Tải xuống ứng dụng
2.53% Terjerat Cinta Kontrak / Chapter 8: Perhatian dari Yose

Chương 8: Perhatian dari Yose

Yose langsung berlari ke arah Reina ketika dia melihat istrinya itu hendak memasukkan pil ke dalam mulutnya. Tetapi untungnya Yose sudah lebih dulu untuk mencegahnya dan membuang pil itu jauh-jauh.

"Apa yang kamu lakukan?!" tanya Reina kesal. Ia menatap wajah Yose dengan sinis.

"Kamu hamil, apa kamu lupa? Kenapa kamu meminum obat ini?" Yose mengambil obat yang ada di dalam kapsul botol berwarna putih itu kemudian membuangnya ke tempat sampah di dekat wastafel.

Yose menghela napasnya, ketika ia melirik ke arah Reina wanita itu tampak frustrasi dengan kedua tangan meremas rambut di kepalanya.

"Aku pusing," ucap Reina pelan.

Ekspresi wajah Yose melunak, dia menatap kasihan pada Reina.

"Mau ke dokter, aku akan mengantarkanmu." Yose duduk di dekat Reina dan memandang wajah yang terus menunduk sejak ia membuang obat yang ingin ia minum.

Tak biasanya Reina menunjukkan sikap seperti ini. Atau mungkin setidaknya dia akan marah-marah pada Yose dan memulai pertengkaran yang tidak penting.

"Tak usah, aku hanya butuh tidur." Reina bangkit dari duduknya kemudian masuk ke dalam kamarnya.

Ia melepaskan bajunya dan menggantinya dengan pakaian tidur. Ketika Yose masuk, Reina sudah berada di balik selimutnya.

"Aku akan tidur di ruang tamu malam ini," ucap Yose. Reina tidak menyahut, dia hanya menghela napasnya dan Yose pun akhirnya menutup pintu itu perlahan.

Dia tak mau menganggu Reina malam itu karena sepertinya istrinya itu sedang ada masalah. Yose tak bisa bertanya lebih jika Reina tidak mau menceritakannya karena itu sudah ada di dalam perjanjian kontrak di mana Yose tidak boleh banyak bertanya apapun jika Reina tidak menyukainya.

Namun—malam itu Reina mengalami demam. Ia yang sedang berusaha keluar dari kamarnya dan hendak mengambil air minum di dalam kulkas tanpa sengaja menjatuhkan gelasnya.

Suara itu membuat Yose terbangun. Ia sontak menoleh ke asal suara dan terkejut melihat Reina tengah terduduk di depan kulkas.

Tanpa banyak bicara Yose langsung memapah Reina menuju ke dalam kamar. Ia meletakkan tubuh wanita itu perlahan kemudian menyelimutinya.

"Kamu demam," ucap Yose. Tangannya ia tempelkan ke atas kening Reina. Suhu tubuhnya panas dan ketika Yose mengukurnya dengan thermometer dia melihat suhu tubuh Reina berada di 38. 8 derajat celcius.

Yose pun bergerak, dia kemudian pergi ke dapur lagi untuk mengambil air hangat dan juga handuk kecil untuk mengompres kening Reina.

Dalam pandangan Reina, ia melihat lelaki itu begitu panik. Dan berjalan terburu-buru menuju dapur. Senyum tipis terbit di bibir itu tanpa Reina sadari.

"Besok kamu harus ke dokter kalau suhu tubuhmu belum turun," kata Yose sambil memeras handuk tersebut. Dia menempelkan di kening Reina dan terkadang mengelapnya di sekitar wajah wanita itu.

"Aku akan membuatkanmu sup ayam, agar panasmu bisa turun." Yose berkata setelah dia mencari di internet kira-kira makanan apa yang bisa membuat demam Reina turun.

"Aku tak mau makan," desah Reina. Matanya masih terpejam.

"Kamu harus makan kalau mau sembuh, jadi tunggu dulu di sini. Ini tidak akan lama."

Tanpa memedulikan penolakan dari Reina akhirnya lelaki itu pergi ke dapur dan memasak sup ayam untuk istrinya. Dia sangat telaten meskipun malam sudah larut. Bahkan rasa kantuknya yang sudah menyerangnya tidak memberikan efek padanya saat ini.

Dia sudah terlanjur panik dan takut kalau terjadi apa-apa dengan Reina.

Tiga puluh menit berlalu dan akhirnya Yose selesai membuat sup ayam tersebut. Dia meletakkan mangkuk di atas nampan kemudian membawanya ke dalam kamar.

Ia melihat Reina tak bergerak, hanya sesekali bibirnya terus meracau karena rasa sakitnya.

"Ayo makan dulu," ucap Yose. Ia mengambil kompres di kening Reina dan menegakkan punggung wanita itu.

Dengan perlahan dia menyuapi sup ayam tersebut ke dalam mulut Reina.

Mata Reina menatap Yose malam itu. Dan rasanya sangat aneh ketika lelaki yang hanya ia bayar menjadi suami kontraknya itu sangat perhatian padanya.

Reina tak pernah merasakan perasaan ini sebelumnya. Pun dengan Daniel. Dia merasa dicintai oleh Daniel tapi ia tidak merasakan perasaan ini.

Bagaimana dia harus mengatakannya? Ia mendapatkan perlakuan seperti ini dari lelaki asing yang belum lama masuk ke dalam hidupnya. Dari raut wajah tampak jika Yose sangat tulus merawatnya.

Mengingat bagaimana ibunya tak pernah membuatkannya sup ayam seperti ini rasanya—seperti dia tampak berharga di mata Yose. Atau jika tidak mungkin hanya Reina yang merasakannya.

"Aku ingin minum," kata Reina.

"Oh, oke tunggu aku akan mengambilkannya untukmu." Yose langsung berdiri kemudian gegas menuju dapur lagi.

Reina memandangi tubuh lelaki itu dengan perasaan yang aneh, perasaan yang baru kali ini sadari.

Tak lama kemudian bayangan itu muncul dan Reina memalingkan wajahnya yang memerah karena demam.

"Ini, minumlah." Yose mengulurkan minuman tersebut pada Reina kemudian wanita itu menerimanya.

Ia langsung menghabiskannya dalam satu kali tegukan. Yose yang melihatnya pun lega.

"Kamu bisa tidur lagi, aku akan mengompress sampai suhu tubuh kamu turun." Yose membaringkan tubuh Reina.

Ketika wanita itu sudah berbaring, ia menempelkan telapak tangannya di atas kening Reina. Reina yang mendadak diperlakukan seperti itu menjadi gugup tanpa alasan.

"Belum turun," gumam Yose sambil berpikir. "Mungkin aku harus mengompresmu sampai pagi," ucapnya dengan polos.

Dan Reina mendapatkan perlakuan lembut itu dari Yose selama semalaman. Yose terus memeras air hangat di handuknya dan menempelkannya di sekitar wajah Reina begitu seterusnya sampai menjelang pagi.

Reina yang terbangun mendapati Yose sedang tidur dengan kepala di ranjang dan tangan menumpu kepalanya sementara bokongnya ada di atas lantai.

Ia mengamati wajah lelaki itu sampai beberapa saat, karena Yose sempat bergerak dan membuat Reina salah tingkah. Namun ternyata Yose hanya mengubah posisi kepalanya dan saat ini menghadap ke arah Reina.

Reina dapat melihat jelas wajah lelaki itu. Begitu polos tak seperti lelaki yang pernah ia temui selama ini. 

Tangan Reina tanpa sadar ingin membelai rambut Yose yang menutupi keningnya. Tetapi ia urungkan ketika Yose sedang berusaha untuk membuka matanya.

Reina kembali tidur lagi dan berbaring seperti posisi semula.

Yose menatap wajah Reina yang masih tidur kemudian mengukur suhunya lagi. 

Ia menghela napasnya dengan lega karena panas Reina sudah turun.

"Syukurlah sudah turun demamnya." Yose melirik ke arah handuk dan wadah air hangat semalam lalu menyingkirkannya.

Ia kembali ke dapur dan memasak lagi untuk Reina sebelum dia berangkat bekerja.

Reina yang masih ada di dalam kamar mengembuskan napasnya sangat panjang. Hampir saja ia ketahuan kalau tadi dia sudah sempat terbangun, bahkan dia hampir saja menyentuh wajah lelaki itu.

"Tanganku lama-lama tak bisa dikontrol," gumam Reina sambil melihat ke arah tangannya dengan gemas.


Load failed, please RETRY

Quà tặng

Quà tặng -- Nhận quà

    Tình trạng nguồn điện hàng tuần

    Rank -- Xếp hạng Quyền lực
    Stone -- Đá Quyền lực

    Đặt mua hàng loạt

    Mục lục

    Cài đặt hiển thị

    Nền

    Phông

    Kích thước

    Việc quản lý bình luận chương

    Viết đánh giá Trạng thái đọc: C8
    Không đăng được. Vui lòng thử lại
    • Chất lượng bài viết
    • Tính ổn định của các bản cập nhật
    • Phát triển câu chuyện
    • Thiết kế nhân vật
    • Bối cảnh thế giới

    Tổng điểm 0.0

    Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
    Bình chọn với Đá sức mạnh
    Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
    Stone -- Power Stone
    Báo cáo nội dung không phù hợp
    lỗi Mẹo

    Báo cáo hành động bất lương

    Chú thích đoạn văn

    Đăng nhập