Kubuka kedua mataku saat tenggorokanku terasa perih dan terbakar. Sinar matahari mengintip dari sela-sela tirai kamar kami. Suara dengkuran halus Nick di sebelahku membuatku tersenyum sendiri.
Kutarik selimut yang menutupi tubuh telanjangku lalu turun dari tempat tidur kami tanpa bersuara agar tidak membangunkan Nick. Kuambil jubah tidur dari dalam lemari lalu memakainya sementara pandanganku tertuju pada kamar kami yang sangat berantakan. Pakaianku dan pakaian Nick semalam tersebar di seluruh lantai kamar, begitu juga beberapa bantal kami yang tergeletak di atas karpet.
Kubereskan pakaian kami dari lantai lalu memungut bantal itu satu per satu. Setelah selesai barulah aku keluar dari kamar dan menuju ke dapur untuk minum darah. Rumah ini terasa sangat sunyi tanpa Elliot dan Rosie, pikirku sambil mengeluarkan sebotol wine darah lalu menuangkanya ke gelasku. Kuhabiskan isinya dalam tiga tegukan lalu mengisinya lagi, kali ini aku menyesapnya pelan-pelan untuk menikmatinya lebih lama.