Tải xuống ứng dụng
13.25% VOLDER / Chapter 55: Chapter 55

Chương 55: Chapter 55

(POV - Gregory Shaw)

Aku tidak ingat kapan terakhir kali aku bisa minum darah dengan tenang... Beberapa minggu yang lalu? Beberapa bulan yang lalu? Akhir-akhir ini aku hanya minum darah dari kantong darah yang dihangatkan sebentar di microwave karena tidak sempat. Rasanya menjijikan dibandingkan dengan wine darah yang biasa kuminum.

Sejak terobsesi untuk membunuh Alastair, yang akhirnya gagal, Nick meninggalkan semua pekerjaannya di kantor padaku. Selain itu aku juga membantu Nick melacak Alastair, menyembunyikan Eleanor, dan menyelamatkannya saat Ia ditahan klan Dostov...

Walaupun tidak ada satu pun yang berhasil, tsk.

Kuteguk cairan berwarna merah gelap di gelas Wineku perlahan, berusaha menikmati rasa manisnya di lidahku lebih lama. Dan sekarang, setelah semuanya berakhir kuharap kehidupanku kembali seperti semula.

Satu-satunya yang belum berubah hanya rutinitasku terbang ke San Fransisco setiap weekend, walaupun aku tidak keberatan menempuh waktu empat jam untuk menemui Lana tapi hidupku akan jauh lebih mudah jika Ia tinggal di dekatku. Semakin dekat semakin bagus. Enam bulan sudah berlalu sejak pertemuan kita di Manhattan tapi hingga saat hubungan kami masih sama saja. Lana selalu memasang jarak dalam hubungan ini, seakan berpacaran denganku hanya hobi untuknya.

Kuteguk wineku lagi sambil tersenyum kesal. Sekarang masalah terbesarku hanyalah memikirkan bagaimana cara membuat Lana meninggalkan pekerjaan dan apartemennya di San Fransisco lalu pindah ke Manhattan.

Keheningan menyelimuti dapur yang menyatu dengan mini bar tempatku duduk saat ini. Pukul lima pagi adalah waktu favoritku, rasanya menenangkan menunggu matahari perlahan terbit seiringan dengan berjalannya waktu. Tidak ada yang mengangguku—

"Jangan menyentuhku, Nick!"

Kuhela nafasku tanpa memandang ke arah sumber suara yang baru saja masuk ke dapur.

"Aku bisa melakukan lebih baik dari dokter manusia." Suara marah Nick mengikuti tidak jauh di belakang Ella. Aku bersyukur ini adalah minggu terakhirku tinggal bersama mereka, setelah Ella dan Nick menikah minggu lalu dan tinggal bersama aku melihat sisi Nick yang belum pernah kulihat sebelumnya. Sebelumnya aku tidak pernah mengira kakakku yang dingin dan kaku bisa melembut hanya karena Ia jatuh cinta. Dulu aku berpikir Nick adalah mahkluk hybrid, setengah Volder, setengah robot.

Ella berhenti di depanku. Kedua tangannya mengepal di atas counter granit, pandangan marahnya tertuju padaku. Nick menarik kursi bar di sebelahku dengan kasar lalu duduk di atasnya setelah itu Ia mengisi gelas Wine milikku hingga penuh dan menghabiskannya dalam beberapa tegukan.

Aku tidak memerlukan sixth sense untuk mengetahui apa yang harus kulakukan dalam situasi seperti ini. Baru saja aku akan berdiri dari tempat dudukku, Ella mengangkat jari tangannya ke arahku, "Duduk, Greg! Aku membutuhkan pendapatmu."

Kuangkat kedua tanganku dengan pose menyerah lalu kembali duduk, sekilas aku melirik ke arah Nick. Ia memandangku dengan wajah cemberutnya seakan-akan ini semua adalah salahku. Kuhela nafasku lagi sebelum bertanya tapi Ella mendahuluiku, kedua mata ambernya berkilat marah saat menatapku dan Nick bergantian, "Apa hanya aku yang berpikir aneh jika Nick yang membantu persalinanku nanti?"

Uh-huh. Topik yang berbahaya.

"Aku juga seorang dokter." balas Nick.

"Kau memang dokter... tapi seratus tahun yang lalu!" dengan rambut auburnnya, kepala Ella terlihat seperti dihiasi oleh api saat Ia sedang marah. Dan perut besarnya tidak membuatnya terlihat lebih jinak, kurasa tinggal satu minggu lagi sebelum Eleanor melahirkan.

"Tidak ada yang berubah dari cara mamalia melahirkan selama seratus tahun terakhir." Jawab Nick dengan nada lebih tenang dari sebelumnya, seakan-akan hal itu akan membuat istrinya tenang juga.

Aku ingin mengusap wajahku dengan kedua tanganku saat mendengar jawaban Nick. Ia mungkin seorang manipulator yang handal, tapi saat berhadapan dengan wanita Nick sama bodohnya dengan balita berumur tiga tahun. Ella melemparkan tatapan membunuhnya pada Nick sebelum menoleh ke arahku lagi. "Ella, kurasa sebaiknya kau tidak—"

"Diam, Gregory. Aku hanya butuh pendapatmu." Desisnya sebelum aku menyelesaikan kalimatku.

Kutelan ludahku sebelum memilih kata-kata yang tepat untuk menjawabnya, "Karena kalian tidak bisa menggunakan dokter manusia... aku setuju dengan Nick. Walaupun ada dokter Volder lain tapi—"

"Apa yang salah dengan dokter lain?" potongnya lagi dengan tidak sabar. Aku menoleh ke arah Nick lalu ke Ella lalu ke Nick lagi. "Setahuku mereka semua pria... Kurasa Nick tidak ingin membiarkan pria lain, um, menyentuhmu, Ella."

Ella berkedip saat mendengar jawabanku, keningnya berkerut seperti sedang berpikir keras. Lalu sebuah ekspresi melintas di wajahnya, "Oh... Kupikir..." pandangannya melembut saat kembali menatap Nick. Aku menahan diriku untuk tidak memutar kedua mataku saat melihat pasangan di depanku ini.

Ella melangkah mendekati Nick lalu memeluknya, walaupun perut besarnya membuat pelukan mereka terlihat tidak nyaman. Detik berikutnya keduanya saling berbisik dengan lembut dan melupakanku sama sekali seakan-akan aku tidak berada di tempat ini bersama mereka. Tentu saja aku bisa mendengar setiap kata walaupun mereka berbisik.

"Apa aku sudah boleh pergi?" tanyaku dengan nada datar. Keduanya tidak menjawab pertanyaanku jadi aku mempersilahkan diriku sendiri pergi sebelum aku melihat hal yang tidak ingin kulihat.

***

Penerbanganku menuju San Fransisco terlambat hampir dua jam, dan begitu aku berjalan keluar dari bandara hujan mengguyur kota sialan ini dengan deras. Seakan-akan kesialanku masih kurang, mobil yang kusewa diparkir dua ratus meter dari gerbang utama bandara jadi aku harus berjalan di tengah guyuran hujan. Dalam tiga langkah saja kemeja yang kukenakan sudah basah.

Aku dan Nick masih menyewa apartemen di seberang apartemen Lana dan Eleanor, walaupun Ia tidak pernah menggunakan tempat itu lagi semenjak Eleanor pindah ke Manhattan. Dulu aku menertawakan kakakku karena Ia mau menyewa apartemen biasa ini dengan harga mahal, aku yakin pemilik sebelumnya tidak akan menyerahkan tempat ini jika bukan karena uang yang ditawarkan Nick padanya.

Orang-orang melakukan hal bodoh saat mereka jatuh cinta...

Dan sekarang aku sendiri melintasi jarak dua ribu mil setiap minggu hanya untuk menemui seorang wanita, pikirku sambil tertawa kecil. Setelah Nick, sepertinya karma kali ini menghampiriku.

Saat aku sampai di basement apartemen hujan deras berubah menjadi badai kecil. Bahkan basement tempat parkiran penghuni apartemen ini sudah digenangi air beberapa senti. Kuambil satu-satunya barang bawaanku dari Manhattan, sebuah tas kecil berisi dua botol Wine darah. Aku tidak perlu membawa pakaian karena beberapa pakaianku masih berada di apartemenku yang kusewa bersama Nick.

Lana tidak akan menduga kedatanganku hari ini, pikirku sambil tersenyum sendiri. Biasanya aku mengunjunginya setiap hari Jumat atau Sabtu, sedangkan hari ini masih hari Rabu. Setelah acara pernikahan kecil Nick dan Eleanor hampir tiga minggu yang lalu, aku belum bertemu dengannya lagi, karena itu aku memutuskan untuk tinggal di San Fransisco lebih lama minggu ini. Kami berbicara setiap hari lewat telepon, tapi tentu saja rasanya tidak sama dengan bertemu langsung.

Hanya ada dua orang di lobby apartemen malam ini, seorang wanita tua dan Pedro, sekuriti apartemen ini. Aku mengangguk pada Pedro yang berhenti berbicara untuk tersenyum padaku, "Selamat malam, Mizter Shaw." Aksen meksikonya terdengar jelas saat menyebutkan namaku.

"Halo, Pedro. Apa semua baik-baik saja?" tanyaku tanpa menghentikan langkahku menuju lift. Aku tidak punya waktu untuk berbasa-basi. Pedro sudah tahu tentang hubunganku dan Lana karena aku datang hampir setiap minggu, lagipula aku juga menyewa apartemen di gedung ini.

"Baik, Mizter Shaw. Terimakasih... Ah, anda datang untuk mengambil barang Miz Morrel yang tertinggal?"

Kakiku membeku di tempat saat mendengar nama Lana. Kubalikkan badanku untuk menatap Pedro, "Barang... yang tertinggal?" ulangku.

Pedro mengangguk dengan senyumannya, "Miz Morrel meninggalkan beberapa barang setelah pindah... dan ini Mrz. Baker, penghuni baru apartemen Miz Morrel, Sir."

Aku tidak menghiraukan usaha Pedro untuk mengenalkan wanita tua di sebelahnya, "Apa maksudmu? Lana pindah?"

Ekspresi ramah Pedro perlahan memudar dan berubah menjadi sedikit bingung, "Ah, saya pikir anda sudah tahu, Sir?"

Aku menatapnya beberapa saat, rasa jengkel dan kecewa terdengar jelas dalam nada suaraku "Kemana Lana pindah?"

Pedro menggaruk kepalanya sambil menggeleng, "Miz Morrel tidak memberitahuku, Sir. Tapi seorang temannya membantunya pindah, sedangkan barang-barang yang besar diurus oleh perusahaan jasa pindah rumah."

Salah satu ujung mulutku berkedut marah saat mendengar penjelasannya, "Siapa temannya?" tanyaku perlahan. Pedro yang menyadari ekspresi wajahku sudah berubah, menelan ludahnya sebelum menjawabku, "S—saya tidak tahu, Sir." Tapi wanita tua di sebelahnya menjawab pertanyaanku, "Miss Morrel memperkenalkanku pada teman prianya."

Untuk pertama kalinya aku benar-benar menoleh ke wanita tua yang berdiri di sebelah Pedro sejak tadi. Teman pria, huh?

"Kalau tidak salah ingat namanya Luke, pria yang sangat sopan dan baik. Kupikir Ia pacar Miss Morrel."

Kulemparkan senyuman tipis padanya, wanita ini terlihat seperti tukang gosip "Aku adalah pacar Miss Morrel. Tapi terimakasih atas informasinya. Aku akan kembali lagi nanti, Pedro." Gumamku sambil meninggalkan keduanya, berjalan kembali ke basement.

Siapa si brengsek bernama Luke ini? Lana tidak pernah menceritakan tentang temannya yang bernama Luke. DI dalam mobil kukeluarkan handphoneku dari celanaku yang masih setengah basah lalu menghubungi Lana. Aku tidak terlalu terkejut saat sambunganku masuk ke dalam voice mail.

"Lana..." ucapku dengan perlahan dan tenang, aku ingin Ia mendengar apa yang kukatakan dengan jelas nanti saat Ia membuka voice mailnya. "Kemanapun kau pergi, aku akan menemukanmu, sayang." Aku tidak bermaksud menggunakan nada mengancam dalam suaraku tapi aku tidak bisa mencegahnya. Akhir-akhir ini sikapnya memang semakin terasa menjauh. Mungkin Lana sudah merencanakan 'pelariannya' sejak lama, tapi Ia melupakan satu hal dalam rencananya.

Aku adalah seorang Volder, dan salah satu keahlian kami adalah berburu.

Lihat saja nanti, pikirku sambil tersenyum dingin, jika aku sudah menemukannya aku akan mengikatnya di tempat tidurku dan memastikan Ia tidak akan pernah bisa lari dariku lagi.


Load failed, please RETRY

Quà tặng

Quà tặng -- Nhận quà

    Tình trạng nguồn điện hàng tuần

    Rank -- Xếp hạng Quyền lực
    Stone -- Đá Quyền lực

    Đặt mua hàng loạt

    Mục lục

    Cài đặt hiển thị

    Nền

    Phông

    Kích thước

    Việc quản lý bình luận chương

    Viết đánh giá Trạng thái đọc: C55
    Không đăng được. Vui lòng thử lại
    • Chất lượng bài viết
    • Tính ổn định của các bản cập nhật
    • Phát triển câu chuyện
    • Thiết kế nhân vật
    • Bối cảnh thế giới

    Tổng điểm 0.0

    Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
    Bình chọn với Đá sức mạnh
    Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
    Stone -- Power Stone
    Báo cáo nội dung không phù hợp
    lỗi Mẹo

    Báo cáo hành động bất lương

    Chú thích đoạn văn

    Đăng nhập