Ibu Mo sedang bicara dengan Shen Rou di telepon sambil berderai air mata. "Rourou, yang kau katakan benar, wanita itu adalah wanita yang licik. Sekarang nenek Mo sangat menyukainya, nenek Mo menyayanginya sama seperti cucu perempuannya sendiri, aku bahkan tidak bisa berbuat apa-apa.
"Ada nenek Mo yang melindunginya, dia bahkan tidak menganggapku sebagai mertuanya. Aku rasa sebentar lagi, kedudukanku di keluarga ini tidak akan ada artinya, bahkan menantuku sendiri berani menunggangi kepalaku."
Tidak tahu apa yang dikatakan lawan bicara dari ujung telepon, ekspresi ibu Mo berubah menjadi semakin suram. Air matanya mengalir semakin deras.