Therius menatap Xion dengan pandangan tidak percaya. Kini bukan hanya Xion yang wajahnya dipenuhi ekspresi kecewa, Therius juga. Pemuda itu merasa dikhianati karena sahabatnya ternyata juga menyimpan perasaan kepada Emma, gadis yang ia cintai.
Untuk sesaat keduanya terdiam. Xion merasa kecewa kepada Therius karena telah menyembunyikan kemampuannya sebagai sanomancer yang seharusnya dapat menolong Haoran, dan sebaliknya, Therius merasa marah karena menganggap sahabatnya menikamnya dari belakang dengan jatuh cinta kepada Emma.
"Aku tidak tahu bagaimana harus menghadapi situasi ini..." kata Therius akhirnya. Ia mengepalkan tangannya dan meninju tembok di sebelahnya. Tembok itu segera retak dan buku-buku jari Therius terluka hingga berdarah, tetapi pemuda itu seolah tidak merasakan sakitnya.
"Kalau kau mau memukulku, seharusnya kau tidak usah memukul tembok," tegur Xion dengan suara dingin. "Aku di sini."