Mr. Dostoevsky tidak memberiku kesempatan untuk menghindarinya. Bibirnya yang panas memagutku, memaksaku membuka bibirku untuknya. Salah satu tangannya meremas pinggulku sebelum menarikku semakin mendekatinya hingga tubuh kami saling menempel.
Suara lenguhan tertahannya yang samar membuat kedua lututku terasa goyah. Aroma colognenya yang mahal bercampur dengan deru nafas panasnya sementara tangannya yang lain masih mencengkeram daguku untuk menahanku.
Pria ini menciumku seperti ingin memangsaku hidup-hidup. Seumur hidupku belum pernah ada yang pernah menyentuhku seperti itu.
Dan yang lebih gilanya lagi kami melakukannya di tengah galeri utama tempatku bekerja. Walaupun saat ini hanya ada kami berdua di ruangan ini, tapi aku yakin kamera CCTV sedang merekam kejadian ini...
Sial. Sial, sial, sial.