Setelah mendengar penjelasan dari seung gi, jong suk geram dengan pria yang sudah melakukan pelecehan pada jimin dan saat itu juga dia akan mencari pria itu namun seung gi menahannya.
"Jangan terburu-buru hyung, kita akan membuatnya berlutut meminta maaf pada jimin dengan sesuatu yang lebih keren."
"Apa maksudmu seung gi-ah?"
"Kau akan tau apa yang akan ku lakukan agar pria itu menyesalinya dan mau bertanggung jawab pada kondisi jimin."
"Baiklah aku setuju jika itu bisa membalas semua yang ia lakukan pada adik ku."
"Setuju dengan apa hyung?" Ucap jimin yang kembali dari dapur mengambil susu hamilnya.
"Eh.. Em t-tidak hanya..
"Kerja sama perusahaan jimin bukan apa-apa." Sela jong suk saat melihat seung gi yang kebingungan akan menjawab apa. Dan jimin hanya mengangguk percaya.
Setelah itu jong suk pamit untuk kembali ke hotel yang ia sewa selama berada di thailand dan meyakinkan seung gi dan jimin agar mau bertemu dengan kakeknya.
"Jimin besok kita akan kembali ke korea. Kita akan segera menemui kakek." Ucap seung gi yang kini tengah memainkan ponselnya.
"Tapi hyung aku belum siap untuk bertemu dengan kakek."
"Tak ada penolakan aku sudah memesan tiketnya kita akan pergi dengan penerbangan pukul sebelas." Ucap seung gi sambil menunjukan bukti transaksi pemesanan tiket online.
"Aish.. Terserah." Jimin pun merebahkan tubuhnya di sofa menyamankan posisinya dengan meletakkan sebuah bantal di belakang punggungnya.
" Bagaimana baby? Apa baik-baik saja." Ucap seung gi sambil memperhatikan jimin yang mencari tempat nyaman untuk berbaring.
"Baik hyung tapi, saat ini aku belum bisa merasa nyaman hyung bisakah mengusap perutku?"
"Aish.. Kebiasaan!" Sudah kebiasaan jimin saat merasa tak nyaman ia akan menyuruh hyung nya untuk mengusap perutnya dan setelah itu jimin merasa lebih baik. Seperti saat ini seung gi mengusap perut jimin tanpa terhalang pakaian yang jimin pakai karena pakaian jimin yang menutupi perut buncitnya telah tersingkap sampai di atas perut buncitnya.
"Hey, baby jangan banyak bertingkah kasihan mommy mu cepatlah keluar."
"Yak!! Hyung, mulutmu itu bisa tidak mengeluarkan kata-kata yang lembut?"
"Tidak bisa, sudah dari lahir mulutku seperti ini."
"Jadi kau di dalam perut ibumu sudah belajar mengumpat?!"
"Mungkin." Jawab seung gi singkat.
"Aish..."
.
.
.
"Yeoboseo, ibu!"
"𝘕𝘦 𝘫𝘰𝘯𝘨 𝘴𝘶𝘬, 𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢?"
"Besok mereka akan datang. Jadi tunggu saja."
"𝘞𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳𝘬𝘢𝘩? 𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘢𝘬 𝘴𝘢𝘣𝘢𝘳 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘦𝘮𝘶 𝘱𝘶𝘵𝘳𝘢 𝘊𝘩𝘢𝘦 𝘳𝘪𝘯." Terdengar suara so yeong yang antusias.
"Tapi bu, ada sesuatu yang harus aku katakan pada ibu."
"𝘈𝘱𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘫𝘰𝘯𝘨 𝘴𝘶𝘬?"
"Jimin saat ini tengah hamil bu.."
"𝘈-𝘢𝘱𝘢? 𝘈𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘶 𝘬𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘫𝘰𝘯𝘨 𝘴𝘶𝘬? 𝘉𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘩 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘭𝘢𝘬𝘪-𝘭𝘢𝘬𝘪.𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘩𝘢𝘮𝘪𝘭?" Ucap so yeong terkejut dengan apa yang jong suk katakan padanya.
"Awalnya aku juga tak percaya bu. tapi, saat aku menyentuh perutnya yang membuncit dan merasakan bagaimana bayi yang ada di dalam perutnya bergerak."
"𝘈𝘱𝘢 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩? 𝘔𝘢𝘬𝘢 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘵𝘶 𝘥𝘪𝘢 𝘩𝘢𝘮𝘪𝘭?"
"Tidak bu, jimin.... menjadi korban pelecehan. Karena kesalahpahaman. Pria itu menyalahkan jimin atas semua kejadian yang menimpanya dan berakhir jimin menjadi korban balas dendam dari kesalahan yang tidak pernah jimin lakukan."
"𝘈𝘴𝘵𝘢𝘨𝘢 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘯𝘨𝘯𝘺𝘢 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘬𝘶. 𝘉𝘢𝘪𝘬𝘭𝘢𝘩 𝘫𝘰𝘯𝘨 𝘴𝘶𝘬 𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘳𝘢𝘱 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘤𝘦𝘱𝘢𝘵 𝘱𝘶𝘭𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘣𝘶 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘦𝘮𝘶 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯."
"Ne bu, aku akan pulang bersama mereka."
"𝘕𝘦.. 𝘯𝘦 𝘬𝘢𝘮𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨."
Jong suk pun memutuskan sambungan teleponnya dan mulai mengemasi barang-barangnya. Saat jong suk mengemas ponselnya berbunyi tanda sebuah pesan masuk ke ponselnya.
𝙏𝙞𝙣𝙜
𝙐𝙣𝙠𝙣𝙤𝙬𝙣 𝙣𝙪𝙢𝙗𝙚𝙧
/𝚝𝚞𝚊𝚗 𝚔𝚊𝚖𝚒 𝚜𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚗𝚎𝚖𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚒𝚝𝚞 𝚍𝚊𝚗 𝚔𝚊𝚖𝚒 𝚓𝚞𝚐𝚊 𝚝𝚎𝚗𝚐𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚗𝚝𝚊𝚞𝚗𝚢𝚊./
Jong suk menyeringai setelah mendapat pesan itu. Ah.. Ternyata semudah itu menemukannya.
***
Pukul 10.45am jimin, seung gi dan jong suk sudah berada di bandara sebentar lagi mereka akan kembali ke korea untuk mengunjungi kakek mereka.
Waktu penerbangan mereka pun tiba. Saat ini jimin yang duduk dengan seung gi sedang merengek meminta seung gi untuk mengusap perutnya. Namun seung gi memilih tidur karena rasa kantuk menyerangnya.
"Biar hyung saja sini." Ucap jong suk yang bangkit dari kursinya. Akhirnya seung gi dan jong suk pun bertukar tempat. Kini jong suk di buat terkejut karena jimin menyingkap baju yang menutupi perut buncitnya. Dan akhirnya jong suk pun mengusap perut jimin sampai jimin tertidur.
"Hyung janji jimin, akan membuat pria itu menyesal." Ucap jong suk sambil menatap sendu pada jimin yang tertidur pulas.
Setelah beberapa jam yang melelahkan pesawat mereka akhirnya landing. Dan mereka segera turun dari pesawat. Mereka bertiga pun masuk ke bandara menuju pintu keluar. di depan sana jong suk melihat mobil mercedes bens berwarna hitam telah menunggu mereka.
"Seung gi, jimin kita sudah di jemput." Ucap jong suk sambil menunjuk ke arah mobil yang di maksud.
"Ya.. Aku juga sudah ada yang menjemput." Ucap seung gi menunjuk ke arah mobil ferrari putih dan dua mobil mini van di belakangnya.
"Jimin kau tetap bersamaku." Tambah seung gi yang berjalan menuju mobil ferrari yang sudah menunggu di ikuti jimin di belakangnya. Jong suk pun segera masuk ke dalam mobil dan segera meninggalkan area bandara di ikuti rombongan seung gi dan jimin yang di ikuti para pengawalnya.
Setelah satu jam perjalanan, jimin, seung gi dan jong suk sudah sampai di halaman mansion kediaman keluarga lee yang seperti istana. Mereka segera turun dari mobil masing-masing dan masuk ke dalam di ikuti para pengawal yang mulai menyebar mengambil posisi masing-masing di luar mansion itu. Mereka pun disambut para maid yang sudah berjejer di depan pintu dengan membungkukkan badan.
"Selamat datang tuan muda." Ucap para maid serentak.
"Di mana ibu?" Tanya jong suk pada salah satu maid.
"Nyonya so young ada di ruang keluarga tuan dengan tuan byung hun dan nyonya sa rang." Jawab maid itu.
Mereka pun kembali berjalan ke arah ruang keluarga. Saat ini jimin merasa sedikit tidak nyaman ia takut mungkin saja karena kondisinya dia kembali di benci.
Setelah sampai di ruang keluarga mereka pun kembali di sambut dengan antusias oleh orang tua mereka.
"Kami pulang!" Ucap jong suk mengalihkan perhatian mereka padanya.
"Jong suk sayang, kau pulang syukurlah." Ucap so yeong.
"Ayah, ibu." Panggil seung gi pada ke dua orang tuanya.
"Akhirnya kau pulang ibu sangat senang." Ucap sa rang pada putranya. Dan mereka akhirnya melepas rindu karena perginya putranya. Seketika melupakan bahwa jimin masih di sana.
"Oh bu ini jimin." Ucap seung gi
"Astaga apa yang di katakan so yeong itu benar dia anak yang cantik sekali." Ucap byung hun.
"Eh? Bukan kah anak dari Chae rin itu laki-laki?" Ucap sa rang yang heran akan ucapan suaminya dan sosok cantik di depannya dengan perut buncitnya.
"Iya sa rang-ah dia memang laki-laki." Ucap byung hun.
"Tapi, dia bisa hamil?"
"Bisa saja karena kelainan genetik. Hanya ahli kedokteran yang tau sa rang." Ucap byung hun yang kini mendekat pada jimin yang menunduk.
"Jimin, kau kenapa? Apa kau merasa malu karena kelebihan mu ini?"
"I-ini aneh tuan, karena aku seorang laki-laki tapi bisa hamil." Ucap jimin.
"Jangan panggil tuan nak, kami adalah keluargamu panggil kami ayah dan ibu kau sudah ku anggap putra kami sendiri kami di sini akan melindungi mu. Dan masalah kehamilan mu kami sudah mengetahuinya jadi tak perlu malu ne.."
"Ne tu.. Eh a-ayah."
"Astaga kau manis sekali, sini duduklah kau pasti lelah." Ucap sa rang dengan menahan gemas pada jimin.
"Ayah, dimana kakek?"
"Ia ada di kamarnya. Karena kondisinya semakin baik kami membawanya pulang karena kami tau bahwa kakek mu pasti bosan di sana."
"Baiklah, jimin mari kita temui kakek." Jimin pun mengangguk dan segera berdiri. Seung gi pun menuntun jimin saat sudah berada di tangga. Dan sampailah mereka di depan pintu kamar sang kakek. Seung gi pun membukanya secara perlahan dan setelah terbuka terlihat pria tua yang terbaring lemah di atas ranjang king size itu.
Jimin dan seung gi pun mulai mendekat dan kini ke duanya sudah berdiri di samping kakeknya. Jimin yang menatap tubuh lemah sang kakek hati nuraninya tergerak perlahan dia duduk di pinggir ranjang dan menyentuh tangan keriput itu kemudian menggenggamnya.
"Kakek... Apa kakek mendengar ku? Ini aku, jimin kek. Jimin datang untuk kakek." Suara lembut jimin memenuhi ruangan itu seung gi yang melihat bagaimana jimin bersikap, merasa terharu dan merasakan sakit hati karena bagaimana bisa sosok seperti malaikat ini di beri kehidupan yang sangat berat.
Tanpa di duga sang kakek merespon tindakan jimin. Hyo seop perlahan mulai membuka mata menatap sosok mungil di depannya.
"J-jimin..."
𝙏𝙗𝙘