Tải xuống ứng dụng
40% Wiro sableng 212 " Banjir Darah Di Tambun tulang " / Chapter 6: Banjir Darah di Tambun Tulang 06

Chương 6: Banjir Darah di Tambun Tulang 06

Di tengah pasar yang ramai itu kelihatanlah banyak orang

berkerumun dalam bentuk lingkaran. Dalam lingkaran

berdiri dua orang, yang pertama seorang laki-laki separuh

baya berpakaian dan berdestar hitam. Tampangnya gagah

dan senyum senantiasa terbayang di bibirnya. Orang kedua

seorang dara yang juga berbaju dan berikat kepala hitam.

Kulitnya putih rambutnya menjulai panjang di punggung dan

parasnya jelita. Seperti laki-laki tadi, dibibirnya yang segar

juga selalu mengulum senyum yang diberikan pada orang

ramai di sekelilingnya.

Laki-laki berpakaian hitam, melangkah ke tengah

lingkaran, memandang berkeliling lalu menjura ke segala

penjuru. Suaranya keras dan enak didengar ketika dia

bicara.

"Saudara-saudara sekalian! Banyak terima kasih yang

saudara-saudara sudah, sudi berkumpul di sini. Kita

bukanlah orang-orang yang baru berjumpa kali ini.

Sudah seringkali aku dan anakku berkunjung ke pasar

ini sekedar memberi hiburan tak berguna untuk mencari

uang. Hari ini kita berjumpa lagi. Kuharap saja saudara-

saudara tidak bosan melihat pertunjukan kami! Juga tidak

keberatan bermurah hati memberi beberapa ketip sebagai

sumbangan. Kami ayah dan anak mengucapkan terima

kasih...."

Sampai di situ ucapan laki-laki ini terhenti sejenak. Yang

menghentikannya ialah karena dua buah matanya melihat

kedatangan seorang penunggang kuda bertubuh tegap,

berkumis melintang, berpakaian dan berikat kepala serba

hitam. Dibagian dada pakaiannya kelihatan lukisan kepala

harimau berwarna kuning! Penunggang kuda itu berhenti

dan ikut bergerombol di belakang orang banyak. Laki-laki

separuh baya yang ada di lengah lingkaran merasa tak

enak. Demikian juga anaknya kelihatan berubah air

mukanya sewaktu melihat kemunculan si penunggang kuda

berkumis melintang. Sedang orang banyak yang berjubalan,

begitu mengetahui kedatangan penunggang kuda ini segera

bersibak menjauh dengan muka yang membayangkan

ketakutan. Banyak diantara mereka yang tak punya minat

lagi untuk meneruskan melihat pertunjukan kedua beranak

itu dan berlalu dengan cepat!

Laki-laki separuh baya meskipun dengan hati tidak enak

kembali meneruskan ucapannya.

"Saudara-saudara sekalian. Maksud kami melakukan

pertunjukan ini bukan untuk memamerkan ilmu

kepandaian kami yang tak seberapa tapi semata-mata

hanyalah untuk mencari Uang guna membeli sesuap nasi.

Kami tahu pula, diantara saudara-saudara yang hadir disini

tentu ada yang memiliki kepandaian dan kesaktian yang

jauh lebih tinggi, karenanya kami minta maaf terlebih

dahulu dan sudilah untuk tidak berlaku keras terhadap

kami dan menahan pertunjukan kami nanti. Sekali lagi

maaf.

sekarang kami akan mulai...."

Laki-laki itu mencabut sebilah keris dari pinggang-nya.

Senjata itu dibawanya berkeliling, diperlihatkannya dekat-

dekat pada penonton. Lalu diambilnya sepotong kayu jati

dan kayu itu ditusuknya dengan keris! Kayu itupun

berlubanglah! Ini untuk menunjukkan bahwa keris itu betul-

betul senjata tajam bukan keris palsu yang terbuat dari

kayu atau kertas tebal

Kemudian laki-laki ini menganggukkan kepalanya pada

si dara jelita. Anak gadis itu mengambjl sebuah gendang

dan mulai memukulnya. Ayahnya membuka baju.

Kelihatanlah dadanya yang bidang dan berbulu. Kemudian

mengikuti irama pukulan gendang, laki-laki ini menari

sambil menghunjam-hunjamkan keris di tangan kanannya

ke dada! Jelas sekali kelihatan ujung senjata itu menusuk

kulit daging tubuhnya, namun kulit itu jangankan luka,

tergorespun tidak! Semakin cepat irama pukulan gendang

semakin cepat tar ia n yang dimainkannya dan semakin

gencar pula tusukan-tusukan ujung keris ke dadanya!

Lewat sepeminum teh maka irama gendang kembali

perlahan dan akhirnya berhenti. Laki-laki itu hentikan

pula "permainannya lalu menjura kepada orang banyak

yang disambut dengan tepuk sorak yang riuh!

"Saudara-saudara sekalian, pertunjukan, berikutnya

dilakukan oleh seorang yang bukan lain adalah anak saya

sendiri." Sementara itu ayahnya mengeluarkan sebatang

golok tajam, putih berkilat ditimpa sinar matahari. Untuk

membuktikan bahwa benda itu sebenarnya golok maka

diambilnya kayu jati tadi lalu dibacoknya. Kayu jati terbelah

dua!

Gendang mulai dipalu. Dengan langkah ringan si dara

baju hitam menuju tengah lingkaran. Dia tersenyum

berkeliling lalu mulai menari mengikuti irama gendang.

Tariannya bagus sekali dan lemah gemulai membuat, se-

mua orang terpesona. Ketika ayah sang dara melangkah

mendekati anaknya dengan golok terhunus semua

orang merasa ngeri meskipun pertunjukkan demikian

sudah sering mereka saksikan. Laki-laki itu mulai pula

menari mengelilingi anaknya. Kemudian "wuut," golok-

nya dibacokkan ke punggung si gadis. Terdengar suara

"buuk!" Gadis itu tersenyum! Aneh! Hantaman mata golok

yang tajam bukan saja tidak melukai punggung sang dara

tapi bahkan juga tidak merobek pakaiannya! Dan dengan

senyum simpul si gadis terus menari seakan-akan tak ada

terjadi apa-apa sementara golok menderu bertubi-tubi

membacok bagian atas tubuhnya dan suara

"Buuk... buuk... buuk." Terdengar tak kunjung henti! Ke-

ngerian orang banyak berubah menjadi tempik sorak

kagum!

Lewat sepeminum teh pula maka pertunjukan yang

kedua itupun berakhirlah! Orang banyak bertepuk riuh

dan bersorak gembira. Beberapa diantara mereka ada

yang melemparkan uang logam ke tengah lingkaran

yang segera dikumpulkan oleh anak laki-laki lalu di-

masukkan ke dalam kotak.

"Sekarang pertunjukan yang ketiga, saudara-saudara,"

kata laki-laki berpakaian hitam. Dia melirik sekilas pada

penumpang kuda berkumis melintang yang sampai saat itu

masih berada di situ dan menyaksikan peri tinjukan.

"Saudara-saudara sekalian," kata laki-laki itu

selanjutnya. "Saudara lihat kuati besardibela kang itu? Kuali

itu berisi air yang dijerang hingga mendidih! Saudara-

saudara akan melihat bagaimana saya akan masuk ke

dalamnya dan mandi!"

Lalu laki-laki itu melangkah mendekati sebuah kuali

yang* besar sekali. Bagian bawah kuali yang ditopang

oleh tiga buah batu besar itu berkobar api besar. Air yang

ada di dalam kuali berbunyi mendidih dan mengepulkan

asap panas.

"Tapi!" berkata laki-laki tadi seraya palingkan muka

ke segala penjuru. "Mungkin saudara-saudara mengira

air yang mendidih dan api yang berkobar ini hanyalah

tipuan belaka! Aku akan buktikan bahwa aku Pagar Alam

bukanlah seorang penipu!"

Dari dalam sebuah kolak laki-laki yang mengaku

bernama Pagar Alam itu mengeluarkan seekor tikus.

Tikus Hu kemudian dimasukkannya ke dalam api!

Binatang itu mencicil dan meregang nyawa di situ juga. Bau

dagingnya yang terbakar meranggas hidung! ",

Pagar Alam mengeluarkan seekor tikus lagi lalu di-

cemplungkannya ke dalam air yang mendidih. Tikus itu

mencicil sebentar dan menggelepar-gelepar lalu mati

matang! Setelah mengeluarkan tikus Hu dari dalam kuali

Pagar Alam berkata:."Sekarang saudara-saudara saksi-

kan sendiri bahwa aku tidak menipu kalian! Nah, aku

akan masuk ke dalam kuali ini!"

Semua penonton menahan nafas penuh tegang se-

baliknya disudut bibir-penunggang kuda berkumis me-

lintang tersungging senyum penuh arti!

Pagar Alam mencelupkan kaki kanannya ke dalam

air mendidih di kuali. Lalu kaki kirinya. Dan kini dia ber-

diri di atas kuali berair mendidih yang dibawahnya ber-

kobar api besar! Hebat dan aneh, kakinya tidak melepuh,

seakan-akan air di dalam kuali itu adalah air dingin biasa!

Bahkan laki-laki ini memutar tubuhnya berkeliling sam-

bil tersenyum! Orang banyak bertepuk riuh rendah!

"Saudara saudara sekarang aku akan duduk dalam

kuali Ini dan akan mandi! Sudah lama badan buruk ini tak

pernah mandi-mandi. Daki telah tebal di sekujur tubuhku!"

Semua orang tertawa gelak-gelak. Mata masing-

masing dibentangkan lebih lebar.

Kemudian Pagar Alam membungkuk, siap untuk duduk di

dasar kuali. Tapi baru saja dia bergerak sedikit tiba-tiba laki-

laki ini menjerit keras dan melompat ke luar dari kuali.

