Jejak-jejak hujan masih tersisa di atas dedaunan dan batu-batu yang tertata rapi di pinggir jendela yang terbuka lebar, aroma tanah basah menguar masuk bersama angin, menggoyangkan tirai putih yang terikat di sudut jendela.
Helios menghela napas panjang, pena bulu angsa yang sedari tadi ia pegang terlepas dari genggamannya. Sang Vampir mengusak rambut pirangnya dan bersandar di atas meja.
"Ada apa?" tanya Aragon yang muncul dengan setumpuk kertas di kedua tangannya, ia menaruhnya di atas meja.
Helios tidak menjawab, ia berdiri dan mondar-mandir di sekitar jendela.
"Helios?!"
"Ah? Ya?"
Helios mengangkat kepalanya dan menemukan Aragon memandangnya dengan heran. "Apa ada yang harus aku tanda tangani?"
"Tidak," sahut Aragon. "Tapi kau perlu beristirahat."
Vampir itu duduk di dekat jendela, memandangi pagi yang di Kerajaan Megalima yang masih berkabut, Ibu kota sudah mulai semarak dan semua orang di kerajaan ini cepat memulihkan diri dan kehancuran yang pernah terjadi.