Di sebuah ruangan yang luas dan dipenuhi kemegahan, seorang pria paruh baya duduk di atas kursi kebesaran. Di atas kepalanya terdapat mahkota perak yang membuatnya terlihat seperti seorang raja.
Ekspresi wajahnya muram saat melihat pria tampan yang hanya diam seperti orang bodoh. Jarinya terangkat dan menunjuk pada pria yang tak lain adalah Eros.
"Kudengar hari ini kau membawa wanita lagi?" tanya Midas, kepala klan Sayap Hitam sekaligus ayah biologis Eros. Suaranya terdengar tidak menyenangkan.
"Ya, benar," balas Eros.
Melihat ketenangan di wajah Eros yang tanpa rasa bersalah ataupun penyesalan membuat Midas semakin marah. "Apa kau tidak punya rasa malu, hah?!" geramnya.
"Kenapa aku harus malu?" Eros membalas dengan sebuah pertanyaan.
"Benar-benar …." Midas semakin kehilangan kata-kata. Dia berdiri dan mengangkat tangan bersiap melayangkan serangan, tetapi tangannya dihentikan oleh seorang pria yang tiba-tiba muncul.
"Ayah, jangan terlalu keras padanya. Bagaimanapun juga dia adalah putramu," uca pria itu. Dilihat dari wajahnya dia tampak sedikit lebih tua dari Eros.
Dia adalah Leor, kakak laki-laki Eros.
Midas mendengkus dingin. Dia menatap Eros dengan perasaan jengkel. "Kau lihat sekarang? Leor adalah teladan yang baik. Kau harus mencontohnya!"
"Apa Ayah sudah selesai berbicara? Aku ingin segera menemui wanita—" Sebelum ucapan Eros selesai, tangan Midas kembali terangkat dan ….
Plakk!
Sebuah tamparan menghantam Eros dengan keras hingga tubuhnya terhuyung ke belakang. Kepalanya langsung berdenyut-denyut beberapa kali. Namun, selain itu tidak ada rasa sakit atau apa pun yang dia rasakan.
Eros hanya menatap ayahnya dengan datar sebelum akhirnya berbalik pergi. Matanya melirik Leor sekilas, tetapi Leor sama sekali tidak mengetahuinya.
"Berhenti di sana! Apa aku mengizinkanmu pergi?!"
Langkah Eros langsung terhenti. Tanpa menoleh ke belakang dia berkata, "Ayah, kau terlalu memikirkan citra klan Sayap Hitam sampai melupakan semak-semak yang mungkin berubah menjadi duri tajam."
Midas mengerutkan kening. "Apa maksudmu?"
Eros hanya menyunggingkan seringaian tanpa menjelaskan apa maksudnya. Setelah itu dia langsung melangkah meninggalkan ruangan, menyisakan Midas yang tersenyum kecut.
"Anak itu pasti sudah terkena rayuan sihir wanita. Bagaimana aku bisa memiliki keturunan seperti itu?" Midas mengeluh sambil kembali duduk ke kursinya.
Leor menatap kepergian Eros dengan eskpresi yang tenang. Namun, sudut matanya yang dingin sama sekali tidak bisa disembunyikan. "Biarkan dia melakukan apa yang dia inginkan," ucap Leor.
Midas hanya diam.
"Memangnya apa yang Ayah takutkan? Ada aku di sini yang siap membantu Ayah kapan saja," ucap Leor mencoba untuk meyakinkan ayahnya.
Ada beberapa kekecewaan di wajah Midas. Dia tidak menjawab ucapan Leor. Sebaliknya dia kembali berdiri dan melangkah pergi begitu saja.
Leor diam mengepalkan kedua telapak tangannya. Ekspresi yang sebelumnya terlihat lembut, sekarang berubah menjadi datar. Sorot matanya menjadi dingin dan mulutnya pun terkatup rapat.
"Tuan, penyakit Nyonya Edheliel kembali kambuh!" seru seorang lelaki yang berlari tergopoh-gopoh ke arah Leor.
Kepalan tangan Leor langsung terlepas. Dia mengubah ekspresinya dengan begitu cepat. "Aku akan segera ke sana," ucap Leor yang kemudian melangkah pergi.
***
Sementara itu, di tempat lain Namara sedang merasa kesal. Dia menatap dingin pada beberapa wanita pelayan yang saat ini sedang melumuri tubuhnya entah menggunakan apa.
Pasta berwarna hijau giok sudah menutup sebagian kulitnya. Rasanya dingin dan sejuk, tetapi baunya sangat memuakkan. Namara benar-benar ingin mencuci seluruh tubuhnya sekarang.
"Ayolah, aku tidak membutuhkan ini semua," ucap Namara yang mencoba menepis tangan mereka. Dia berusaha bangkit dari posisinya yang menelungkup di atas kursi panjang.
Namun, usahanya sia-sia. Para pelayan itu langsung mendorongnya kembali agar tetap pada tempatnya.
"Nona, tolong jangan mempersulit kami. Ini adalah sesuatu yang harus kami lakukan. Jika tidak maka Tuan Eros akan menghukum kami," ucap salah satu pelayan yang terlihat paling dewasa.
Dia menyingkap kain yang menjadi satu-satunya penutup tubuh Namara. Gerakan tangannya cekatan menuangkan pasta hijau ke punggung Namara.
"Kalian …." Namara tidak tahu harus mengatakan apa. Dia membungkan mulutnya dan segera menjepit hidungnya dengan tangan kiri. Dia benar-benar tidak tahan dengan bau aneh itu.
"Bisakah kalian berhenti menyentuhku?!" seru Namara yaang merasa risih. Sejak tadi mereka begitu semena-mena membuka baju dan menyentuh tubuhnya. Itu membuatnya tidak nyaman.
"Nona, kita sama-sama perempuan. Jangan malu."
Jangan malu kepalamu! Namara ingin mengumpat. Namun, pada akhirnya dia hanya bisa pasrah. Dia tidak bisa menghentikan mereka semua.
Para pelayan melumuri setiap inci tubuh Namara dan sesekali memijatnya dengan lembut. Tidak bisa dipungkiri pijatan mereka memang membuat otot-otot di tubuh Namara begitu rileks.
Namara menjadi sedikit mengantuk. Dia menguap beberapa kali, tetapi tetap berusaha keras untuk mempertahankan kesadaran.
"Apa kalian masih lama?" tanya Namara.
"Perlu sedikit waktu lagi."
Namara menunggu dengan kepala yang terantuk-antuk. Dia tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Kepalanya terkulai begitu saja yang menandakan bahwa kini dia telah tertidur.
Para pelayan tidak mengatakan apa-apa. Mereka membiarkan Namara beristirahat.
Tak selang lama setelah itu Eros tiba-tiba datang. Para pelayan dibuat terkejut melihat kedatangannya yang cenderung lebih cepat dari biasanya. Mereka langsung berdiri dan menunduk hormat.
Eros melirik Namara yang tertidur dan berdecih. Bagaimana wanita itu bisa tertidur dan mengabaikan kedatangannya?
"Kalian belum selesai?" tanya Eros.
"Sudah, Tuan. Namun, dia tertidur dan kami tidak nyaman membangunkannya," balas si pelayan.
"Bangunkan dia. Merepotkan!" gumam Eros yang merasa tidak senang. Dia melangkah ke sisi jendela yang mengarah ke lautan hijau rerumputan dan mengabaikan urusan para pelayan.
"Nona, bangunlah. Tuan Eros sudah datang," panggil pelayan yang bernama Elise. Namun, panggilannya sama sekali tidak menggugah kesadaran Namara.
Akhirnya Elise mengangkat tangannya dan menepuk bahu Namara dengan pelan. Namun, tempat yang dia tepuk bertepatan di tanda lahir Namara.
"Aaahhh!"
Suara jeritan Elise terdengar begitu tiba-tiba dan mengejutkan semua orang. Eros segera menoleh dan langsung melihat sosok Elise yang sudah jatuh bersimpuh di lantai. Wajahnya terlihat pucat dan kaku.
Eros mengerutkan kening dengan heran. "Apa yang kau lakukan?"
"Tuan, ma—maaf," lirih Elise. Setelah itu dia jatuh tak sadarkan diri.
Para pelayan menjadi panik. Mereka segera menepuk Elise dan berusaha membangunkannya. Namun, wanita itu tampak sangat lemah dan tidak ada tanda-tanda akan tersadar.
Namara yang melihat pemandangan itu menjadi tertegun. Keningnya berkerut pertanda kebingungan. Sebelumnya suara teriakan Elise sudah membangunkannya. Dia tidak mengerti kenapa Elise bisa terkapar pingsan seperti itu.
"Apa yang terjadi?" tanya Namara pada para pelayan. Namun, mereka tidak menjawab, sebaliknya hanya menatapnya dengan tatapan ngeri.
Tentu saja Namara menjadi semakin bingung. Dia mengambil kain untuk membalut tubuh hijaunya. Kemudian dia bergerak mendekati Elise.
Para pelayan itu langsung mengangkat tangannya dan memberinya aba-aba agar tetap diam di tempat. "Tolong tetap di sana."
Namara menggelengkan kepala dengan bingung. Dia mengalihkan pandangannya dan langsung bertemu tatap dengan Eros yang berdiri di tepi jendela.
Apa pria itu sudah tiba sejak lama?
Eros menatap Namara dengan tajam. Sorot matanya seakan menelusup ke dalam tubuh Namara dan menerobos setiap sel-sel yang ada.
"Lyco!" teriak Eros. Orang yang dipanggil langsung datang dalam waktu yang cepat.
"Bawa pelayan itu keluar!" perintah Eros. Kemudian dia menunjuk pada para pelayan. "Kalian juga keluar!"
"Baik."
Pelayan-pelayan itu langsung pergi keluar. Lyco sendiri bergerak mendekati Elise sebelum akhirnya membawanya keluar.
Setelah mereka pergi, Eros langsung berjalan mendekati Namara. Setiap langkah yang dia ambil seakan menciptakan ketakutan bagi orang lain.
Tatapannya terasa sangat dingin dan menakutkan. Dia mengangkat tangannya dan dengan cepat mencengkeram leher Namara kuat-kuat.
"Katakan, siapa kau sebenarnya?"
***
Ayo yang udah baca, jangan lupa tinggalkan komentar dan review yaa ...
Cengkeraman tangan Eros membuat Namara merasa tercekik dan kesulitan bernapas. Hal itu mengakibatkan kulit wajahnya berubah menjadi merah.
"Aku …." Namara bingung harus mengatakan apa. Dia sendiri tidak tahu apa yang sedang terjadi dan kenapa Eros terlihat sangat marah.
"Aku tanya sekali lagi, siapa kau?" Eros semakin tajam menatap Namara. Tangan kirinya yang terbebas segera mengeluarkan energi hitam yang menguar.
Namara bisa melihat energi hitam itu dari sudut matanya. Dia segera menutup mata dan bulir air bening lolos begitu saja melewati pipinya.
"Tuan …, aku tidak tahu apa maksud Tuan," bisik Namara. Dia berusaha terlihat menyedihkan.
Namun, respon Eros justru tidak terduga. Pria itu membentak, "Jangan bersikap menyedihkan di depanku!" Dia langsung melempar tubuh Namara hingga jatuh tersungkur ke lantai.
"Ahh ...."
Namara merasa kaki dan pinggangnya sangat sakit. Dia mencoba menggerakkan kakinya, tetapi sengatan rasa sakit itu membuatnya urung.
Sialan! Pria itu benar-benar orang yang kejam. Apa yang harus dia lakukan sekarang?
Percuma saja mencoba mengiba dengan tangisan yang menyedihkan. Sepertinya Eros justru tidak senang melihat seseorang menangis.
"Kau tahu apa yang paling aku benci di dunia?" tanya Eros sambil melangkah mendekat. Setiap langkahnya membawa aura menakutkan bak dewa kematian.
Namara hanya menggeleng tanpa menatap ke depan.
"Pengkhianatan. Jika kau datang membawa maksud tersembunyi … aku akan datang mencari rumahmu dan menghancurkan siapa pun yang ada di sana," ucap Eros dengan nada yang terdengar datar.
Dia membungkuk menangkap dagu Namara dan mengangkatnya agar menatap ke arahnya. "Apa kau mengerti?"
Di dalam hati Namara benar-benar tertawa mengejek. Sayang sekali dia memang memiliki maksud tersembunyi. Dia memiliki rencana besar yang akan mengantarkan klan Sayap Hitam pada sebuah bencana.
'Sejak kau membawaku ke sini maka kau sendiri akan menjadi penyebab kehancuran klanmu,' cemooh Namara di dalam hati. Meskipun begitu wajahnya tidak menunjukkan permusuhan apa pun.
"Mengerti," balas Namara pelan.
Eros kembali berdiri. Dia melangkah lalu duduk di salah satu kursi yang ada di sana. Matanya sama sekali tidak terlepas dari Namara.
"Pelayan!" Eros berseru. Tak selang lama kemudian seseorang yang diharapkan pun langsung datang.
"Ya, Tuan."
"Bantu dia membersihkan diri."
Pelayan wanita itu terdiam sebentar. Dia merasa takut seandainya Namara akan membuatnya terluka seperti yang terjadi pada Elise.
"Tunggu apa lagi?!"
"Ba—baik," jawab si pelayan dengan gugup. Dia juga takut membuat Eros marah. Jadi mau tidak mau dia langsung melakukan perintah pria itu.
Dia bergerak mendekati Namara. Dengan perasaan ngeri dia membantu wanita itu berdiri. Setelah itu mereka pun bergerak menuju kamar mandi.
Namara mengambil kesempatan ini untuk mencari tahu apa yang sudah terjadi. Dia bertanya, "Kenapa kalian memperlakukanku seperti orang aneh?"
Pelayan itu merasa sedikit tidak nyaman. Ragu-ragu dia menjawab, "Nona, pelayan yang pingsan itu sebelumnya tidak sengaja menyentuh tanda di bahu Nona. Apa Nona tidak merasakannya?"
Namara tidak menduga bahwa penyebabnya adalah itu. Dia sedikit tidak percaya. Bagaimana mungkin menyentuh tanda lahir seseorang bisa menyebabkan bahaya?
"Itu tidak mungkin. Kalian pasti salah paham. Ini hanya tanda lahir biasa," sangkal Namara. Dia menjadi heran juga. Kenapa orang-orang memperlakukan tanda lahirnya dengan cara berbeda?
Terakhir kali Xanda mengatakan jika tanda lahirnya sudah membuat Nera terluka. Dan sekarang pelayan ini mengatakan hal yang sama juga tentang Elise yang pingsan.
Namara sudah hidup 20 tahun bersama dengan tanda lahir itu. Dan selama itu pula dia tidak pernah mendapatkan keanehan apa pun. Namun, kenapa akhir-akhir ini ada saja hal yang sedikit tidak normal? Apa ini alasan kenapa Eros kembali mencurigainya?
"Nona, apa kau tidak mengetahui apa-apa tentang itu?" tanya si pelayan.
"Tidak."
Namara menggeleng dan itu membuat pelayan itu terdiam. Sebelumnya dia benar-benar melihat apa yang sudah terjadi dengan mata kepalanya sendiri. Mata tidak mungkin memalsukan sebuah kejadian, kan?
"Baiklah. Lupaka saja tentang itu. Maaf sudah membuat kalian takut," ucap Namara mengakhiri pembicaraan itu.
Kemudian mereka tiba di tempat yang di dalamnya terdapat kolam air berukuran cukup besar. Namara segera turun memasuki kolam. Untung kakinya tidak mengalami luka serius jadi itu tidak begitu merepotkan.
Namara menggosok tubuhnya untuk menghilangkan pasta hijau yang sangat menjijikkan. Setelah itu dia diberi cairan kental yang aromanya begitu harum.
"Pakailah itu untuk menghilangkan bau sisa pasta sebelumnya," ucap si pelayan.
Tanpa banyak bertanya Namara langsung mengoleskan cairan itu ke tubuhnya. Meskipun tercampur dengan air aroma wanginya tetap melekat di kulit. Itu barang yang cukup menakjubkan.
Setelah semua terasa cukup, Namara pun berniat naik ke permukaan. Akan tetapi, pelayan itu masih ada di sana dan memerhatikannya tanpa merasa sungkan.
"Bisakah kau keluar? Tolong tinggalkan pakaian dan kain pengering," pinta Namara.
"Jika Nona merasa malu, aku akan berbalik." Pelayan itu memutar tubuhnya hingga membelakangi Namara. Tangannya yang memegang pakaian bersih dan kain pengering terulur ke samping.
Namara benar-benar tidak habis pikir. Apa mereka pikir dia akan melarikan diri? Bahkan mandi pun harus diawasi.
Dengan perasaan tidak senang Namara melangkah keluar dari air. Dia segera mengeringkan tubuh dan mengenakan pakaian dengan cepat.
Kali ini pakaian yang dia kenakan terasa lebih nyaman. Selain itu ketika dipakai juga tidak begitu terbuka, tidak seperti pakaian di rumah pelacuran.
Hal itu membuat Namara merasa sedikit senang. Dia melangkah keluar diikuti si pelayan. Sekarang dia akan berhadapan lagi dengan Eros. Perlu persiapan mental untuknya.
Saat ini Eros masih duduk dengan posisi yang sama tanpa bergerak sedikit pun. Pikirannya berputar hanya untuk memikirkan tanda lahir Namara. Kenapa wanita itu terlihat seperti tidak tahu apa-apa?
Mungkin Eros bersikap seperti seorang bajingan yang kesenangannya hanya bermain dengan wanita. Namun, tidak ada yang tahu persis bagaimana karakter dia yang sebenarnya.
Tidak ada yang tahu bahwa, Eros tidak sesederhana yang mereka pikirkan.
Pada saat itu dia mendengar suara langkah mendekat. Dia langsung melihat Namara yang berjalan masuk dengan penampilan rapi. Wanita itu terlihat lebih segar dari sebelumnya.
Setelah tiba di dalam, Namara tidak tahu harus melakukan apa atau mengatakan apa. Dia hanya diam menunggu sampai Eros membuka suara.
"Aku akan memberi tahu peraturan apa yang mengikat hidupmu di sini," ucap Eros. Tidak ada riak khusus di wajahnya.
"Baik," balas Namara dengan singkat.
Eros berdiri dari tempat duduk. Dia berjalan mendekati Namara lalu berkata, "Satu, apa pun yang terjadi, jangan pernah menangis di hadapanku. Kau mengerti?"
Namara mengangguk.
"Dua, jangan pernah mengatakan tidak padaku." Itu berarti dia tidak ingin ditolak.
"Tiga, jangan pernah mengatakan jangan." Artinya dia tidak ingin dilarang.
Tangan Eros mendarat di pundak Namara lalu mendorongnya sedikit demi sedikit. Tubuh Namara mulai kaku. Kedua kakinya melangkah mundur hingga menemui jalan buntu saat tiba-tiba menabrak sisi ranjang.
"Empat, jangan pernah memanggil namaku." Hanya Tuan, seperti panggilan seorang budak pada umumnya.
Namara menelan ludah. Dia bisa memahami semuanya.
"Lima, jangan menanyakan hal-hal di luar batasmu."
Ya. Namara mengerti.
"Enam, jangan pernah mengguruiku."
"Tujuh …." Ternyata masih belum selesai.
"Jangan pernah mencoba melarikan diri atau kau tidak akan pernah bisa lari lagi, selamanya."
Pada saat itu Eros langsung mendorong Namara hingga jatuh ke atas Ranjang. Dia langsung mencium bibir Namara dan melumatnya tanpa kelembutan.
Tubuh Namara langsung berubah menjadi kaku. Dia terdiam dengan pikiran yang sedikit kacau. Apa pria itu akan menyentuhnya sekarang?
Bạn cũng có thể thích
bình luận đoạn văn
Tính năng bình luận đoạn văn hiện đã có trên Web! Di chuyển chuột qua bất kỳ đoạn nào và nhấp vào biểu tượng để thêm nhận xét của bạn.
Ngoài ra, bạn luôn có thể tắt / bật nó trong Cài đặt.
ĐÃ NHẬN ĐƯỢC