Keesokan harinya Nay sadar, ia melihat Rey di sampingnya.
"Rey...dimana kita" tanya Nay
Rey yang sedang sibuk membuka laptopnya mendengar Nay, iapun menghampiri Nay.
"Kita dirumah sakit" jawab Rey berusaha menggenggam tangan Nay
Nay melihat perutnya yang sudah kembali rata. Ia teriak histeris. Ia bertanya banyak hal kepada Rey.
"Apa yang terjadi?" tanya Nay yang meraba raba perutnya.
"Kita kehilangan dia" jawab Rey berusaha menguatkan Nay
"Apa maksutmu, kemarin aku masih merasakannya, apa yang kau lakukan padaku Rey?" teriak Nay memukul tubuh Rey
Rey semakin muak kepada Nay. Ia muak mengetahui semua orang menyalahkannya. Atas meninggalnya bayi Nay. Rey berkata,
"Hentikan Nay, dia sudah pergi dia sudah tiada, aku melakukannya demi menyelamatkan nyawamu, jika kau ingin marah, marahlah pada dirimu sendiri, kau yang mengakibatkan bayi kita meninggal bukan aku" ucap Rey yang pergi begitu saja meninggalkan Nay di dalam ruangannya.
Nay menangis, ia mengulangi kalimat-kalimat yang dikatakan oleh Rey. Ia memikirkan semua ucapan Rey. Nay yang sangat bersedih berduka dan hancur itu hanya menangis seorang diri di kamar rumah sakit. Diluar Manuel dan Vellycia melihat Nay ikut bersedih melihat merasakan kesedihan Nay yang harus kehilangan bayinya, terlebih suaminya sungguh sudah tidak memperdulikannya lagi. Manuel dan Vellycia tidak berani menemui Nay, mereka hanya meminta Dewi untuk menemani Nay yang sedang down.
Keesokan harinya, Dewi datang untuk menjenguk Nay, ia datang dan langsung merangkul Nay. Ia berusaha menenangkan Nay. Dewi memeluk Nay.
"Assalamu'alaikum, siang Nay" ucap Dewi membawakan roti dan buah
"Wa'alaikumussalam kakak" jawab Nay yang langsung menangis memeluk Dewi
"Kak, apa yang terjadi? Mengapa Allah sangat kejam kepadaku?"
"Allah menyayangimu Nay, Allah memberimu ujian ini karena Allah tau kamu mampu melewatinya, Qodarullah wa maa-syaa-a fa'ala. Ini sudah menjadi kehendak Allah sudah jadi takdir Allah Nay" ucap Dewi yang ikut menangis melihat Nay yang sendirian sedari tadi tanpa ada seseorang yang menjaga dan menguatkannya.
"Aku nggak kuat kak, malang sekali takdir yang Allah gariskan untukku, aku tak tau siapa orangtua kandungku, aku di anak tirikan di keluarga angkat ku, aku disia-siakan oleh suamiku, dan kini aku kehilangan anakku, sungguh berat ini semua kak, sungguh aku tak sanggup lagi" Nay menangis tersedu-sedu
"Ridholah Nay, kita tidak pernah tau apa sholat kita kemarin, hari ini di terima?apa puasa kita di terima? apa amal ibadah kita diterima, kita tidak pernah tau Nay. Namun kita bisa tau jika Allah meridhoi kita, ridho dengan kita, caranya adalah ketika kita sudah bisa ridho dan ikhlas menerima cobaan dan ujian yang Allah beri untuk kita. Maka Allah akan meridhoi kita." jelas Dewi berusaha mengambilkan air minum untuk Nay
Nay minum air tersebut, sambil menangis. Dewi berusaha menenangkan Nay. Dewi menemani Nay hingga Nay tertidur. Ketika Nay sudah tertidur Dewi pun pulang. Nay sendiri lagi dirumah sakit, tanpa ada yang menemaninya. Sementara Rey sedang di hotel mengurus pekerjaannya. Ia stress iapun bersedih ia kehilangan anaknya, ia berduka, namun ia juga tidak terima jika semua orang menyalahkannya. Ia marah dan cara meluapkan kemarahannya ia habiskan waktunya untuk bekerja, dan mengurus pekerjaan. Ia tidak menghiraukan Nay yang sedang terbaring dirumah sakit, ia juga tak memikirkan Natasya yang sudah menghubunginya puluhan kali. Rey memilih netral ia ingin menenangkan dirinya dengan cara bekerja.
Daniel datang menjenguk Nay,
"Hi bibik, apa kabar" ucap Daniel
"Hm kamu, baru kelihatan" jawab Nay
"Maklum aku harus menunggu situasi aman"
"Aman kenapa?"
"loh kamu belum tau siapa aku?"
"Kamu kan Daniel si kakek yang bawel itu"
"Asem,dasar bibik-bibik tua. Aku Daniel sepupunya Rey, pasti kamu sudah tau jika aku dan Rey seperti minyak dan air"
"Kamu???masih keluarga Afsheen"
"Kenapa? Ke gantengan ya" ucap Daniel percaya diri
"Astaga, pantas kamu menunggu keadaan aman, santai ajah aku nggak tertarik dengan konflik kalian, jangan ceritakan apa-apa padaku"
"Ia ia bibik tua"
Daniel menghibur Nay 1 minggu lamanya, ia bergantian dengan Dewi untuk menjaga Nay. Dengan izin Manuel. Hingga sudah waktunya untuk Nay keluar dari rumah sakit. Daniel membawa Nay pulang.
"Daniel terimakasih, kamu sudah menemaniku selama 1 minggu ini" ucap Nay yang sedang duduk di kursi roda
"Iya sama-sama, Manuel dan Vellycia setiap hari mereka bertanya tentang kamu"
"Tapi kenapa kak Vellyc sama Manuel tidak pernah datang menemui ku"
"Karena mereka merasa bersalah terhadapmu, mereka hanya meminta istri Manuel untuk menjengukmu beberapa kali"
"Baiklah nanti aku akan menghubungi kak Vellyc dan kak Manuel. Daniel bagaimana kabar Rey?"
"Suamimu sedang ada kunjungan kerja di Singapore, kata Daniel "
"Baiklah, setidaknya aku bisa pulang kerumahku, tolong antarkan aku pulang ya Daniel, aku lelah ingin sekali segera beristirahat"
"Iya Nay"
Setibanya Nay dirumah semua asisten rumah tangga membantu Nay, Daniel enggan melangkahkan kakinya kerumah Rey. Ia hanya mengantarkan Nay hingga depan pintu, selebihnya Nay dibantu oleh asisten rumah tangga.
Nay didalam kamarnya, ia membuka album fotonya bersama Rey, ia melihat baik-baik wajah Rey
"Aku merindukanmu Rey, aku tau aku bodoh jika aku tetap merindukanmu setelah semua ini.
Jika benar yang kau katakan padaku, bayi kita meninggal karena aku, berarti aku sudah membunuh 2 orang Rey, aku sudah membunuh Fariz dan aku sudah membunuh bayi kita.
Rey aku tau kamu bersedih, andai aku bisa menjaga bayi kita dengan sangat baik mungkin kita tidak perlu kehilangannya.
Rey aku merindukanmu, sungguh aku merindukanmu, kumohon kembalilah." ucap Nay yang menangis di kasur nya.
2 hari lamanya Nay tidak keluar kamar, ia makan dan minum hanya sedikit, Nay mengurung dirinya di kamar, ia memeluk kemeja Rey. Ia melihat foto Rey. Setiap hari ia melihat ponsel nya berharap Rey menghubunginya.
Keesokan harinya, Rey pulang.
"Apa nona Nay ada di kamar nya?" tanya Rey kepada asisten rumah tangga
"Nona muda sudah di kamar nya tuan, namun nona muda belum keluar kamar sudah 2 hari ini"
"Hmm baiklah, kau bisa pergi" ucap Rey,.
Rey masuk kedalam kamarnya. Rey melihat Nay tampak kacau, badannya semakin kurus, wajahnya kusam, rambut tak tersisir dengan baik.
"Nay, aku pulang" panggil Rey masuk kedalam kamar.
Nay tidak menjawab Rey. Dia diam sambil melihat foto pernikahannya di dinding.
"Rey aku takut kehilanganmu" ucap Nay
"Kau sudah kehilangan ku Nay, semenjak bayi kita meninggal"
"Aku memilih bertahan, aku tidak bisa kehilangan mu Rey, aku akan bertahan"
"Aku tidak pernah memaksamu, kau bebas jika kau ingin pergi"
"Aku tak tau harus pergi kemana, jika hanya dirimu lah rumah yang ku punya. Kamu benar aku yang sudah membunuh bayi kita.
Aku yang bersalah, kamu tidak salah''
Rey diam tak menjawab, ia masuk ke kamar mandi untuk mandi.
"Ada hubungan apa kau dengan Daniel" tanya Rey dari dalam kamar mandi
"Kak Daniel hanya temanku bercanda"
"Teman mana yang mengaku menjadi suami" ucap Rey curiga
"Suami mana yang enggan mengakui status istrinya, sementara istrinya sedang dipermalukan banyak orang, hingga teman itu tadi datang menolongnya dengan mengaku menjadi suaminya" jelas Nay
"Hmmm kau kini pandai membantahku ya Nay"
"Aku begini, karena kamu yang memulainya"
"Terserah kau saja, aku ingin tidur" ucap Rey memakai bajunya dan tidur.
Nay yang di balkon melihat langit ia berkata,
"Nak bawalah ibu bersamamu" ucap Nay. Nay melihat Rey tidur tidak memakai selimut, ia pun menyelimuti Rey. Melihat wajah suaminya sangat lama, hingga ia tertidur di atas soffa. Rey terbangun lebih dulu, ia melihat Nay matanya sembab karena sering menangis, area mata hitam karena kurang tidur. Rey melihat Nay dan menggendong Nay lalu membaringkan Nay ke tempat tidur. Rey hendak mencium Nay, namun ia mengurungkan niatnya.
Aku hanya takut sendiri
Aku hanya takut kehilangan lagi
Aku tak apa di buang, di campakan, di sia-siakan
Namun tolong jangan tinggalkan aku
Aku hanya tau cara bertahan walau sakit, dan aku tak mampu bertahan jika sendiri.
Aku membutuhkan mu Rey, setidaknya engkaulah rumahku. Walau rumah itu menyakitiku setiap harinya. Namun aku memilih mempertahankan rumah tersebut, karena aku sudah tak memiliki tempat lagi.
Rumahku hanyalah dirimu
🍁Nay