.
.
.
Seorang pemuda manis melangkahkan kakinya kedalam gedung kampusnya dengan senyum manis dengan mendapatkan decak kagum dari para pria dan wanita yang melihatnya.
Park jimin, pagi ini dia merasa sangat senang mungkin karena moodnya hari ini sedang bagus.
"Tae!!" Orang yang merasa disebut namanya menolehkan kepalanya dan tersenyum lebar melihat sahabatnya kemudian taehyung pun menghampiri jimin.
"Eoh.. Kemana Hyung mu, biasanya kalian ke kampus bersama?"
"Hari ini hyunie hyung tidak ikut ke kampus karena tak ada kelas jadi dia hanya mengantarku."
"Hm, begitu.. Oh ya kuperhatikan hari ini kau terlihat senang sekali. Apa terjadi sesuatu eoh?"
"T-tidak.. Tidak terjadi apa-apa kog."
"Hmm benarkah?! Hum.."
Tahyung senang sekali menggoda jimin yang mulai tersipu dan tak berapa lama seseorang sudah berdiri di belakang jimin dan memeluknya.
"Selamat pagi sayang!" Ucap wonho pada kekasih mungilnya.
"Astaga!! Kau mengagetkanku."
"Hmm benarkah?" Ucap wonho sambil menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher jimin dan mengecupnya.
"Ish.. Wonho-ah kita di tempat umum kalau kau lupa."
"Ekhem.." Taehyung yang melihat adegan romantis di pagi hari hanya bisa memutar bola matanya malas.
"Hey, masih ada aku disini. Jim, sejak kapan? Dan siapa dia kenapa bisa ada disini?"
"Oh iya, tae kenalkan dia jeon wonho maba disini dia masuk hari ini."
"Dan kekasih jimin. Salam kenal." Sela wonho dan mendapat pukulan sayang dari jimin di bahunya.
"Ish.. Kau ini.."
"Hmm.. Begitu baguslah biar para seme tak menggangunya lagi."
"Yak! Mulutmu tae ada-ada saja." Ucap jimin dengan tatapan tak percaya sahabat satu-satunya mulutnya terlalu bocor.
"Benarkah? Wah aku tak percaya ternyata sainganku banyak juga."
𝙍𝙞𝙞𝙞𝙞𝙞𝙞𝙣𝙜..
"Wonho-ah aku ke kelas dulu ne.."
"Oke baby, aku juga akan ke ruangan rektor dulu. Bye baby.. Cup.." Wonho pun beranjak dari sana sebelumnya memberikan kecupan di pipi jimin.
Kelas pun di mulai jimin dan taehyung sudah duduk ditempatnya dan memperhatikan pelajarannya.
Tak beberapa lama lee-saem seorang Dekan di kampus ini dengan seseorang pemuda di belakangnya masuk ke kelas itu.
Taeyung menyenggol lengan jimin yang duduk di sebelahnya .
"Jim, bukannya itu wonho kekasihmu."
Jimin yang menatap buku dengan tanganya yang sibuk menulis pun mendongakkan kepalanya menatap ke depan sana.
"Astaga benar tae, apa dia sekelas dengan kita?!"
"Semuanya tolong perhatiannya! Di kelas kita mendapat mahasiswa baru pindahan dari paris. Silahkan perkenalkan dirimu."
"Ne terima kasih, annyeonghaseo
Jeon wonho imnida." Ucap wonho memperkenalkan diri dengan senyuman lebarnya.
Semua yang ada di dalam kelas mulai berbisik-bisik riuh. Kecuali jimin yang dari awal tersenyum senang karena bisa satu kelas dengan kekasihnya.
"Hey, kalian tak perlu berbisik lebih baik kalian tanyakan kalau ada yang ingin kalian tanyakan."
Salah satu gadis yang bernama irene mengangkat tangannya.
"Ya kau, apa yang mau kau tanyakan.." Ucap min-saem menunjuk irene yang mengangkat tangannya.
"Wonho-sshi apa kau punya kekasih?" Riuh suara para gadis setelah pertanyaan itu di lontarkan.
"Sudah, dia juga kuliah disini dan berada di kelas ini." Ucap wonho dengan mantap dan membuat jimin merona dan menunduk malu.
"Wah chim..eoh lihat wajahmu merona.." Bisik taehyung yang menggoda jimin.
"Siapa?" Tanya irene kembali. Dan wonho pun menunjuk kearah jimin yang menunduk.
"Dia." Semua di kelas itu pun menoleh pada orang yang ditunjuk wonho "pria yang sedang menunduk Itu adalah kekasihku, park jimin." Lanjut wonho. Mereka semua pun ricuh dengan jawaban wonho dan jimin semakin menundukkan kepalanya malu.
"Tenang semuanya kembali ke pelajaran kita. Dan kau wonho-sshi duduklah di tempat yang kosong di belakang jimin."
"Ne terima kasih saem"
Wonho pun berjalan ke arah meja tepat di belakang jimin.
"Hey, baby! Aku senang sekali bisa memandangmu setiap saat.." Ucap wonho menggoda kekasihnya.
"Aish.. Kau ini, sudah perhatikan depan sana."
"Aku sudah memperhatikan dirimu yang ada di depanku."
"Ishh.. Terserah." Wonho pun terkekeh melihat kekasihnya yang sedang kesal.
•••
Di tempat lain, seokjin yang berada di basecamp yang biasa dia dan sahabatnya berkumpul sedang sendiri termenung mengingat kejadian kemarin malam.
𝙁𝙡𝙖𝙨𝙝𝙗𝙖𝙘𝙠
𝘚𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘤𝘢𝘧𝘦 𝘫𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘥𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘳𝘢 𝘴𝘢𝘩𝘢𝘣𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪 𝘬𝘦 𝘤𝘭𝘶𝘣 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘣𝘪𝘢𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘬𝘮𝘢𝘵𝘪 𝘮𝘪𝘯𝘶𝘮𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘭𝘬𝘰𝘩𝘰𝘭.
𝘏𝘦𝘯𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘶𝘴𝘪𝘬 𝘬𝘦𝘳𝘢𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘱𝘢 𝘱𝘦𝘯𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘳𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘭𝘪𝘮𝘢 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘴𝘶𝘬𝘪 𝘤𝘭𝘶𝘣 𝘪𝘵𝘶.
𝘚𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘣𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬 𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘬𝘢𝘪 𝘱𝘢𝘬𝘢𝘪𝘢𝘯 𝘬𝘶𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘮𝘶𝘭𝘢𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘦𝘬𝘢𝘵𝘪 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢. 𝘉𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘨𝘦𝘳𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘨𝘰𝘥𝘢.
"𝘏𝘢𝘺, 𝘮𝘢𝘶 𝘵𝘦𝘮𝘢𝘯 𝘮𝘪𝘯𝘶𝘮 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘭𝘢𝘯𝘨𝘴𝘶𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘮𝘢𝘪𝘯?" 𝘜𝘤𝘢𝘱 𝘸𝘢𝘯𝘪𝘵𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘯𝘢𝘮𝘢 𝘭𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘦𝘬𝘢𝘵𝘪 𝘫𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬.
"𝘛𝘪𝘥𝘢𝘬, 𝘵𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩" 𝘑𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘶𝘤𝘢𝘱 𝘥𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯 𝘭𝘪𝘴𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘦𝘤𝘢𝘬 𝘬𝘦𝘴𝘢𝘭.
𝘑𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘱𝘶𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘮𝘱𝘪𝘳𝘪 𝘮𝘦𝘫𝘢 𝘣𝘢𝘳 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘦𝘴𝘢𝘯 𝘮𝘪𝘯𝘶𝘮𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘣𝘢𝘳𝘵𝘦𝘯𝘥𝘦𝘳.
"𝘠𝘶𝘯𝘩𝘰-𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘳𝘦𝘥 𝘸𝘪𝘯𝘦"
"𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘵𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘴𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘣𝘪𝘢𝘴𝘢?"
"𝘈𝘬𝘶 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘬 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘮𝘢𝘣𝘶𝘬."
"𝘖𝘬 𝘵𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘯𝘵𝘢𝘳."
𝘚𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘺𝘶𝘯𝘩𝘰 𝘴𝘪 𝘣𝘢𝘳𝘵𝘦𝘯𝘥𝘦𝘳 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘴𝘢𝘯𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘯𝘶𝘮𝘯𝘺𝘢.
"𝘔𝘪𝘯𝘨𝘺𝘶-𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘶 𝘪𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘱𝘳𝘪𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘯𝘢𝘮𝘢 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘬𝘶𝘤𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶?"
"𝘑𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘢𝘯𝘢?"
"𝘗𝘢𝘳𝘬 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘮 𝘴𝘪 𝘱𝘳𝘪𝘢 𝘤𝘢𝘯𝘵𝘪𝘬 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘹𝘺 𝘪𝘵𝘶.."
𝘑𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘳 𝘴𝘦𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘭𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘣𝘶𝘵 𝘯𝘢𝘮𝘢 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯, 𝘭𝘢𝘯𝘨𝘴𝘶𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘫𝘢𝘮𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘯𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘳𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢.
"𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨𝘯𝘺𝘢?"
"𝘚𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘭𝘪𝘱𝘢𝘵 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘤𝘢𝘯𝘵𝘪𝘬 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘯𝘪𝘴 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢𝘢𝘯. 𝘈𝘱𝘢𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘱𝘢𝘯𝘵𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘹𝘺𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘰𝘸.. 𝘐𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘮𝘢𝘴𝘯𝘺𝘢.
"𝘈𝘪𝘴𝘩.. 𝘚𝘪𝘢𝘭𝘢𝘯! 𝘬𝘢𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵𝘬𝘶 𝘵𝘦𝘨𝘢𝘯𝘨" 𝘒𝘦𝘥𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘱𝘶𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘵𝘢𝘸𝘢. 𝘑𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘳𝘢𝘴𝘬𝘢𝘯 𝘳𝘢𝘩𝘢𝘯𝘨𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘮𝘢𝘳𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳-𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘶𝘭𝘶𝘵 𝘢𝘬𝘪𝘣𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘶𝘢.𝘫𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘱𝘶𝘯 𝘵𝘶𝘳𝘶𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘶𝘳𝘴𝘪𝘯𝘺𝘢𝘥𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘢𝘣𝘢-𝘢𝘣𝘢 𝘭𝘢𝘯𝘨𝘴𝘶𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘫𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢.
"𝘉𝘦𝘳𝘢𝘯𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘢𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘪𝘤𝘢𝘳𝘢𝘬𝘢 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘸𝘢𝘫𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘴𝘶𝘮 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘩𝘶𝘩.."
𝘽𝙪𝙜𝙝𝙝.. 𝘽𝙪𝙜𝙝𝙝..
𝘽𝙧𝙖𝙠𝙠
𝙋𝙧𝙖𝙖𝙖𝙣𝙜..
𝘒𝘦𝘬𝘢𝘤𝘢𝘶𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘶𝘭𝘢𝘩 𝘫𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳-𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘵𝘢𝘬 𝘵𝘦𝘳𝘬𝘦𝘯𝘥𝘢𝘭𝘪. 𝘚𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘬 𝘸𝘢𝘳𝘢𝘴 𝘫𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘮𝘦𝘮𝘶𝘬𝘶𝘭𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘴𝘬𝘪𝘱𝘶𝘯 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘣𝘦𝘳𝘢𝘱𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘰𝘣𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘳𝘪𝘬 𝘵𝘶𝘣𝘶𝘩 𝘫𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱 𝘵𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘴𝘪𝘭.
𝘌𝘯𝘵𝘢𝘩 𝘪𝘣𝘭𝘪𝘴 𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘯𝘥𝘢𝘭𝘪𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢.
𝙁𝙡𝙖𝙨𝙝𝙗𝙖𝙘𝙠 𝙤𝙛𝙛
"Jin.. Seokjin.. Hey jin-ah!"
"E-eoh.. hobi kau tidak kuliah?"
"Aku tidak ada kelas hari ini, kau tidak kerja?"
"Hey.. Apa kau lupa kalau aku pemilik toko itu, terserah aku mau datang atau tidak." Ucap jin dengan malas. Yah, jin pemilik sebuah toko pakaian dan aksesoris merk ternama bertempat pada pertokoan di kawasan gangnam.
"Terus kenapa kau melamun seperti itu?"
"Aku masih memikirkan kejadian semalam hobi-ah, aku tak menyangka jungkook akan berubah seperti itu. Benar-benar menyeramkan."
"Benar hyung, aku juga tak pernah melihatnya seperti itu. Ternyata pengaruh pria bernama jimin itu sangat besar pada jungkook."
"Aku takut kalau jungkook tak bisa mendapatkan jimin akan lebih parah dari yang semalam."
"Ne, aku juga berpikiran sama denganmu."
"Bagaimana kalau kita membantu jungkook untuk mendapatkan jimin?"
"Caranya?"
"Kau ingat kata-kata jungkook di cafe beberapa hari yang lalu?"
"Yang mana hyung? Jangan main tebak-tebakan hyung langsung saja! Aish.. Kau ini hyung."
"Waktu itu jungkook pernah berkata kalau mendapatkan jimin dengan lembut tak bisa, maka akan menggunakan cara kasar."
"Jadi, maksudmu."
"Ya.. Bagaimana kalau kita...."
•••
"Baby, ayo kekantin.."
"Ne, tunggu sebentar." Jimin membereskan buku-bukunya dan setelah beranjak ke kantin bersama wonho. Taehyung? Dia sudah keluar kelas lebih dulu karena mendapat telepon dari kekasihnya.
"Oh ya sayang, nanti malam appa mengundangmu makan malam dirumah."
"Hm.. Ne..MWO? Ap-appa park?" Wonho terkejut dengan ucapan jimin karena tuan park mengundangnya makan malam.
"Iya sayang, kenapa kau terkejut seperti itu eoh??"
"Karena appa park yang mengundang jadi aku sangat terkejut sayang" Ucap wonho sambil meletakkan salah satu tangannya pada pinggang ramping jimin.
"Jadi, kau datang?" Tanya jimin dengan puppy eyesnya.
"Ya tentu saja!"
"Yeeeyy..!!"
"Astaga sayang jangan tunjukan keimutanmu itu di tempat umum."
Ucap wonho yang menangkup wajah jimin dengan kedua tangannya.
"Aish.. Apa sih.. " Jimin menepis tangan wonho dan segera berlalu ke kantin mendahului wonho.
𝙎𝙠𝙞𝙥 04.00𝙥𝙢
Para mahasiswa dan mahasiswi telah keluar dari kampus. Jimin dan wonho pun keluar dan menuju tempat parkir. Keduanya belum beranjak untuk pulang kerumah wonho masih menemani jimin yang menunggu hyungnya.
~ 𝘊𝘢𝘶𝘨𝘩𝘵 𝘪𝘯 𝘢 𝘭𝘪𝘦
𝘚𝘶𝘯𝘨𝘺𝘦𝘰𝘭𝘩𝘢𝘦𝘵𝘥𝘦𝘰𝘯 𝘯𝘢𝘭 𝘤𝘩𝘢𝘫𝘢𝘫𝘸𝘰
𝘐 𝘨𝘦𝘰𝘫𝘪𝘵 𝘴𝘰𝘨𝘦 𝘩𝘦𝘦𝘰𝘯𝘢𝘭 𝘴𝘶 𝘦𝘰𝘣𝘦𝘴𝘰
𝘕𝘢𝘦 𝘶𝘴𝘦𝘶𝘮𝘦𝘶𝘭 𝘥𝘰𝘭𝘭𝘺𝘦𝘰𝘯𝘸𝘢𝘫𝘸𝘰 ~
Ponsel jimin pun berdering ada panggilan masuk pada ponselnya. namun bukan nomor hyungnya akan tetapi nomor tak dikenal. Jimin pun mengangkat panggilan masuk mungkin penting pikirnya.
"Annyeong!"
"𝘋𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘳𝘬 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯?" Tanya seseorang yang berada di seberang sana pada jimin.
"Ya benar, anda siapa?"
"𝘚𝘢𝘺𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘰𝘭𝘰𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘬𝘢𝘬𝘮𝘶?"
"Menolong? Maksud anda?"
"𝘛𝘢𝘥𝘪 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘬𝘦𝘤𝘦𝘭𝘢𝘬𝘢𝘢𝘯 𝘥𝘪 𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘹𝘹𝘹𝘹𝘹. 𝘈𝘱𝘢 𝘬𝘢𝘶 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘦𝘮𝘱𝘶𝘵 𝘥𝘪𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩𝘬𝘶?"
"Tentu bisa, tolong kirimkan alamatmu."
"𝘉𝘢𝘪𝘬𝘭𝘢𝘩, 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘳𝘪𝘮𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢."
"Ne terima kasih"
Setelah menerima panggilan itu jimin pun panik dan meminta wonho untuk mengantarnya.
"Wonho-ah tolong antar aku untuk menjemput hyunie hyung." Dengan panik jimin menarik-narik lengan wonho.
"Ada apa dengan hyunie hyung?"
"Penelpon tadi bilang kalau hyung mendapat kecelakaan. Dan dia membawa hyung kerumahnya."
"Apa kau tahu alamatnya..?"
"Belum. tapi, sebentar lagi dia.."
𝙏𝙞𝙣𝙜
Tanda pesan masuk pada ponsel jimin
"Ah ini.."
Jimin pun menunjukan alamat itu pada wonho dan kemudian bergegas pergi dari kampus dan segera menuju ke alamat itu.
Setelah dua puluh menit mobil wonho sampai pada alamat itu.
"Baby, apa benar disini?"
"Ya.. Benar ini alamatnya." Ucap jimin sambil menatap pada ponselnya.
Mereka berdua sampai pada pintu rumah tersebut dan mebunyikan bel pintu. Tak berapa lama pintu itu terbuka menampilkan seorang pria yang bertubuh tinggi dan tampan.
"Kau park jimin?"
"Ne. Apa kau yang menghubungiku tadi?"
"Benar. Mari silahkan masuk" Ucap pria itu mempersilahkan masuk jimin dan wonho.
"Di mana hyungku?"
"Dia ada di kamarku di lantai atas."
"Ah..baiklah tolong biarkan aku melihatnya."
"Ne mari.."
Mereka bertiga pun berjalan menuju lantai atas namun saat menaiki tangga hal tak terduga terjadi.
Seseorang berpakaian hitam dengan wajah yang tertutup masker memukul kepala wonho dari belakang. Menimbulkan teriakan dari wonho.
"Akhhh.."
Wonho pun jatuh tak sadarkan diri sedangkan jimin membalikan badan kearah wonho dan terkejut dengan apa yang menimpa kekasihnya.
"Wonho-ah!.. Apa yang kau lakukan?" Jimin memekik melihat tubuh kekasihnya yang sudah berada dilantai tak sadarkan diri.
Saat jimin akan turun untuk melihat keadaan wonho, dari belakang pria yang tadi yang membukakan pintu untuknya membekap mulut dan hidung jimin dengan sapu tangan yamg sebelummya di beri obat bius.
"Emmmpht. Mmmph..!" Dan setelah beberapa saat kemudian jimin pun jatuh tak sadarkan diri.
Pria itu pun segera membawa tubuh jimin yang berada dalam gendongannya kedalam sebuah kamar yang berada di lantai atas dan ternyata disana sudah ada yang menunggunya.
"Bos aku sudah mendapatkannya!"
"Bagus chanyeol-sshi bawa dia ke ranjang itu biar ku urus sisanya. Uangmu akan segera ku transfer ke rekeningmu." Ucap orang itu pada orang suruhannya yang bernama chanyeol.
"Terima kasih bos!" Pria itu pun segera pergi dari sana dengan membawa tubuh wonho untuk mengurusnya.
"Ah, akhirnya kita mendapatkannya hobi-ah.. Tolong kau ikat tangan dan kakinya dan tutup juga mulutnya dengan lakban yang ada di atas nakas itu aku akan menghubunginya."
"Ne jin hyung, aku akan mengurusnya." Setelah seokjin keluar hoseok pun segera melakukan pekerjaannya mulai dari mengikat kedua tangan jimin ke belakang dan kemudian kakinya setelah itu mengambil lakban yang berada diatas nakas dan merekatkannya pada mulut jimin.
"Selesai. Maaf ya manis kau harus seperti ini karena temanku benar-benar menjadi tak waras karena menginginkanmu. Jadi kami hanya mempermudah usahanya mendapatkanmu meski dengan cara seperti ini." Ucap hoseok pada jimin yang masih tak sadarkan diri.
Sedikit merasa bersalah atas tindakannya namun demi sahabatnya mereka rela melakukan dengan cara apapun itu.
Setelah beberapa lama seokjin pun masuk kembali ke dalam kamar itu.
"Kau sudah selesai?"
"Ne hyung, bagaimana?"
"Sebentar lagi dia akan datang. Mari kita turun."
Mereka pun turun kebawah dan menunggu diruang tengah. Sampai beberapa menit kemudian bel pintu berbunyi.
𝙏𝙞𝙣𝙜 𝙩𝙤𝙣𝙜 𝙩𝙞𝙣𝙜 𝙩𝙤𝙣𝙜..
𝘾𝙚𝙠𝙡𝙚𝙠
"Ah.. Kau sudah datang. Masuklah..?
Seokjin pun masuk diikuti pria tampan bergigi kelinci itu dibelakangnya.
"Yo.. Jungkook!"
"Eoh.. Ada hobi hyung juga. Oh ya.. Kejutan apa yang mau kau berikan padaku hyung?"
"Lihat sendiri dikamar atas pintu pertama. Kau pasti akan menyukainya." Ucap seokjin yang sudah kembali duduk disofa sambil meminum tehnya.
"Ah.. Kalian ini benar-benar. Baiklah aku akan ke atas."
Jungkook pun berjalan menuju tangga dan menaikinya. Dan jungkook pun sampai pada pintu kamar yang dimaksud seokjin tadi. Dia pun segera membuka pintunya dan alangkah terkejutnya saat melihat siapa yang ada di atas ranjang itu.
Setelah menutup pintunya kembali jungkook tak yakin dengan apa yang dia lihat, jungkook mendekat memastikan kalau yang dilihatnya benar. jimin yang tak sadarkan diri dengan kaki dan tanganya terikat juga mulutnya yang tertutup lakban.
Benar-benar pemandangan yang sangat indah.
"Sayang, akhirnya sekarang kau akan menjadi milikku." Ucap jungkook sambil mengusap surai pink jimin
Dan turun kearah pipinya.
"Emmmh.." Terdengar lenguhan jimin yang mulai sadar keningnya berkerut merasakan pening dan kemudian mengerjap matanya beberapa kali untuk menormalkan cahaya yang masuk kematanya.
"Kau sudah bangun sayang?"
Jimin pun menolehkan pandanganya pada jungkook dan kemudian matanya melebar terkejut dengan adanya jungkook di depannya.
"Eemmmmph.. Emmmmh"
Jimin memberontak ingin melepaskan diri namun sayangnya ikatan itu sungguh kuat tangan dan kakinya terasa sakit. Jimin mulai meneteskan air matanya saat ini dia merasa takut. Benar-benar takut.
"Hey, jangan bergerak seperti itu nanti tali yang mengikatmu menyakiti kulit indahmu." Ucap jungkuk dengan tanganya yang tak bisa diam. Dia mulai meraba dari wajah jimin mengusap air matanya kemudian turun kelehernya dan turun lagi kearah dada jimin yang sedikit berisi dan mengusapnya membuat dua tonjolan kecil disana mengeras jungkook pun memainkannya mengusapnya dan memilinnya. Membuat jimin melenguh tertahan akibat lakban di bibirnya.
"Emmmh..emmh.."
"Kau benar-benar indah sayang aku sudah tak sabar lagi." Dia pun beranjak kearah nakas dan kemudian membuka lacinya. Dan lihat apa yang ia temukan sepasang borgol dan vibrator berbentuk penis berukuran sedang juga sebotol cairan perangsang yang bisa digunakan sebagai pelumas.
Jungkook pun membawanya ke ranjang dan meletakkannya disamping jimin.
"Lihat apa yang ku dapatkan?"
Jimin yang melihat itu memberontak pikirannya kalut entah apa yang akan terjadi padanya nanti.
Jungkook mulai membuka tali yang mengikat tangan jimin setelah terlepas jimin mencoba memberontak mencoba memukul jungkook dan benar saja jimin memukul rahang jungkook sangat keras yang membuat jimin terkejut karena apa yang dilakukannya.
"Kau melakukan kesalahan jimin, kau akan mendapat hukuman untuk itu."
Jimin menggelengkan kepalanya dengan air mata yang mulai deras mengalir dari matanya dia kembali memberontak mendorong tubuh jungkook dan jungkook yang merasa kewalahan meraih tangan kanan jimin ia tahan dengan menginjaknya. Jimin memekik sakit atas apa yang di lakukan jungkook pada tangannya..
"EEMMMMMH!! hiks.."
Dengan cepat jungkook memborgol tangan kiri jimin dikepala ranjang dan kemudian beralih ke tangan yang satunya. Setelah itu dia beralih pada kaki jimin dan membuka ikatannya.
Dan dengan cepat jungkook meraih kaki kanan jimin dan mengambil tali kemudian mengikatnya dikaki ranjang. Dan melakukan hal yang sama pada kaki yang satunya. Posisi jimin sekarang membentuk pola X diatas ranjang itu masih dengan lakban yang menutup mulutnya.
"Lihat sayang kau sangat indah diposisi ini. Aku benar-benar tak sabar untuk menghukummu karena apa yang kau lakukan tadi padaku." Ucap jungkook dengan seringai yang tercetak jelas di bibir tipisnya.
𝙏𝙗𝙘