"Bang Rayan,"
Rayan hanya melirik Ratu dengan tatapan dinginnya, kemudian dia menghela napas panjang. Tidak banyak bicara, Rayan memilih duduk di kursi yang ada di taman sekolah. Raja dan Ratu duduk di samping Rayan dengan mimik wajah memelas mereka.
"Bang, berhentilah ngambek. Iya-iya, kami memang banyak tingkah. Tapi, Bang Rayan kan tahu sendiri kalau Ratu nggak mungkin lah main pukul karena masalah sepele. Jadi aku harao, Bang Rayan mau memaafkan Ratu."
"Bukankah sudah jadi preman sekarang?" marah Rayan lagi. Ratu tampak mengerucutkan bibirnya kemudian dia merengkuh lengan Rayan dengan sangat erat. Mencium pipi Rayan membuat Rayan tampak tertegun dengan sempurna.
"Abang, kan Abang tahu kalau aku nggak salah. Setiap masalah yang dateng kan dari mereka. misalnya tadi, kurang ajar banget kan Andrew nyingkap rok aku, toh tadi Bang Rayan juga ikut mukul Andrew juga."