Namara melangkah ke depan lalu mengetuk pintu beberapa kali. Dia menunggu, tetapi hingga beberapa saat tidak ada jawaban apa pun dari dalam. Bahkan tidak ada suara yang menandakan adanya kehidupan di dalam.
Mungkin Master Orsley tidak ada di rumah?
Namara kembali mengetuk lagi. Kali ini dia juga memanggil nama si pemilik rumah. "Master Orsley! Apa kau di dalam? Tolong buka pintunya!"
Barulah setelah itu pintu mulai terbuka menampilkan pria tua berambut gondrong dan berjambang cukup lebat. Pria tua itu menyipitkan mata menatap Namara. Kelihatannya dia baru bangun tidur.
Setelah beberapa saat pria itu berdecih dan bersiap menutu pintu. Namun, Namara tidak membiarkan itu terjadi. Dia langsung mengganjalkan kakinya ke pintu.
"Ayolah, kau pasti masih mengingatku. Aku ingin berbicara hal penting denganmu," bujuk Namara.
"Tentu saja! Memangnya siapa yang tidak mengingat gadis nakal sepertimu?!"
Namara hanya terkekeh mendengar omelan Master Orsley. Dia menyelonong masuk tanpa izin si pemilik rumah. Pria tua itu memang seseorang yang sudah dikenal Namara.
Master Orsley adalah seseorang berdarah campuran, antara klan Sayap Hitam dengan Klan Matahari. Dulu dia merupakan salah satu guru di akademi tempat Namara tinggal. Namun, tiga tahun yang lalu pria itu meninggalkan akademi tanpa alasan.
Namara tidak tahu alasannya. Dia juga tidak menanyakannya. Berbicara tentang akademi, Namara merasa sedikit emosional.
Dia masuk ke akademi ketika berusia 7 tahun dan tinggal di sana selama hampir 11 tahun. Dia ingat ketika baru masuk ke akademi, Master Orsley-lah yang banyak membantu. Pria tua itu banyak menjaganya dibandingkan guru-guru yang lain.
Hidup selama 10 tahun lebih di akademi membuat Namara cukup dekat dengan Master Orsley. Orang-orang di akademi banyak yang tidak menyukainya, tetapi Master Orsley tidak.
Dulu identitas Namara memang tertutup. Tidak ada yang tahu jika dia adalah putri dari kepala klan Matahari. Hanya ada segelintir orang yang mau berteman dengan manusia lemah sepertinya.
Namara duduk di kursi batu yang ada di dalam rumah. Meskipun rumah itu kecil dan hanya ada beberapa perabot, Namara tidak menganggapnya aneh. Dia menyukainya.
"Kenapa kau datang ke sini?" tanya Master Orsley.
"Aku ingin meminta bantuanmu," balas Namara. Dia menatap Master Orsley dan merengut. "Kenapa kedatanganku tidak disambut sama sekali?"
Master Orsley menghela napas. Dia menutup pintu dan duduk di seberang Namara. "Kau pergi ke sini sendirian? Bagaimana kau bisa memiliki keberanian pergi ke klan Sayap Hitam tanpa seorang teman?"
"Sebenarnya aku sudah lama meninggalkan akademi," ucap Namara.
"Karena kepala klan Matahari meninggal? Apa kau datang ke sini untuk membalas dendam?"
Namara mengangguk tanpa mengelak atau membantah. Itu benar-benar membuat Master Orsley terkejut. "Jangan gila! Apa kau sedang mencari kematian?!"
"Kau pikirkan saja. Bagaimana mungkin aku membiarkan orang tuaku mati begitu saja?" Namara tiba-tiba melebarkan mata. "Kau sudah tahu orang tuaku adalah penguasa klan Matahari?"
Master Orsley terkekeh dengan perasaan bangga. Dia berkata, "Tentu saja tahu. Ayahmu sendiri yang sudah menyerahkanmu padaku."
"Benarkah?" Namara benar-benar tidak tahu mengenai hal ini. Dia menyipitkan mata mencoba menyelidiki pria tua itu.
"Aku tidak berbohong padamu," ucap Master Orsley. "Ayahmu menemuiku dan memberi tahu putrinya akan masuk ke akademi. Aku diminta untuk menjaganya dan .... seperti itulah."
Kemudian Master Orsley tersenyum. "Aku turut sedih dengan kematian mereka. Namun, aku tidak akan setuju jika kau pergi membalas dendam untuk mereka. Bodoh. Kau pikir dengan keuatanmu yang kosong ini akan bisa melakukan hal berbahaya seperti itu? Jangan membahayakan diri."
Sejak melihat Namara yang baru berusia 7 tahun, Master Orsley sudah menganggapnya seperti seorang cucu. Gadis itu sangat lemah, banyak yang tidak menyukai dan mencoba menggertaknya. Tentu saja Master Orsley tidak tega jika hanya membiarkannya.
Namara mendesah. "Tapi kau tidak bisa menghentikanku, Orsley Tua. Ayolah, aku sudah memiliki rencana tersendiri," erangnya.
"Benar-benar keras kepala. Keluar kau! Aku tidak akan membantu apa pun," usir Master Orsley.
Namun, Namara tidak mau pergi. Dia tetap duduk di tempatnya dan mecengkeram erat meja batu yang ada di sana. Dia takut Master Orsley akan menggunakan kekuatannya untuk menyeret dia keluar.
"Kau benar-benar …." Master Orsley kehabisan kata-kata. Dia menghela napas panjang dan akhirnya bertanya, "Apa yang kau inginkan, heh, Bocah?"
Meskipun saat ini Namara sudah berusia 20 tahun lebih, Master Orsley tidak menganggap dia sebagai wanita dewasa sama sekali. Baginya Namara masih seperti gadis kecil yang perlu banyak diberi tahu.
"Bisakah kau menghilangkan bekas luka?" tanya Namara dengan penuh harap.
"Kau pikir aku seseorang dari klan Seribu Bintang?!"
Namara menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ayolah, aku tahu kau bisa melakukannya."
Master Orsley menatap Namara dengan heran. Untuk apa perempuan itu meminta dia untuk menghilangkan bekas luka? Dia menjadi curiga dengan apa yang sebenarnya sedang Namara rencanakan.
"Kau pasti mencurigaiku," ucap Namara. "Tapi aku tidak akan memberi tahu," imbuhnya.
Master Orsley menatapnya dengan sinis. Dia tidak melihat ada bekas luka di wajah Namara, di lengannya juga tidak ada. Aneh sekali. Meskipun begitu pada akhirnya dia mau membantu.
Perlahan Master Orsley berjalan mendekati lemari kecil di pojok ruangan. Lacinya dibuka dan pria tua itu mengeluarkan kotak kecil yang terbuat dari kayu. Isinya entah apa.
Dia membawa benda itu dan meletakkan di atas meja. "Untungnya aku masih memiliki ini," ucapnya.
"Apa ini?" Namara mencoba membuka kotak itu dan langsung melihat bubuk berwarna abu-abu yang tersimpan di dalamnya. Dia menatap Master Orsley dengan tatapan memprotes.
"Yang benar saja. Apa ... kau memberiku abu?"
"Abu pantatmu!" Master Orsley mendengkus.
"Ini adalah bubuk ajaib yang aku dapatkan dari sesepuh klan Seribu Bintang. Campurkan itu ke dalam air yang kau gunakan untuk mandi. Aku tidak menjamin akan berhasil, tetapi kau bisa mencobanya."
Namara terkekeh senang. "Kau memang terbaik!" serunya. Dia langsung mengantongi kotak itu, takut seandainya Master Orsley berubah pikiran.
"Apa kau datang ke sini hanya karena ingin meminta bantuanku? Jika kau tidak membutuhkan bantuanku maka kau tidak akan datang mengunjungiku?" tanya Master Orsley yang sedikit tidak senang.
"Kenapa? Kau pasti merindukanku bukan?" Namara terkekeh. Pria tua itu benar-benar senang berpura-pura. Dia pasti merindukannya, tetapi malu untuk mengatakan dengan jujur.
"Aku tidak tahu di mana rumahmu. Untung ada gadis kecil yang mau memberi tahu," ucap Namara.
Sebenarnya apa yang dikatakan Master Orsley sangat tepat. Mungkin dia tidak akan datang ke sini. Dia tidak ingin mengambil risiko seandainya dia ketahuan memiliki hubungan khusus dengan orang tua itu.
Bagaimanapun juga dia tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Bagaimana jika dia gagal memusnahkan klan Sayap Hitam dan sebaliknya mereka membalas dengan menghancurkan semua kerabatnya?
Entahlah.
"Kalau begitu aku akan pergi sekarang. Doakan saja aku akan berhasil. Jika hari itu tiba maka aku akan datang ke sini dan mentraktirmu makan daging bakar," ucap Namara dengan senang.
"Tidak ada spesialnya daging bakar. Kau datang dengan kondisi baik saja sudah cukup untukku," balas Master Orsley.
Namary tersenyum kecil. "Orsley Tua, jaga kesehatanmu!"
Setelah mengatakan itu dia langsung melangkah pergi, meninggalkan Master Orsley yang hanya diam terpaku.