Tải xuống ứng dụng
6.96% Terjerat Cinta Kontrak / Chapter 22: Tanpa Rasa Bersalah

Chương 22: Tanpa Rasa Bersalah

Semakin dilihat, Reina memang tidak ada bandingannya dibandingkan oleh Lara. Wanita itu tiba-tiba menjadi rendah diri setelah Reina datang ke sekolah hari ini. yang dengan berani membela suaminya tadi sewaktu dimarahin dan dituduh oleh ibu Arini.

Dilihatnya Yose dari samping. Terlihat bagaimana pilihan Reina memang sangat berkelas dan bagus. Penampilan Yose semakin hari juga semakin membaik, karena Reina yang mengurusnya.

Tak ada yang tidak mungkin jika suatu saat Yose akan melirik Reina. Wanita cantik yang berani itu.

"Kenapa melihatku seperti itu?" tanya Yose melihat Lara yang langsung tergagap, karena terpergok olehnya.

Mereka sedang berjalan di koridor dan hendak masuk ke dalam ruang guru. Masalah sudah selesai setelah Reina datang, sudah hanya itu saja.

"Tidak apa-apa," jawab Lara berbohong.

Mana mungkin dia mengatakan kegundahan hatinya yang sebenarnya pada Yose? Kalau dirinya saja minder dengan istrinya sendiri. Istri sahnya meski dia mengatakan kalau hubungan mereka hanyalah nikah kontrak.

Lara kemudian duduk setelah sampai di dalam ruang guru. Dia tidak mengatakan apa-apa setelahnya. Hanya duduk diam dan menata hasil ulangan yang baru saja dikumpulkan oleh muridnya.

Yose tak bertanya lebih apalagi ketika ada orang lain sedang menatapnya dari kejauhan. Gerak-geriknya sudah diawasi jadi tak membuatnya bebas berada di dekat Lara.

Sementara itu ketika Reina kembali ke mobil. Indra tersenyum pada wanita itu.

"Yah, seperti itulah Reina. Mengatakan tak peduli padahal dia orang pertama yang datang ke sekolahan ini untuk membela suaminya," gumam Indra.

"Kamu sudah makan, kan?" tanya Reina untuk memastikan.

"Hmm, makan sendirian. Rasanya tak enak," jawabnya.

Ketika Reina masuk, Indra langsung menyalakan mesin mobilnya. Ia mengarahkan mobil inventaris itu menuju gerbang sekolah yang dibuka oleh sekuriti yang berjaga.

"Kenapa suami kamu tidak ikut bekerja denganmu saja? Dia kan bisa menggantikan posisiku," ucap Indra ketika mobil sudah mulai melaju.

"Dan kamu mau lengser dari jabatanmu begitu saja?" goda Reina.

"Hmm, asal kamu memberikanku pesangon yang cukup. Maka aku akan baik-baik saja." Dan tentu saja itu adalah candaan Indra saja.

Dia adalah orang yang dipercaya Reina mengurus restoran tersebut ketika Reina tak bisa bekerja atau jika ada masalah. Dia juga orang yang sudah bersamanya sejak restoran itu masih nol.

Sempat dicibir oleh ayah Reina, tapi restoran tersebut kini memiliki banyak pengunjung juga pada akhirnya.

Keduanya saling berbincang, bukan layaknya atasan dengan bawahan. Melainkan seperti seorang sahabat yang dekat.

Ketika mobil sampai di restoran, mobil disambut oleh karyawan yang bekerja di dapur. Mereka membantu Indra untuk mengeluarkan daging yang sempat ia beli tadi dan dimasukan ke dalam ruangan pendingin.

Restoran mulai sepi karena jam makan siang berakhir. Dan akan ramai ketika nanti makan siang dimulai lagi. dan pada saat itulah Reina sudah pulang ke rumahnya.

"Sudah tak ada masalah, jadi aku bisa pergi sekarang kan?" tanya Reina, dia berdiri di samping Indra. Sambil mengawasi karyawan lain yang masih sibuk dengan dagingnya.

"Pulang saja aku bisa mengurus sisanya," jawab Indra.

"Oh ya—besok ulang tahunku. Malam kosongkan beberapa meja karena aku ingin mengundang teman suamiku ke sini," ucap Reina sebelum dia melupakan acaranya sendiri.

"Sip, biar nanti aku yang urus."

Reina tersenyum. Indra memang tak pernah mengecewakan dirinya.

Reina masuk ke dalam mobilnya, dia masuk lalu meninggalkan restoran dan menuju toko di mana menjual lampion yang seperti ia inginkan tadi ketika ada di perjalanan.

Dia memang tipe wanita yang akan melakukan apa saja selama itu adalah keinginannya sendiri.

Dia menuju ke toko dengan modal GPS nya tanpa takut nyasar. Meski cukup lama memakan waktu tapi dia bisa juga sampai di toko tersebut dengan sukses.

Ia memasuki toko yang menjual pernak-pernik menarik. Semua ornament berbau Jepang ada di sana semua dan membuat tangannya gatal ingin membeli semua.

"Ah aku harus menahannya, sebentar lagi anak ini lahir," ucap Reina sambil melihat perutnya.

Ia menyelesaikan belanjanya lebih cepat agar bisa istirahat di rumah. Dan tentunya dia juga ingin segera bertemu dengan suaminya.

Sewaktu Reina ingin memasukkan barang belanjaannya ke dalam bagasi mobilnya. Tanpa sengaja seorang lelaki menabraknya dari samping hingga membuat barang belanjaannya terjatuh dan ada sebagian yang remuk.

"Maaf!" seru lelaki itu kemudian sambil membantu Reina mengambil barangnya.

Reina sudah membuka mulutnya, ia hampir saja ingin melabrak lelaki itu dengan caci maki dan sumpah serapah tapi dia urungkannya.

"Dave?" Reina melihat wajah yang sudah lama tak ia lihat itu. Terakhir ia melihatnya ketika masih sekolah menengah ke atas. Tapi mungkin sekarang dia sudah lulus dan bekerja.

"Oh, mbak Reina," gumam Dave.

Ia adalah adik Daniel. Yah, Daniel kekasih Reina yang saat ini mendekam di penjara untuk perbuatan yang tak dilakukannya.

Dave melirik perut Reina yang sudah sedikit berisi, kemudian mengalihkan pandangannya dan menatap Reina.

Pandangan yang tadinya seakan menyiratkan penyesalan kini berubah menjadi seperti pandangan penuh dengan kebencian.

Dia mengira kalau Reina menikah karena wanita itu mengkhianati kakaknya. Padahal semua itu adalah keinginan dari Daniel. Dan Dave kini menyimpan rasa bencinya pada perempuan yang masih membeku di depannya.

"Bagaimana dengan pernikahanmu? Pasti bahagia ya," sindir Dave. Barang yang tadinya dia sentuh sengaja ia jatuhkan lagi namun tidak membuat Reina marah padanya.

"Kamu—"

"Apa kakakku yang bodoh itu tau?"

Tentu saja tahu, karena dia yang menyuruh.

"Ingat ya mbak, jangan harap bisa bahagia selama kakakku masih ada di penjara," ucapnya yang terdengar seperti sebuah nada ancaman bagi Reina.

"Dave tunggu dulu!" cegah Reina, tapi tanganya ditepis oleh Dave sampai sempat membuat Reina terhempas.

Tak ada tatapan penyesalan itu lagi. dia langsung meninggalkan Reina dan membuat wanita itu merasa bersalah.

Dia tak bisa mengatakan yang sebenarnya jika dia hamil anak dari Daniel.

"Semuanya bukan seperti yang kamu pikirkan," gumam Reina.

**

Sebuah taksi berhenti di sebuah rumah. Di dalamnya—ada dua orang yang masih berpegangan seakan enggan turun kemudian berpisah.

Dan mereka adalah Yose dan Lara. Mereka memang sedang dimabuk cinta saat ini, sampai mengabaikan orang lain di sekitarnya.

"Aku antar sampai depan pintu ya," ucap Yose.

Lara meletakkan tangannya di atas genggaman tangan Yose, kemudian menggelengkan kepalanya.

"Jangan, nanti Adrian tahu."

"Dia belum bekerja?" tanya Yose.

"Aku tidak tahu, aku sudah mulai tidak peduli dengan apa yang dia lakukan saat ini."

Supir taksi melirik dari arah spion membuat Lara tak enak hingga akhirnya dia turun dari taksi tersebut.

Yose melambaikan tangan ketika jendela taksi itu terbuka. Ia melemparkan senyumnya yang paling manis pada Lara sampai mobil tersebut menghilang dari pandangan Lara.

Tanpa sadar Yose tersenyum.

"Aku benar-benar jatuh cinta pada dia," gumamnya sambil memegangi dadanya dengan tangannya.


Load failed, please RETRY

Quà tặng

Quà tặng -- Nhận quà

    Tình trạng nguồn điện hàng tuần

    Rank -- Xếp hạng Quyền lực
    Stone -- Đá Quyền lực

    Đặt mua hàng loạt

    Mục lục

    Cài đặt hiển thị

    Nền

    Phông

    Kích thước

    Việc quản lý bình luận chương

    Viết đánh giá Trạng thái đọc: C22
    Không đăng được. Vui lòng thử lại
    • Chất lượng bài viết
    • Tính ổn định của các bản cập nhật
    • Phát triển câu chuyện
    • Thiết kế nhân vật
    • Bối cảnh thế giới

    Tổng điểm 0.0

    Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
    Bình chọn với Đá sức mạnh
    Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
    Stone -- Power Stone
    Báo cáo nội dung không phù hợp
    lỗi Mẹo

    Báo cáo hành động bất lương

    Chú thích đoạn văn

    Đăng nhập