Wajah Namara pucat pasi. Kakinya berubah menjadi seperti jelly. Rasanya dia ingin pingsan sekarang. Bagaimana pria itu bisa tahu dia ada di sini?
"Tu … Tuan." Namara memanggil dengan suara parau. Tenggorokan dan mulutnya berubah menjadi kering.
"Siapa di sana?!" Tiga orang yang ada di dalam ruangan berdarah itu menoleh ke arah Namara. Sepertinya mereka mendengar suaranya.
"Ssstt." Eros meletakkan jari telunjuk ke bibir Namara. Kemudian dia langsung menariknya pergi dari tempat itu.
Namara tidak bisa berpikir lagi. Dia hanya melangkah mengikuti ke mana Eros akan membawanya. Hatinya diselimuti ketakutan dan putus asa.
Apa yang akan pria itu lakukan padanya?
Eros membawa Namara keluar dari istana utama dan kembali ke istana Bulan. Wajahnya dingin dan dingin. Rahangnya mengetat, tanda bahwa dia sedang menahan amarah.
Mereka tiba di depan pintu besi yang tertutup rapat. Eros segera membuka pintu itu dan melempar Namara hingga jatuh tersungkur ke lantai.
Braakk!