Tubuhnya terguling di tanah. Kedua kakinya sebatas lutut

kelihatan putih matang laksana daging direbus! Semua

orang menjerit dan terbeliak kaget! Anak gadis Pagar Alam

memburu dengan cepat. Dari balik baju hitamnya

dikeluarkannya sejenis bubuk lalu ditebarkannya dikedua

kaki ayahnya yang merintih kesakitan di tanah! Rupanya

seseorang berilmu lebih tinggi diam-diam telah "menahan"

dan "memunah" ilmu yang dimiliki Pagar Alam dan

akibatnya kedua kaki itu terebus matang!

Setelah mengobati kaki ayahnya, sang dara berdiri

dan memandang beringas ke segala penjuru.

"Saudara-saudara siapakah diantara kalian yang begitu

tega mencelakai ayahku? Ayah tiada punya permusuhan

dengan siapapun di sini. Pertunjukan ini bukan untuk jual

lagak atau memamerkan kepandaian, tapi hanyalah untuk

mencari makan! Sungguh keterlaluan kalau ada yang

demikian jahatnya mencelakai ayahku!"

Sekali lagi gadis itu memandang beringas berkeliling.

Sepasang matanya-beradu pandang dengan penunggang

kuda berkumis melintang! Hatinya berdetak! Kemudian

dengan suara lantang sambil memandang berkeliling gadis,

ini berteriak keras: "Siapa yang telah mencelakai ayah

silahkan maju kehadapanku! Siapapun dia adanya aku

tidak takut! Aku Mayang akan mengadu jiwa padanya!"

Orang banyak memandang pula berkeliling. Dan

rata-rata pandangan mereka tertuju pada satu sasaran

yaitu laki-laki berpakaian hitam yang duduk di atas

punggung kuda!

"Bangsat yang telah mencelakai ayahku tapi tak berani

unjuk muka adalah pengecut terkutuk!" teriak Mayang

lantang!

Sementara itu dengan merintih kesakitan Pagar

Alam coba duduk dan bersandar ke sebuah peti. Sepa-

sang matanya menyorot penuh amarah, memandang

berkeliling. Bila matanya itu menyapu paras laki-laki

yang duduk di atas kuda maka Pagar Alam pun membuka

mulut dengan suara bergetar:

"Gempar Bumi, kaukah yang melakukan kejahatan ini?!"

Si penunggang kuda tertawa bergumam. Sekali dia

gerakkan badan maka .tubuhnya ringan sekalj melesat

dan tahu-tahu sudah berdiri di hadapan Pagar Alam yang

duduk di tanah bersandar ke peti!

Dengan bertolak pinggang laki-laki bernama Gempar

Bumi ini berkata: "Sudah berulang kali kuperingatkan

bahwa kau tidak boleh mengadakan pertunjukan dan minta

sumbangan rakyat dengan seenaknya! Tapi itu tidak kau

pedulikan! Dan pajak yang musti kau berikan pada

atasanku penguasa negeri ini tak pernah kau serahkan!"

"Penghasilan kami tak ada artinya!" teriak Mayang.

"Dan pajak yang kau minta melewati batas besarnya!

Lagi pula hak apakah atasanmu memungut pajak dari

kami? Semua rakyat bebas mencari penghasilan'. Rakyat

tidak merasa atasanmu itu sebagai pemimpin dan pe-

nguasa negeri ini!"

"Aha.... Mayang. Cakapmu terlalu berani. Kalau

Datuk mendengarnya pasti kau akan celaka!"

Mayang meludah ke tanah. "Aku tidak takut pada

Datukmu itu!"

Gempar Bumi menyeringaijdan puntir-puntir kumisnya.

"Aku tahu Gempar Bumi!" tiba-tiba Pagar Alam berkata.

"Kau mencelakai diriku bukan karena soal pajak ataupun

soal yang lain! Tapi karena aku dan anakku telah menolak

lamaranmu dua minggu yang lalu!"

Gempar Bumi tertawa dingin.

"Di negeri ini rupanya mulai ada keledai-keledai tolol yang

hendak coba-coba menentang kekuasaan Datuk dan

pembantu-pembantunya! Dan ketika dia diberi babaran

baru menyesal!"

"Aku tidak menyesal telah menolak lamaran manusia

macammu!" sentak Pagar Alam. Kalau saja dia bisa berdiri

mungkin sudah diserangnya laki-laki itu!

Gempar Bumi memandang berkeliling dan berkata

dengan suara nyaring. "Siapa-siapa yang coba menantang

kekuasaan Datuk dan menghina pembantu-pembantunya

sama saja dengan mencari mati!"

"Bangsal terkutuk!" damprat Mayang. "Aku lebih baik

mampus daripada jadi isirimu. Aku lebih baik mati

berkalang tanah daripada tunduk kepada Datuk

keparatmu!" Habis berteriak begitu anak gadis Pagar Alam

ini menyambar sebilah golok dan menyerang Gempar

Bumi!


Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C6
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập