Pagi itu kantor masih sepi Raya duduk dengan santai sambil meneguk kopi, tangannya mulai membuka dokumen yang menumpuk dan mulai bekerja, Siska datang dengan muka riangnya, Raya melirik sahabatnya itu,
"Kamu menang lottre Sis?" Siska ketawa mendengar pertanyaan Raya...
"Dafa udah Wisuda kemaren, jadi 1 minggu lagi kami akan tunangan." Siska tersenyum bahagia.
"Owh..." Cuma itu yang keluar dari mulut Raya,
"Kamu tidak seneng Ray, sahabatmu bahagia?" Siska manyun, Raya menghentikan jari- jari lentiknya.
"Aku tidak perlu jingkrak- jingkrak juga kali... atau guling- guling."
Siska nyengir sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
lagi ngobrol Alan datang bersama seseorang, wajahnya tidak kalah tampan dengan Alan, membuat yang ada diruangan itu sedikit kagum, kecuali Raya hanya melirik dengan sudut matanya dan fokus lagi dengan pekerjaannya,
"Pengumuman sebentar, Saya kenalkan ini Pak Andri, mulai sekarang bekerja di kantor ini sebagai Manager Personilia yang baru, Saya harap kalian bisa bekerja sama dengan baik."
"Tentu..." Jawab Ana spontan sambil mengedipkan matanya, membuat Andri menatap Ana ngeri,
"Senang bertemu kalian." Andri menyapa para karyawan lalu tersenyum,
"Baik, sekarang kembali bekerja!" Alan berjalan keruangannya di ikuti Andri.
"Semoga kamu betah kerja di sini." Andri menatap Alan,
"Tentu .... setelah menginjakan kaki di kota ini... aku tidak mau pergi lagi, tempat ini indah."
"Ada cewek inceran kamu apa di sini?"Alan menyelidik, Andri menggeleng,
"Belum tapi nanti pasti dapat." jawabannya pede..., Alan menggeleng - gelengkan kepalanya,
"Ya sudah aku keruangan baruku dulu ya." Alan cuma mengangguk, Andri berjalan keluar ruangan Alan sambil tebar pesona tentu saja karyawan perempuan menyambutnya dengan senyuman centilnya, untung Raya tidak ada di tempat, kalo ada pasti Raya udah melempar Andri dengan buku atau semacamnya,
Jam istirahat Raya duduk di pojokan memutar- mutar sedotan di gelasnya ...
"Kenapa kamu?" Siska menatap heran Raya.
"Hari ini kerjaanku banyak, mesti ke Cafe sama Hotel." Siska menarik nafas panjang, melihat lelah di muka Raya,
"Cepet kelarin kuliah kamu! paling tidak jabatan kamu tidak seperti sekarang ini." Raya nyengir mengingat dia hanya sekretaris cadangan Alan karena pengalaman Raya juga blm cukup, walaupun otaknya cerdas di atas rata- rata dan tidak kalah dengan sekretaris handal tapi sayang kuliahnya belum selesai, untung Alan mempertimbangkan kecerdasan Raya makanya walaupun Alan cuek, Alan masih memakai Raya.
"Bulan depan kelar... ini lagi pusing bikin skripsi yang belum kelar- kelar karna kerjaan banyak, salah kamu sendiri." Raya balik nanya,
"Aku masih setahun lagi..." Siska nyengir, walaupun Siska kuliah tanpa hambatan tetapi di banding Raya, siska lebih lambat.
"Kamu hebat Ray..." Siska kagum.
"Kalo kuliah aku lama selesainya siapa yang nenanggung biayanya? kamu enak ortu kamu yang biayain, sementara aku, bersyukur dapat beasiswa." Siska nyengir.
Setelah makan siang mereka kembali dengan pekerjaan masing- masing.
Jam 4 sore....
Raya mengendarai motornya pulang kerumah ganti baju dan siap- siap ke Cafe, jadwal nyanyi jam 6 lewat tapi Raya sengaja datang lebih awal untuk mengerjakan skripsinya di Cafe,
"Bang aku numpang duduk di sini boleh." Ali mengangguk dan tersenyum, Ali salah satu orang yang mengagumi Raya, karena Raya cewek yang pekerja keras, tidak memanfaatkan kecantikannya untuk mendapatkan yang dia mau.
Raya asik dengan laptopnya, menyusun skripsinya, sekali- kali meminum minumannya sambil fokus dengan layar laptopnya, dia tidak menyadari ada orang yang memperhatikannya.
Setelah satu jam Raya menutup laptopnya karen mendengar orang memanggilnya
"Ray, ayo siap- siap!" Raya menatap Ali dan menagguk dan mulai menyanyi dengan suara merdunya....
Jam 9, Raya keluar Cafe dan menuju hotel Raya tidak mengetagui kalau dari tadi ada orang yang ngikutin dia, Raya berjalan kearah meja resepsionis,
"Hai cantik..." Sapa temen- temennya, Raya cuma tersenyum,
"Bawaan kamu banyak banget Ray? kamu mau pindahan." Tio menatap aneh Raya,
"Ya ." jawab Raya mukanya kecut, yang lain tertawa.
"Titip sini ya, aku ganti baju dulu?" Tanpa menunggu jawaban Raya pergi berganti pakaian. tidak lama seorang laki -laki berjalan kearah resepsionis,
"Mba mau tanya yang tadi masuk kesini pakai dress ungu, bawa bawaan banyak, kamarnya nomor berapa ya?" Temen Raya menatap orang aneh ini dari ujung kaki hingga ujung rambut.
"Raya maksudnya?" Temen Raya saling pandang.
"Kulitnya putih, tinggi ada lesung pipinya." Orang itu menjelaskan.
"Itu Raya, pegawai di sini."
"Owh ... kerja di sini? kalo begitu aku tidak mau mengganggu waktu kerjanya, lain kali aku bertemu dianya, makasih ya." dia berlalu terus Raya muncul dari dalam.
"Ray ada yang nanyain kamu." kata yuni.
"Siapa?" Raya mengerutkan keningnya.
"Waduh aku lupa nanya siapa namanya... tapi yang pasti ganteng." yuni nyengir. Raya cuma menarik nafas panjang ....
"Lain kali tanya non namanya..." Yuni nyengir.
***
Pagi hari di kantor...
Andri masuk keruangan Alan dan semangat menceritakan pengalamannya kemaren.
"Lan kemaren aku ketemu cewe cantik banget, bibirnya merah, kulitnya putih alis sama bulu matanya tebal, ada lesung pipinya...". belum Andri melanjutkan kata- katanya pintu ruangan ada yang mengetuk.
tok...tok ...tok...
"Masuk." kata Alan, pintu di dorong dan Andri melongo tidak berkedip, Raya menghampiri Alan.
"Pak ini berkas- berkas yang harus bapak tandatangani, mohon di periksa!." Alan mengangguk,
Sementara Andri menatap Raya dari atas sampai bawah dan tidak berkedip, melihat kelakuan sahabatnya Alan jadi merasa kurang nyaman,
"Ok, nanti Saya panggil lagi." Raya mengangguk dan berbalik pergi meninggalkan ruangan.
"Lan... itu ceweknya..." Andri setengah bergumam, Alan langsung berhenti melakukan aktivitasnya...
"Raya...?" Andri mengangguk. Alan tertawa ... membuat Andri heran...
"Kenapa?"
"Aku aja tidak berani." Andri melotot.
"Kamu suka dia? semenjak kamu di tinggal tunanganmu, kamu blm pernah jatuh cinta lagi jadi, Raya cewek yang meruntuhkan benteng pertahanan kamu?"
"Kaya perang aja ... aku juga tidak tau, tapi kalo ada deket dia rasanya nyaman dan parfumnya sama kaya parfum cewek yang selama ini aku cari..."
"Tapi belum tentu Raya adalah orang yang sama?." Andri menatap Alan,
" Iya kamu betul... aku bimbang..."
"bimbang... keburu aku samber nanti, jarang ada cewek kaya dia mandiri dan banyak plusnya..."
"Liat aja nanti siapa yang akan mendapatkan kesempatan itu." jawab Alan.
"Berebut cinta sama kamu?." Andri mengerutkan keningnya.
"Berebut masa depan." Jawab Alan.
Andri tertawa.
Pulang kerja sengaja Andri nunggu Raya di parkiran, setelah Raya muncul, Andri menyapanya,
"Sore Raya... pulang bareng yu." Raya tersenyum sopan.
"Ma'af pak, saya bawa kendaraan sendiri." Raya berlalu memakai helm, menyalakan motornya dan pergi...
Andri menatap punggung Raya,
"Baru kali ini aku di cuekin cewek." gumamnya,
"Dia itu istimewa... tidak mata duitan dan tidak akan kena sama rayuan kamu." Alan terkikik dan pergi ninggalin Andri yang kesal.
***
Matahari meninggi Raya pulang dari kampusnya dengan mata berbinar,
"Mam sidang Raya berjalan lancar, tinggal Wisuda." Mama Raya tersenyum ikut gembira,
"Syukurlah...bebanmu sedikit lebih ringan." Raya mengangguk,
"Iya mam, membagi waktu sungguh sulit sementara pengeluaran kita tambah banyak, semoga dengan kuliahku selesai kerjaanku juga lebih baik." Renata mengangguk setuju,
"Natan tahun ini sekolah ya mam?" Raya menatap Natan yang sedang asik bermain,
" iya... "
"Tidak terasa udah besar... tapi sampai saat ini Raya belum tau siapa papanya." Raya berkaca- kaca,
"Sudahlah jangan memikirkannya lagi, semoga saja Tuhan berbaik hati mempertemukan Natan dengan papanya suatu saat nanti."
"Kadang Raya bingung jika Natan menanyakan papanya... Sekarang masih bisa mengalihkan pertanyaannya, tapi satu atau 2 tahun lagi apa yang harus Raya jelaskan?."
"Semoga ada jalannya... Semoga kalian berjodoh suatu saat."
"Raya harap juga begitu... tapi apa itu mungkin." gumamnya.
"Kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi di masa depan, kita berusaha aja yang terbaik...!"
"Iya mam Raya akan berusaha sebaik mungkin dan jadi yang terbaik, walaupun di masa depan Natan tidak di pertemukan dengan papanya, setidaknya dia bangga punya mama yang bisa diandalkan."
"Mama selalu berdo'a semoga kamu dapatkan yang terbaik."
"Makasih mam..." Renata memeluk Raya,