Tải xuống ứng dụng
4.66% KEMBALI PADAMU / Chapter 7: puncak 2

Chương 7: puncak 2

Lusi duduk di hadapan Alan, mata Alan menatap tajam, kalo saja bukan wanita, Alan sudah dari tadi memukulinya, mengingat Raya yang kedinginan dan menangis entah mengapa hatinya tidak rela,

"Dalam acara seperti ini, bagaimana kamu melakukannya?" Mata Alan melotot, Lusi mencoba menenangkan diri dan mengatur nafasnya yang serasa mau berhenti, walaupun tidak berani menatap Alan, Lusi memberanikan diri menjawab pertanyaan Alan.

"Saya cemburu pak." Mata Alan terbelalak.

"Coba jelaskan!" Lusi menceritakan waktu Roni makan bareng sama Raya dan terakhir melihat gambar cincin itu, juga waktu duet mesra, Alan mengerutkan keningnya.

"Panggil Roni ke sini!" Teriak Alan, salah satu karyawan berlari mencari Roni dan kembali.

"Ada apa pak?"Alan menceritakan semuanya dan Roni senyum mengejek Lusi.

"Waktu makan, memang saya duduk satu meja dengan Raya, terus karna dia cewek, saya minta pendapat dia untuk memilihkan kado buat mama saya, gitu aja, saya tidak ada apa- apa sama dia karna tidak mungkin ada apa-apa juga, Cowok yang lebih ganteng dan mapan aja dia tolak apalagi saya, trus soal duet saya rasa saya masih dalam batasan." Jawab Roni membuat Lusi menunduk,

"Terus saya sama Lusi juga tidak ada hubungan apa-apa." Roni juga sengaja menjelaskan setatusnya bersama Lusi.

"Baik Lusi, semua sudah jelas siapa yang salah, cepat minta ma'af! untuk yang lain, silahkan lanjutkan bersenang- senangnya." Alan berdiri dan pergi,

*Pagi hari di Puncak

Acara pagi ini bebas, bisa jalan - jalan menikmati kebun teh dan menaiki beberapa wahana permainan yang tersedia...

Raya berdiri menatap kebun teh sejauh mata memandang terlihat hijau menyegarkan, Raya memainkan jari- jarinya memetik senar gitar dan menyanyi...

***

Terus melangkah melupakanmu

Belah hati perhatikan sikapmu

Jalan pikiranmu buatku ragu

Tak mungkin ini tetap bertahan

Perlahan mimpi terasa mengganggu

Kucoba untuk terus menjauh

Perlahan hatiku terbelenggu

Kucoba untuk lanjutkan itu

Engkau bukanlah segalaku

Bukan tempat tuk hentikan langkahku

Usai sudah semua berlalu

Biar hujan menghapus jejakmu

dst ..... ...

"Gimana perasaanmu sekarang?." Suara datar terdengar di telinganga, membuat Raya berhenti, Raya menoleh ke arah suara.

"Baik Bos.... makasih." Alan tersenyum.

"Kadang kita tidak melakukan kesalahan juga selalu terlihat salah."Raya mengeluh.

"Ada sisi lain yang kamu punya dan orang lain tidak punya." Kata Alan terus pergi meninggalkan Raya sendirian lagi,

Raya memutar badan mencari teman- teman yang lainnya, sebagian sedang mesra- mesraan dengan pasangannya. Ada yang sedang menaiki berbagai wahana Alam dan ada juga yang duduk -duduk santai seperti Raya,

Raya melanjutkan memetik gitarnya dan tenggelam dengan kesendiriannya , Raya tidak menyadari betapa lamanya dia menyendiri di situ, Air hujan yang tiba- tiba turun membuat Raya tersadar di sekelilingnya telah sepi dan hanya dia sendiri, Raya mencari- cari tempat berteduh dan untungnya Raya Melihat ada gubuk yang tidak jauh dari situ, Raya segera berlari tapi sial kakinya tersandung akar teh dan terkilir dengan susah payah akhirnya Raya sampai kegubuk juga itu, Raya mengibas -ngibaskan rambutnya serta memeras bajunya yang terlanjur basah.

Hari mulai senja, hujan belum juga berhenti Alan melihat Siska lagi minum kopi bersama karyawan yang lainnya tanpa Raya,

"Sis,Raya mana?"

"Pak Bos, Nanya yang ada aja kenapa, jangan nanya yang tidak ada di sini." Ana komplain, Alan diam mukanya datar.

"Tunggu... tunggu... aku baru nyadar dari tadi tidak melihat Raya." Siska berubah cemas, setelah mendapat jawaban Siska Alan pergi ketempat terakhir Raya bertemu dengannya.

Jarak kebun teh dengan Villa sekitar 500 meter, tidak susah Alan mencari Raya karna Raya masih di sekitar situ,

"Bos..." Raya bengong melihat Alan ada di hadapannya.

"Kamu menggigil Raya..." Alan melepas jaketnya dan memakaikan ke Raya, Raya menunduk tapi masih menggigil terus Alan mengecek baju Raya yang basah banget.

"Ray lepasin bajunya, kamu pake jaketku aja! karna percuma di double jaket juga, bajunya terlalu basah, aku balik badan biar tidak melihat kamu sedang ganti." Alan langsung berbalik badan, awalnya Raya ragu- ragu tapi karna kedinginan akhirnya Raya menuruti perintah Alan.

"Udah... " suara Raya pendek, kemudian Alan balik badan dan tersenyum.

"good." setelah beberapa lama Alan melirik Raya masih kedinginan karena hujan makin deras dan angin cukup kencang, dengan cepat Alan memeluknya belum kesadaran Raya pulih, Alan makin merapatkan badannya.

"Ini akan membantumu hangat, diamlah!" Raya tidak bisa berkata apa- apa tapi pelukan Alan malah makin membuat tubuh Raya makin gemetar... Alan merasa sedikit aneh tapi Alan tidak melepaskan pelukannya karna Alan juga kedinginan, setelah hujan reda mereka kembali ke Villa.

"Ray, kenapa pangeran yang selalu nolongin kamu itu Si Bos? jangan - jangan dia suka sama kamu."

"Diamlah !" Siska terdiam menatap aneh Raya, setelah memperhatikan Raya Siska terkejut melihat pergelangan kaki Raya bengkak.

"Kamu kenapa? kaki begini kamu paksain jalan."

"Kesandung tadi... Kamu pikir dengan aku terkilir terus aku mesti minta di bantuin di gandeng Atau di gendong kayak film- film romantis gitu." Bibir Raya keriting, tapi lama kelamaan memang kaki Raya tidak bisa di gerakan sama sekali, sakit dan ngilu, Siska hanya menggelengkan kepalanya.

"Kamu terlalu menjauhkan diri kamu dari laki- laki."

"Bukan itu masalahnya, aku tadi di peluk Si Bos aja udah gemeteran kayak mau pingsan, minta tolong yang lainnya aku mana berani." Siska mendelik dan baru sadar jaket yang di pake Raya adalah milik Alan.

"Belum apa- apa tadi, aku udah telanjang deket dia, malu banget ..." Muka Raya memerah, dan Siska tertawa keras, sampe beberapa temen yang lainnya masuk ke kamar mereka.

" Aduh Raya di peluk doang gemeteran gimana kalo di cium?" Siska tertawa lagi.

Raya menutupi mukanya dengan bantal menahan rasa malunya.

"Sial kamu Sis..." Teriaknya yang lainnya juga ikut ketawa melihat tingkah Raya...

Raya cantik bisa bikin banyak laki- laki tertarik tapi ternyata pengalaman percintaannya nol Besar alias sama sekali tidak tau apa- apa.

Malamnya acara penutupan dilanjut makan malam, Raya duduk di samping Siska, Ana dan yang lainnya makan sambil bercanda membuat suasana menjadi hangat.

"Kami bentar lagi tunangan, Dafa udah menyetujuinya." Siska tampak bahagia, Raya tersenyum.

"Selamat ya ...mudah2an acaranya nanti lancar."

"kamu kapan??" Raya tergagap.

"Pacar aja belum punya , aku tunangan sama siapa??" Yang duduk di meja itu ketawa semua, Raya pasrah hanya diam dan memasukan makanan kemulutnya.

Dari jauh Alan memperhatikannya, ingat waktu memeluknya Alan terus tersenyum sendiri.

"Bagaimana bisa orang yang udah punya anak di peluk aja gemeteran?" Alan bergumam sendiri,

Acara selesai rombongan pulang malam itu juga, Raya berjalan di papah Siska masuk ke Bis.

"Makasih Sis." Siska mengangguk.

"Tapi aku duduknya bareng cowokku, kalo ada apa- apa bilang aja, jangan sungkan."

"Ok siap." Raya duduk menghadap jendela dan di sebelah Raya yang duduk Alan lagi membuat Raya salah tingkah.

" Semua kursi penuh, kecuali di sini." Alan menjelaskan tanpa Raya bertanya, Raya cuma tersenyum mengangguk.

Bis berjalan, makin lama ruangan dalam bis makin dingin membuat Raya harus menahanya kemudian Raya tertidur, sementara Alan tetap terjaga memandang Raya dalam- dalam tapi Alan kaget setelah melihat pergelangan kaki Raya yang putih terlihat jelas bengkak dan lebam, merah ke biru- biruan.

"Kapan terjadi ..." gumamnya, Alan mencari- cari Siska kebetulan jaraknya cuma 2 bangku dari tempat duduknya, Alan menghampiri Siska yang kebetulan belum tidur dan bertanya,

"Sis kaki Raya kenapa?" Siska melirik Alan.

"Memang Bos enggak tau apa? Raya terluka waktu di kebun teh, sepertinya dia maksain jalan jadi makin bengkak." Alan kaget.

"Aku sama sekali didak tau ...kenapa dia jalan seperti biasa ya waktu itu?" Alan bingung,

"Waktu sampai Villa, kaki Raya sudah tidak bisa digerakin lagi tuh kakinya, mungkin segan kali bilang sama Bos."

"Ok makasih infonya." Siska mengangguk, Alan kembali di samping Raya dan menarik nafas panjang, kalo cewek lain pasti udah merengek- rengek nanangis kesakitan dan minta perhatiannya tapi cewek ini malah menyembunyikannya, cewek lain mungkin akan dengan senang hati di peluk oleh dia tapi Raya malah gemetar dan ingin menolaknya. Tiba- tiba Raya merubah posisi duduknya dan kakinya sedikit tertekan Raya menyeringai kesakitan.

"Aduh." Pelan tapi terdengar jelas oleh Alan, Alan mengambil tasnya yang lumayan empuk buat bantal dan menggeserkan kepala Raya di atas tasnya terus dengan perlahan Alan mengangkat kaki Raya di pangkuannya tanpa membuat Raya bangun.

Jam 1 malam bis sudah sampai di perusahaan Alan, semua penumpang turun kecuali Alan sengaja menunggu penumpang keluar semua dan baru Alan membangunkan Raya, Raya kaget melihat kaki Raya udah ada di pangkuan Alan, dia berusaha menurunkannya.

"Biar aku turunin." trus ada seseorang yang masuk,

"Pak, tolong bawakan barang- barangnya!" dia hanya mengangguk, Alan meunduk mau mengangkat Raya, tapi Raya menggeleng.

"Diam! aku tidak akan biarkan kamu jalan seperti kemaren dari kebun teh." Raya terdiam.

Raya di bantu masuk kedalam mobil, terus mobil berjalan meninggalkan kantor.

"Bos, mau kemana dulu? ini bukan jalan pulang" Raya agak panik.

"Nanti juga kamu juga tau." jawab Alan datar, dan mobil masuk ke Rumah Sakit menuju UGD dan Alan keluar membuka pintu mengangkat Raya, Raya bengong melihat tingkah laku Alan yang keliatan cemas tapi cuek, kaki Raya segera di tangani Raya meringis menahan sakit Dokter memberikan resep obat dan Raya di perbolehkan pulang dengan catatan tidak boleh banyak gerak.

Sampai di rumah Raya jam 3 pagi, setelah membantu Raya masuk rumah, Alan pamit pulang .


Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C7
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập