Tải xuống ứng dụng
18.18% Pekerjaanku [End] / Chapter 4: Syok

Chương 4: Syok

Setelah acara ulangtahun pernikahan kelar, acara selanjutnya adalah ulangtahun Bos Kecil. Ini adalah ulangtahun ke 17 si Bos. Jadi, sebulan kemarin aku kerja, dia belum ada 17 tahun aslinya. Buset.

Persiapan pesta nggak ada. Jadi nggak ada acara heboh yang harus bikin perayaan atau apa. Bahkan nggak ada acara makan malam mewah di hotel kayak sebelumnya. Itu semua emang permintaan si Bos Kecil. Bisa ditebak sih kalau dia nggak suka keramaian. Orangnya aja sepi gitu.

Iya, memang nggak heboh siapin ini itu buat pesta, tapi heboh siapin kadonya. 😔😔😔

Dua hari setelah acara ulangtahun pernikahan Mr. dan Mrs. Narendra kelar, aku diajak Kairo untuk ke Semarang. Jelas untuk acara kerja sih, tapi masih bingung kerja macam apa disana. Apalagi clue-nya cuma 'nyari kado' doang. Kan bingung yak.

Ditambah lagi, kami harus berada di Semarang selama 2 hari. Bapak sama Ibu malah jadi curiga dong ya sama aku. Soalnya nggak pernah ada acara nginep selama aku bekerja.

"Yakin nggak mau bawa baju lagi, Nang?" tanya Ibu yang nyiapin baju buatku.

"Nggak, Bu, ini aja udah cukup." jawabku.

Ibu nyiapin banyak baju. Ada 2 pasang baju kerja dengan 1 jas. Terus ada 2 baju lagi yang bisa dipake setelah balik kerja. Lebay nggak sih? Kok aku mikirnya itu banyak banget ya?

Ternyata emang banyakan baju yang aku bawa ketimbang baju yang Kairo bawa. Dia cuma bawa tas ransel coba. Pas aku tanya, dia cuma bawa 2 baju yang isinya 1 baju kerja dan 1 baju biasa. Ah elah, malu deh kalo gini ceritanya. Macam mo pindahan aja segala pake koper.

Kami mengendarai mobil dinasku untuk ke Semarang kali ini. Berkendara jam 5 pagi karena Kairo udah bikin janji jam 9 pagi. Well, perjalanan Jogja-Semarang kan nggak sampai 4 jam kan?

Tapi bukan Kairo kalau perencanaannya nggak tepat. Dia ngasih waktu istirahat juga buatku, karena aku doang yang nyetir. Gila, kaki sama tangan rasanya po potek.

"Coffee?" aku menganggukkan kepala. Nggak berselang lama, Kairo udah bawa 2 cup kopi yang baunya semerbak banget.

"What kind of presents we're looking for?" tanyaku, basa-basi sih. Eh tapi aku beneran nggak tahu.

"Cars." jawabnya singkat.

Car, yang artinya mobil. Tapi kalo ada tambahan s, berarti banyak mobil. Hah? Kok aku jadi bego ya? Apa karena kebanyakan nyetir?

Istirahat 30 menit kelar, Kairo ngajakin ke tempat janjian. Jelas ke dealer mobil dong ya, secara dia bilang tadi 'cars'. Totalnya kita bakal berkunjung ke 6 dealer. Jadi sehari kita bakal mengunjungi 3 dealer dong ya. Dan kesemua dealer itu adalah dealer mobil yang bukan mobil biasa. Jenis mobil yang nggak diiklanin di televisi Indonesia.

"Emang di Jogja nggak ada dealernya?" tanyaku, ketika kami baru saja selesai mengunjungi dealer pertama, dealer BMW.

"Mr. Farilham yang merekomendasikan." aku cuma bisa menganggukkan kepala.

Walaupun cuma berkunjung ke 3 dealer, badan tuh rasanya capek banget. Ketemu sama orang, duduk ngobrol trus liat-liat mobilnya. Kek gitu untuk 3 lokasi. Tapi yang parah itu di jalannya. Perjalanan dari 1 dealer ke dealer lainnya itu yang bikin emosi. Jalanan sekarang udah macet dimana-mana. Kalo kek gini ceritanya, mungkin seluruh Indonesia bakalan macet.

Rasanya pengen langsung tidur aja begitu ketemu kasur. Tapi kok perutnya laper yak.

Beda sama Kairo yang langsung beberes barang bawaan dan mandi. Setelah kelar mandi, dia duduk di balkon hotel sembari sibuk sama tabletnya. Gini amat yak jadi aspri yang udah profesional.

Mencontoh Kairo, aku langsung mandi dan ganti baju. Aku juga searching menu makan malam yang dirasa cocok. Juga ngabarin Ibu sama Bapak kalau aku udah sampe di Semarang, karena sejak tadi Fara sama Edo udah chat berulang kali.

"Let's have dinner." kata Kairo pas aku selesai balas pesan para adikku.

Sumpah ya, Kairo kalo nggak pake baju dinas tuh keliatan ganteng. Apalagi dia tinggi dan bule, beneran bisa jadi model dia disini. Semua mata liatin sewaktu Kairo lewat. Kenapa dia malah jadi aspri ya?

Kami makan malam di restoran hotel. Agak kecewa, karena aku pengen banget pecel lele. Tapi ya udah sih, dibayarin ini.

"Besok ada 3 dealer lagi yang akan kita kunjungi, setelahnya kita pulang. Aku yang mengemudi." itu pengumuman ya, karena Kairo bukan tipe yang bisa diajakin ngobrol santai.

"Where?"

"I already emailed you."

Langsung gelagapan dong aku. Pantes aja dari tadi dia rada jengkel plus bete sama aku pas aku tanya kemana tujuan kita selanjutnya. Ternyata dia udah ngirim jadwalnya by email. Matilah, langsung jelek banget nilaiku di mata Kairo. Gagal juga aku mau pedekate sama tuh orang. Niatan pedekate biar dikasih tips and trick jadi aspri yang oke langsung lenyap.

Kita rangkum ya perjalanan hari ini. Jadi, setelah dari dealer BMW tadi, kita ngeliatin Range Rover sama Audi. Aku cuma ngikutin, karena nggak paham sama spesifikasi mobil yang dicari. Yang jelas sih mobilnya harus simpel dan model yang keren. Setelah aku nyari di internet, kesemua mobil yang kami liat tuh harganya nggak main-main bro.

Nah, di jadwal ada 3 dealer lagi untuk dikunjungi besok.

Tepat jam 10 malam, Kairo udah merem. Aku mau ikutan merem tapi nggak bisa. Jadi aku gunain buat rangkum email Bos Kecil biar besok bisa dibaca. Nggak kerasa aja, udah jam 12 malam. It's time to sleep.

***

Aku mendengar ada suara berisik di kamar hotel. Aku tahu itu Kairo, karena kami satu kamar biar gampang cek in dan cek outnya. Tangan grepe-grepe nyari hp, ketemu di bawah bantal. Cek jam, ternyata baru jam 3 pagi.

"Sorry to disturb your sleep." rupanya Kairo sedang berkemas.

Berkemas?

Langsung aja aku bangun dan membuka mata. Menyadarkan diri sesadar-sadarnya.

Cuci muka dan mengikuti Kairo untuk berkemas, aku langsung meraup apa saja yang bisa dijangkau oleh tanganku. Nggak papa nggak rapi, toh abis ini dibongkar lagi di rumah.

Selesai berkemas, Kairo langsung beribadah dan olahraga. Tepat pukul 06.30 WIB, dia udah duduk manis di balkon sembari nyeruput kopi. Beda banget sama aku yang masih begajulan nggak jelas bentukannya ini. Malu banget sumpah. Untungnya sih aku cuma butuh waktu 10 menit untuk bersiap. Jadi sebelum jam 7, aku sudah siap.

Ikut duduk di balkon bareng sama Kairo, aku mencoba terlihat sibuk dengan membuka ulang email. Siapa tahu ada hal yang terlewat kemarin, jadi bisa aku susulkan ke Bos Kecil sebelum jam 12 siang nanti.

"I emailed you." ucapnya, tanpa mengalihkan pandangan dari tabletnya.

Ketika aku membukanya, email itu berisi jadwal harian milik Kairo. Disana terlihat jelas waktu yang dia gunakan selama ini. Seperti bangun jam berapa, apa yang dia lakukan setelah bangun, dan jam berapa dia harus siap untuk berangkat bekerja. Semuanya sudah ada. Mungkin aku bisa mengikutinya.

"Jam kerja sesuai dengan jam kerja keluarga Narendra. Tinggal disesuaikan dengan jadwal Mr. Angga." jelas Kairo kepadaku.

Ya ampun, baik banget ya Kairo ini. Kenapa coba dia kudu kasih tau jadwal kek ginian ke aku? Itu karena dia peduli banget kan sama aku, emangnya apalagi? Niat hati sih pengen cepetan baca email itu dengan seksama, tapi Kairo udah ngajakin cek out dan sarapan. Jadi ya udah, ditunda dulu deh.

Selesai sarapan, kami segera meluncur ke lokasi yang sudah ditentukan. Kali ini nggak pake nanya lagi, karena udah tau kemana tujuannya. Dan aku juga sekarang udah tahu apa yang harus dilakukan ketika Kairo sedang bertemu dengan orang dealer itu.

Sumpah, capek banget lho cuma keliling kek gitu. Beruntungnya kali ini Kairo yang nyetir mobil sampai rumah. Rumah keluarga Narendra ofcoz.

Sampai di parkiran sekitar jam 8 malam. Rasanya badan udah mau rontok aja. Pengen langsung tidur gitu bawaannya.

Masuk bentar buat ambil motor, ternyata aku udah ditunggu sama Nyonya Clara. Beliau udah masang wajah yang butek banget, nggak kek biasanya yang cerah bersinar glowing paripurna. Seperti biasanya, ada Bos Kecil yang lagi main tabletnya sama Mr. Narendra yang sibuk juga, duduk berdampingan sama Bos Kecil.

"Deano, sit down please." langsung berasa keder disuruh kek gitu. Yakin, bentar lagi aku bakal dapet masalah.

"Calm down, Honey." Mr. Narendra terdengar teduh banget suaranya.

"Can you tell me why there's a motorcycle in this house? And why that should be yours?"

Mr. Narendra menatapku dengan iba, Bos Kecil cuma melihatku sekilas lalu kembali ke tabletnya. Ya ampun, aku harus jawab apa?

"I'm sorry." hanya itu yang bisa aku katakan.

Ya bingung aja gitu. Masa salah sih mengendarai motor sendiri? Kalau memang nggak boleh ada motor di dalam rumah, ya aku bakal parkir di luar pagar deh.

"Not your mistake." Mr. Narendra menengahi. "Honey, you can go to bedroom first."

Terlihat kalau Nyonya Clara pengen banget bantah ucapan suaminya, tapi pada akhirnya cuma bisa berjalan dengan anggun menuju kamar.

"Bukan salah kamu. Istri saya cuma trauma sama motor. Kalau lihat orang terdekatnya mengendarai motor bawaannya pengen bakar aja." ucap Mr. Narendra santai. Tak lupa memberikan senyum yang teduh. Melihat Mr. Narendra tuh rasanya nyenengin. Beruntung banget yang jadi keluarga beliau.

"Saya bisa parkirkan di luar."

Mr. Narendra langsung menggelengkan kepala. "No need. You can ride that car."

"Tapi, Sir saya..."

"Untuk yang ini tolong jangan dibantah. Lebih baik meminimalisir keributan."

Oke, itu tandanya no debat lagi. Jadi aku hanya menganggukkan kepala dan segera undur diri dari hadapan beliau.

Di dapur, Rossie sudah menungguku dengan wajah yang biasanya, datar.

"Motormu akan diantar ke rumah. Untuk uang transportasi, akan diganti mingguan, ketika kamu sudah mengumpulkan nota pembelian."

"Thank you."

Orang kaya memang beda. Mengendarai motor aja rasanya kek dosa besar ya?

Tapi ya mau gimana lagi? Mending ngalah kan daripada dipecat.

Sebenernya sejak awal udah dibilang juga kalau mobil itu bisa aku pakai, dan aku harus merawatnya. Itu artinya aku harus selalu nempel sama mobil itu. Alasan aku nggak bawa pulang mobil adalah karena aku nggak mau jadi bahan omongan di rumah. Aku bukan orang kaya, tapi kok tiba-tiba bawa pulang mobil bagus?

Hampir jam 10 malem aku baru sampai rumah. Udah malam, tapi lampu masih bersinar terang di dalam rumah. Tandanya semua orang masih berkumpul. Mereka semua keluar rumah karena berpikir ada tamu.

"Nang, mobil siapa itu?" tanya Ibu, ketika aku turun dari mobil.

"Mobil kantor, Bu. Suruh bawa soalnya udah malam." jawabku setelah mencium tangan Ibu.

Fara dan Edo langsung berbinar ketika melihat mobil itu. Memang sih, mobil itu bagus banget. Simpel, mewah dan juga elegan. Harganya juga nggak main-main sih.

"Ini mobil yang Mas bilang itu?" Fara terlihat antusias ketika bertanya. Aku mengangguk, dan Fara langsung heboh sendiri.

Wajar nggak sih kalau mereka sampai heboh kek gitu? Jawabannya sih nggak, apalagi ini udah malam. Pasti ganggu tetangga kan. Ya udah lah, biarin aja. Nanti kalau tetangga keganggu juga paling diteriakin.


Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C4
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập