar dia Mayra, kenapa hatiku berdetak dan meracau seperti ini?

"Apa kalian berkencan?" suara khas logat Mr.Govind membuyarkan suasana. Seakan lupa kehadiran Mr.Govind yang tengah berada di ruangan mereka saat itu. "Kalau begitu aku permisi dan lanjutkan kencan kalian," imbuhnya tersenyum geli.

"Tidak Mr.Govind! Ini tidak..." kilah Soully membela diri.

"Tak apa, aku merestui hubungan kalian," tukas Mr.Govind seolah mendukung. "Tapi kuharap kalian tetap profesional dalam pekerjaan. Dan kunanti kesuksesan acara yang akan kita tayangkan segera, tentu saja karena kau PD-nya, Mr.Miller," imbuhnya pamit meninggalkan ruangan.

Soully masih ternganga karena tak menduga jika Mr.Govind akan berfikiran seperti itu. Sedang Miller yang merasa dapat dukungan ia hanya tersenyum bangga. Bimo sang asisten hanya bisa menyimak di balik meja kerjanya. Ia hanya fokus pada pekerjaannya walaupun sesekali ia melirik tingkah laku dua insan yang ada di hadapannya.

"Kuharap kau tidak menanggapi ucapan Mr.Govind. Itu tidak masuk di akal dan kau pun tahu jika aku sudah menikah, bukan?" ujar Soully menutup pembicaraan. Ia langsung fokus pada tugas dan pekerjaannya.

Mendengar ucapan Soully membuat Miller tersenyum getir penuh ironi. Terselip rasa jengkel mengingat status Soully sebagai istri Yafizan yang memang benar adanya. Rasa kecewa terselip dalam dirinya. Ditatapnya wajah Soully dengan penuh rasa sayang. Tak mungkin bila ia pada akhirnya menyakiti Soully bukan?

"Kenapa anda masih di situ, Tuan? Bukankah Mr.Govind sudah memperingatkan anda agar menyiapkan acara yang sukses?" sahut Soully bertanya namun dirinya masih fokus pada berkas yang sedang di pelajarinya tanpa melihat ke arah Miller.

Miller tersenyum mendengar ucapan Soully dan melihat tingkah lakunya.

Bagaimana ia bisa tahu jika aku terus memperhatikannya?

Miller beranjak berdiri dari duduknya di atas meja kerja Soully. Lalu menatap wajah Bimo dengan tajam seolah tak peka dengan suasana saat ini. Dihelanya nafas dengan kasar karena sang pengawal itu masih konsisten dengan ekspresi datarnya. Lalu ia pun duduk di kursi kebesarannya. Sambil sesekali mencuri pandang ke arah Soully dan tersenyum simpul.

***

Bersambung...

Jangan lupa tekan Like, Favorite, Comment & Vote kalo udah baca yaa

Silent Readers, mana suaranya???

Dukung selalu penulis yang amatir ini yak

Tengkuyy yang masih dan mau baca Novel ini 😘


Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C46
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập