Dalam ketidaksadaran, Namara membuka matanya. Dia tidak merasakan rasa sakit lagi. Namun, apa yang dia lihat benar-benar seperti mimpi.
Di depannya bukan lagi sungai yang mengalir tenang. Tempat pijakan kakinya bukan lagi bebatuan di pinggir sungai. Saat ini yang ada di depannya adalah lautan berbunga.
Kelopak-kelopak bunga berserakan di bawah kakinya. Kelopak bunga itu menyebar luas hingga sejauh mata memandang. Itu sungguh seperti permadani yang dibuat dari beragam.jenis bunga.
Namara tidak mengenakan alas kaki lagi. Kaki putihnya yang telanjang menginjak hamparan bunga-bunga di bawah. Angin sepoi-sepoi menerbangkan beberapa helai rambutnya yang lembut.
Kebingungan memenuhi wajahnya. Di mana dia sekarang? Kenapa tiba-tiba dia bisa ada di tempat seperti itu?
Namara mencoba melihat ke sekeliling dan hanya melihat hamparan bunga dan hamparan serabut awan di ujung jauh. Dia tidak melihat siapa pun di sana.