Hari sudah berganti malam saat kami keluar dari gedung apartemennya.
Dengan menumpang Priusnya kami mengikuti GPS yang menunjukkan lokasi Erik saat ini. Aku mengenali tempat itu, kurasa lokasi itu adalah daerah pabrik kosong yang menjadi sengketa sejak 8 tahun yang lalu.
Aku tahu karena Crossfire Inc. pernah mempertimbangkan untuk membeli pabrik tersebut beberapa tahun yang lalu. Hujan mulai turun ketika kami hampir tiba, Alice yang terdiam sejak tadi membuat atmosfir saat ini terasa canggung. Apalagi saat aku kembali mengingat kejadian setengah jam yang lalu...
"Kau harus belok kanan di pertigaan berikutnya," gumamku di sebelahnya. Ia hanya membalasku dengan anggukan kecil.
"Jadi siapa Erik ini?" tanyaku untuk memulai pembicaraan.
"Seseorang," jawabnya pendek.
"Ia bukan pacarmu. Ia juga bukan keluargamu. Jadi Ia temanmu?" berondongku untuk mendesaknya.
Ia tersenyum tipis saat mendengar pertanyaanku. "Aku tidak memiliki teman."