Tải xuống ứng dụng
94% KEMBALI PADAMU / Chapter 141: Kejutan

Chương 141: Kejutan

"Makasih sudah mengantarku ke dokter,"

"Sama- sama, kalau ada apa- apa karena suamimu tidak ada. Jangan sungkan menghubungiku," Alfi memberikan kartu nama pada Ara, Ara menerimanya dengan senang hati,

"Oke..." Ara berlalu pergi masuk ke kamar Hotelnya kembali.

Alfi memandang Ara hingga hilang dari pandangannya, "Kamu tetap Ara yang sama seperti dulu... yang masih aku cintai," Gumam Alfi. Alfi kembali kekediamannya, dan segera pergi ke Resto miliknya.

Alfi memiliki beberapa Resto di tempat ini, sengaja menyibukan dirinya dan untuk tidak mengingat Ara, berbicara dengan Ara... Alfi adalah pengagum rahasianya sejak Ara masuk Sekolah Dasar hingga kini, terdengar aneh namun inilah kenyataannya, Ara adalah adik kelasnya dan sampai SMA mereka satu sekolahan tapi tidak pernah sekalipun mereka bertegur sapa, setelah lulus sekolah Alfi menyiapkan semuanya namun sesuatu terjadi dan Alfi tidak berani untuk menemui Ara kembali.

***

Natan terbangun dari tidurnya, mengedarkan pandangannya. Dia berada di kamar Hotel tapi bukan kamar hotel yang beberapa hari ini dia tinggali, Natan terkejut mendapati tubuhnya hanya memakai celana dalam saja dan ketika bangun hendak mandi di lehernya terdapat beberapa ruam merah, Natan memijat kepalanya dan mengingat apa yang terjadi, tapi tidak ingat apa- apa, yang dia ingat dia sedang minum dan di datangi beberapa cewek, lalu tidak ingat apa- apa lagi.

Keluar dari kamar mandi, Natan terkejut mendapati satu set baju lengkap dengan jas dan dasi di atas tempat tidur, saat sedang memakainya, Robi masuk kedalam dan hati Natan berangsur lega.

"Kamu yang semalam membawaku kesini?" Natan menatap penuh tanya,

"Siapa lagi kalau bukan aku? Bos berharap wanita yang menggerayangi Bos semalam yang membawamu kemari?" Natan menggeleng,

"Sudah ku bilang jangan minum di tempat umum, Bos malah ngeyel. Tanggung akibatnya," Roby memberikan handphonenya dan menunjukan Vidio dan pesan dari Ara, seketika Natan terduduk kaku...

"Akan ada perang besar lagi nih... kamu sih Bos, sudah tau Ara lagi marah karena kejadian di restoran itu, malah di tambah semalam, mana peke merah- merah itu leher," Robi ikut kesal dengan kelakuan bosnya,

Natan mengacak- ngacak rambutnya, "Setelah meeting hari ini kita pulang!"

drettt...drettt...drettt ... handphone Natan bergetar menandakan ada panggilan masuk, Natan segera mengangkatnya karena itu panggilan dari Raya,

"Nat... Ara tidak pulang juga padahal sudah tiga malam, kami semua menghubungi Ara tetapi tidak bisa, mama khawatir," Terdengar isak tangis Raya di telinga Natan, Natan semakin merasa bersalah dan cemas memikirkan Ara,

"Mama khawatir bahkan obat untuk kandungannya juga Ara tinggalkan." Natan terkejut,

"Setelah meeting aku kembali mam, kita cari Ara sama- sama," Natan mencoba menenangkan Raya.

"Baiklah mama tunggu!" Natan segera bergegas bertemu klien untuk melaksanakan meeting, lalu kembali ke Hotel mengambil barang- barangnya dan pulang kerumahnya,

Perjalanan membutuhkan waktu lumayan panjang, saat matahari terbenam Natan baru sampai kerumahnya. Dengan cepat Natan mengecek seluruh kamarnya dan tertegun melihat satu tiket pesawat atas namanya diletakan di laci meja rias Ara, Natan melihat tanggal keberangkatannya dan matanya terbelalak karena tanggalnya itu sama persis dengan waktu Natan berangkat ke pulau K,

"Bali..." Natan semakin pucat wajahnya, Waktu yang di tunggu Ara beberapa bulan yang lalu, dan parahnya di hari Ulang Tahun Ara, Natan melupakannya.

Natan membersihkan dirinya di kamar mandi lalu memakai baju rapi dan siap- siap terbang ke Bali.

"Kamu mau kemana Nat?" Tanya Raya, "Ke Bali mam, Ara ada di sana," Jawab Natan.

"Baiklah, hati- hati di jalan, nanti kami menyusul," kata Raya.

***

Pintu kamar Ara di ketuk dari luar, Ara tanpa bergairah bangun dari duduknya dan membukakan pintu, terlihat Alfi tersenyum lebar,

"Kita makan di bawah Ra!" Ara menggeleng, tapi Alfi tetap memaksanya.

"Kamu tidak sendiri sekarang, kasian baby-nya," Akhirnya Ara luluh juga.

Alfi berhenti di meja yang sudah tersedia hidangan makan malamnya,

"Al..." Ara bengong mendapati tempat romantis di hadapannya,

"Happy birthday Ara... semoga kamu selalu mendapat yang terbaik," Alfi memberikan kado untuk Ara,

"Maaf harusnya kemarin malam tapi, aku kemarin sibuk," Ara terdiam membeku mendapat ucapan dari Alfi,

"Al..." gumam Ara, hanya itu yang keluar dari mulut Ara.

"Aku tau tanggal lahirmu saat kamu memeriksakan kandunganmu," Jawab Alfi untuk menghilangkan kecurigaan Ara, ekspresi Ara berubah tenang lalu tersenyum,

"Makasih Al..." Alfi mengangguk, "Ayo tiup lilinnya! dan buat sebuah permintaan!" saran Alfi.

Ara memejamkan matanya dan terlihat bayang- bayang wajah Natan... hati Ara sakit namun sangat merindukannya,

"Semoga Tuhan makin memperkuat cinta kita," gumam Ara yang tidak terdengar oleh Alfi.

"Ayo tiup Ra!" Suara Alfi membuyarkan fokus Ara, Ara menunduk dan meniup lilinnya. Suara tepuk tangan terdengar di seluruh ruangan yang tadinya remang- remang menjadi terang,

"Ini semuanya temanku..." Bisik Alfi ke telinga Ara, Ara terpaku dengan apa yang di lihatnya, semua pesta malam ini untuknya.

"Aku bahagia... Terimakasih Al,"

"Sama- sama, Ara." Suasana masih ramai sampai jam 12 malam, Ara pamit untuk beristirahat kepada Alfi, ketika berbalik matanya terpaku melihat Natan sudah ada di hadapannya, setelah sadar dari keterkejutnnya, wajah Ara berubah datar.

"Ada apa kamu kemari?" tanya Ara.

Natan menarik tubuh Ara kepelukannya, walaupun Ara berusaha mendorongnya tapi di pelukan Natan, Ara tidak bisa menghindar.

"Ma'af sayank..." Ara tidak menjawab apa- apa melainkan mendorong Natan dan pergi, Natan dengan cepat mengejar Ara,

"Yank hati- hati, tidak boleh berlari!" Natan memperingatkan.

Ara tidak menghiraukan kata- kata Natan, Ara segera menuju Hotel dan masuk ke kamarnya, Natan segera masuk sebelum pintu Ara kunci,

"Aku frustasi karena aku tidak bisa menghubungimu, Robi menyarankanku minum di dalam Hotel, tapi bodohnya aku menolak dan minum di bar dan mabuk berat, sebelum semuanya terlambat Robi membawaku pulang jadi aku malam itu tidak ingat apa- apa, hanya kamu yang aku ingat, dan mungkin..." Natan menelan ludahnya dan meneruskan kembali kata- katanya,

"Mungkin... orang yang menyentuhku semalam dimataku terlihat seperti kamu jadi aku menikmatinya... tapi percayalah tidak semuanya..." Ara menatap samar bagian leher Natan lalu Air mata Ara tumpah seketika, Ara segera berlari ke dalam kamar mandi dan buk... pintu tertutup bersama beberapa barang jatuh membuat Natan panik,

"Yank, buka pintunya!" Natan memanggil dari luar namun tidak ada jawaban apapun dari dalam, Natan mencoba mendobrak pintu kamar mandi beberapa kali dan ketika berhasil terbuka, Natan melihat darah berceceran di lantai, lebih panik lagi ketika Natan mendapati Ara pingsan bersandar di samping bathtub.

"Sayank bertahanlah! maafkan aku..." wajah Natan memerah menahan tangisnya.

Ara segera di tangani Dokter, setelah itu Ara di pindahkan ke ruang rawat inap. Ara terbaring sangat lemah disebabkan olah pendarahan yang dialaminya,

"Beruntung janinnya kuat, dan mereka baik- baik saja," Dokter memberi informasi keadaan Ara kepada Natan, Natan baru bernapas lega, setelah mendengar penjelasan Dokter mengenai keadaan Ara.

"Ah..." Ara merintih saat membuka matanya dan di area perut begitu sakit,

"Tidak boleh bergerak banyak dulu ya yank!" Suara Natan lembut, Ara menatap Natan dan memalingkan mukanya, lalu menangis kembali,

"Yank...pukul atau tampar aku jika kamu mau, atau kamu apakan aku terserahmu agar rasa sakitmu hilang!" pipi Natan sudah basah dengan Air matanya, Natan tidak tega melihat Ara sekarang.

"Kemari!" Suara Ara pelan, setengah bergumam. Natan segera mendekat, pandangan mata mereka beradu dan hati Ara semakin sakit, namun kerinduannya dan rasa cintanya mengalahkan semuanya,

"Peluk aku!" kata Ara, Natan terpaku mendengar permintaan Ara,

"Sebesar apapun aku membencimu, sebesar apapun aku merasa sakit, dan sebesar apapun aku kecewa, dan sejauh apapun aku memberi jarak aku akan kembali padamu pada akhirnya," Kata- kata Ara menggetarkan hati Natan dan segera memeluknya,

"Beri aku kesempatan agar lebih baik lagi!" Suara Natan memohon, Ara membelai pipi Natan, "Selalu ada kesempatan untukmu..." Kata- kata Ara yang membuat Natan malu.

Pintu ruangan terbuka dan munculah Orang tua Natan dan orang tua Ara, Natan berdiri dan belum sempat bicara satu tamparan telah mendarat di pipi Natan, "plak...."

"Mama tidak habis pikir kenapa kamu mengulangi kesalahan bodoh lagi," terdengar suara datar Raya, untuk pertama kalinya Raya menampar Natan.

Natan menundukan kepalanya, "Ma'af..." Raya terlihat murka,

"Kalau Ara tidak bisa kamu perlakukan dengan baik, mama akan mencarikan laki- laki yang baik buat Ara," Natan menggelengkan kepalanya, "Tidak mam, kumohon!" Natan begitu takut karena Raya akan sekejam Herlambang kalau sudah murka.

"Mam, Ara mencintai Natan..." Suara Ara membuat Raya melembut,

"Tapi Natan telah melukaimu," Raya menatap Ara,

"Tidak sepenuhnya salah Natan mam," Raya memeluk Ara dan menangis,

"Ma'afin anak mama sayang!" Ara mengangguk, Andien juga memeluk Ara sama menangis seperti Raya, hanya saja Andien tidak berkata apa- apa kepada Natan.

******************************************

Selamat membaca....

semoga kalian suka

Terimakasih bagi yang sudah kasih PS nya hari ini

yang belum di tunggu ya, jangan pelit

Bintang serta ulasannya juga di tunggu!


Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C141
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập