-Park Hyun Ri Pov-
"Halo…?" suara yang begitu ku rindukan.
"halo… siapa ini?" aku hanya diam mendengar suara yang begitu membuatku gila karenanya.
"tut tut tut…"
Aku menatap telpon umum yang ku tutup.
Sampai sekarang aku tak pernah berani untuk berbicara dengannya.
Sejak aku mulai menyukainya.
Kim Namjoon laki-laki yang begitu populer di kalangan siswi di sekolah ku.
Dia adalah laki-laki terpintar di sekolah ku.
Sudah lama aku menyukainya sejak aku masuk sekolah menengah hingga aku sudah sekolah di SMA Hwanyien sekolahan elit yang hanya menerima anak – anak ekonomi atas.
Tapi aku bukanlah dari kalangan atas, aku hanya anak – anak dari kalangan menengah yang beruntung bisa bersekolah disini, itu pun karena bantuan dari beasiswa sekolah ini.
Setiap harinya aku selalu mendapat bullyan bahkan hinaan dari anak – anak lainnya, tak jarang mereka kadang menggunakan kekerasan.
Walau pun hal ini diadukan apakah aku akan mendapat hak yang adil, aku yakinnya tidak karena aku hanya anak dari kalangan menengah.
"sudah pulang Hyunri" ucap ibu ku setelah aku sampai.
"ya bu" jawabku sambil tersenyum.
Satu - satunya alasan ku tetap bertahan di sekolah itu,yaitu ibu ku ini orang tua ku satu - satunya yang aku miliki dan satu laki-laki yang selalu membuat ku bertahan untuk tidak pindah dari sekolahan itu.
"ibu... kau sedang membuat apa?" tanya ku melihat dia sedang asyik berkutat di dapur.
"taraaaa.." ucap ibu memperlihatkan cupcake dengan bentuk – bentuk yang lucu.
Aku tersenyum melihatnya.
"wah... cantik sekali" ucap ku.
"pasti.. ya ibu mau menjual ini" ucapnya aku mengangkat alis ku dan menatapnya seakan bertanya 'untuk apa?'
ibu ku lalu duduk di hadapan ku yang duduk di meja makan.
Dia mengelus tangan ku sambil tersenyum lembut.
"Hyunri ibu tau kau memiliki kesulitan disekolah itu, ibu ingin menjual ini agar kau tak di pandang rendah lagi anak – anak disana" ucap ibu, aku terdiam menatapnya.
Sejak kapan dia tau masalah ini, aku bahkan tak pernah memberi tahunya tentang ini.
"tadi saat ibu bekerja, ibu membawa ini" ibu ku menunjuk cupcake itu.
"salah satu rekan ibu melihatnya dan memintanya, saat dia mencoba dia bilang buatan ibu sangat enak dan dia membawanya ke lainnya"
"tentu saja enak, semua yang dibuat ibu memang selalu enak" ucapku jujur.
"lalu?" tanya ku penasaran.
"cupcake ini lalu sampai ketangan atasan ibu…" ucap ibu.
"Direkture Kim" ucapku menatap ibu ku dengan antusias.
"ya, dia bilang cupcake buatan ibu kalau di jual akan laku banyak, dan kau tau…" ucap ibu menggantung kalimatnya.
Aku mengangguk antusias menunggu lanjutanya.
"ibu di beri sebuah kunci.. tara…" ibuku menunjukkan sebuah kunci.
"kunci? Untuk apa?"tanya ku bingung.
"ini kunci sebuah kedai cafe kecil yang ada di seberang jalan ini" ucap ibu mataku langsung membulat.
"WAH BENARKAH?" teriak ku antusias.
Ibu ku mengangguk.
Aku tersenyum senang dan meloncat – loncat bersama ibu ku.
"jadi kapan ibu akan membuka kedainya?" tanya ku tak sabar.
"besok ibu akan membersihkan dulu tempat itu dan membuatnya semenarik mungkin" ucap ibu, aku lalu meletakkan jari telunjuk ku di bibir.
"hm… aku bantu ya ya ya" ucap ku memaksa sambil menggoyangkan tangan ibu ku.
ibu lalu tersenyum dan mengangguk.
"lalu bagaimana sekolah mu hm?" tanya ibu lagi.
"sekali ini aja ya aku tak masuk" ucap ku memohon sambil menangkup kedua tangan ku.
"ya ya ya ya?" ucapku berulang kali.
Ibu lalu menggelengkan kepalanya.
"Ibuuuuuu" rajuk ku sambil bergelayut di tangannya.
"baiklah... Untuk sekali ini saja" ucap ibu.
"yeehhh" aku langsung mengacungkan jempol ku kedua – duanya.
"ya sudah sebaiknya kau pergi tidur" ucap ibu ku.
Aku pun mengangguk dan menuju kamar ku.
Aku lalu meletakkan jaket dan tas ku di atas bangku rias ku lalu menghempaskan tubuh ke ranjang kesayangan ku.
"tuan Kim baik sekali" ucap ku sambil menatap langit – langit kamarku.
"Seperti apa sebenarnya dia?"
"aku ingin sekali segera bertemu tuan Kim dan berterima kasih karena sangat sering membantu keluarga ku" ucap ku lalu tersenyum.
"aahh.. aku lelah" ucap ku lalu menyamankan diri ku untuk tidur.
___________
"Hyunri"
Aku terbangun mendengar panggilan ibu yang meneriakkan namaku.
"cepatlah bangun"
Aku lalu membuka mata dan duduk.
"cepatlah bangun... kau mandi cepat bantu ibu mengangkat semua bahan ke kedai" ucap ibu ku sambil memukul bahu ku pelan.
"baiklah bu" ucap ku lalu bangun dan berjalan menuju kamar mandi dengan mata sedikit tetutup.
Tak begitu lama aku mandi.
Setelah mandi aku pun bersiap untuk membantu ibu.
"kau bawa yang ini biar ibu bawa ini" ucap ibu memberi ku beberapa nampan berisi cupcake buatannya.
Aku lalu menangguk dan ku ikuti ibu ku berjalan menuju kedai yang akan menjadi tempatnya menjual cupcakenya.
Sesampai ku disana kedai itu ternyata sudah di permak dan sudah menjadi kedai yang elegan dan imut sekaligus.
"wahh cantik sekali" kagum ku melihat sekeliling kedai itu.
"oh kau sudah datang" ucap seseorang aku lalu menoleh kearah kiri tempat sebuah seorang laki-laki sedang duduk dengan kacamata yang bertengger di hidungnya yang mancung.
"Na…Namjoon" ucap ku pelan dengan mata membulat ku menatapnya.
"ya Tuan Kim" ucap ibu ku.
Aku lalu menoleh kearah ibu ku.
Aku membulatkan mata dengan sempurna.
Ini sangat mengagetkan ku.
Tuan Kim yang biasa ibu maksud itu Namjoon,Kim Namjoon laki-laki yang selama ini ku kagumi.
Suaranya yang selalu ingin aku dengar dengan dekat dan selalu ingin aku dengar langsung, kini tercapai dan dia berada di depan ku,sambil membaca buku dengan kaca mata yang membuatnya semakin tampan.
Namjoon lalu berdiri dan menutup bukunya.
"Ibu Park tak usah sungkan, silahkan melanjutkan pekerjaanya aku sudah mempermak semuanya" ucapnya aku hanya tercengang menatapnya yang berdiri di depan ku.
'ya tuhan seakan mimpi bisa sedekat ini' batin ku kagum bahkan mataku tak berkedip menatap tubuh semampainya yang berdiri di depan ibu ku.
"ini anak anda ibu Park?" tanyanya kepada ibu ku.
Aku langsung menundukkan kepala memberi hormat.
"selamat pagi Tuan Kim" ucap ku gugup dengan kepala menunduk.
"pagi… kau lucu sekali, salam kenal aku Kim Namjoon" ucapnya.
"a…aku.. aku Hyunri.. Park Hyunri" jawabku masih dengan kepala tertunduk.
"maafkan dia tuan Kim dia memang pemalu" ucap ibuku, aku lalu menyenggol lengan ibu.
"haha... tak apa ibu Park.. baiklah kalau begitu saya mau ke sekolah dulu"ucapnya lalu pergi melewati ku.
Aku langsung menoleh melihat punggung bidangnya yang mulai menjauh dan hilang saat memasuki mobil mewah yang terpakir sejak kami datang tadi di depan kedai.
"Hyunri cepat bantu ibu" ucap ibu ku.
Aku lalu langsung sadar dan bergegas membantunya ibu membereskan dan menata meja.
Sesuai dengan keputusan perjanjian tadi malam dengan ibuku akhirnya aku tak masuk sekolah dan memilih untuk membantunya.
Walau kedai ibu ku baru di buka tapi pengunjung hari ini lumayan dan itu pengunjung teman kerja ibu.
Aku senang walau sedikit kewalahan melayani teman – teman ibu yang memesan macam - macam tapi aku senang dari pada harus di sekolah berhadapan dengan para siswi-siswi yang sangat senang menyiksa ku.
Awalnya ku berpikir kedai yang di berikan ke ibu ini merupakan tempat kosong ternyata tidak.
Kedai ini bahkan lengkap dengan deretan menu makanan lainnya bahkan ada beberapa pekerja yang sudah siap membantu ibu.
"ibu aku tak tau kalau kedai ini sudah siap semua, aku pikir kita akan mulai dari nol" ucap ku pada ibu yang lagi membersihkan meja seperti ku.
"Tuan Kim semulanya memang mau memberikan ibu kedai kosong, namun saat dia berpikir lama akhirnya dia memberi keputusan untuk melengkapi semua dan menyediakan yang lainnya ibu hanya tinggal mengelolanya" jelas ibu, aku membulatkan mata.
"dia sebaik itu?" ucap ku kaget.
"dia siapa?" tanya ibu menatap ku.
"Namjoon" ucap ku lagi.
"Huss... Panggil dia tuan" tegur ibu kepada ku.
"aku memang baik" jawab seseorang dan aku langsung menoleh mantap seorang laki-laki dengan setelan jas di tubuhnya seakan baru pulang kerja.
"selamat datang tuan Kim" ucap ibu ku.
Aku pun langsung menundukkan kepala memberi salam juga. Wajar saja dia sudah pulang kerja ini sudah begitu larut untuk tetap bekerja.
"terima kasih, oya ibu Park aku butuh kopi kesukaan ku, tolong buatkan" ucapnya lalu duduk di depan ku yang sedang membersikan meja didepannya.
"Oya... kau tak perlu memanggil ku tuan" ucapnya sambil tersenyum menatap ku.
"kau seakan mengenal ku dengan baik?" ucap nya.
Aku menundukkan kepala ku dan tetap terus membersihkan meja di depan ku tanpa menjawabnya.
"kenapa kau tak menjawab ku?" tanyanya lagi.
"ini tuan" ucap ibu memberikan kopi kepadanya.
"ibu Park berhentilah memanggilku tuan, panggil saja Namjoon" ucapnya sambil tersenyum kearah ibuku.
"sebaiknya kau membersihkan meja yang lain" ucap ibu ku.
Aku lalu mengangguk dan ingin pergi.
"tunggu biarkan dia menemani ku saja" ucap Namjoon,aku pun berhenti.
"aku kadang tak suka minum kopi sendiri tak ada teman untuk berbicara" ucapnya, ibu ku menatap ku.
"haha… baiklah Tuan Kim... Ah Namjoon-ssi, Hyunri temani Namjoon minum kopi biar ibu dan lainnya membersihkan meja" ucap ibu menepuk bahu ku.
Aku menatap ibu kaget.
"hah!?" ucapku menatap ibu ku tersenyum lalu mengambil lap yang sedangku pegang.
"duduklah" ucap Namjoon.
"baiklah" jawab ku lalu duduk di depannya.
"Sekali lagi aku tanya dan TOLONG dijawab" ucapnya dengan menekan kata TOLONG.
"ya" jawab ku.
"Apa kau mengenal ku dengan baik?" pertanyaan yang sengaja tadi tak ku jawab dengan sengaja malah masih dia tanyakan lagi.
Aku terdiam menatapnya yang meminum kopi pesanannya tadi.
'Apa yang harus ku jawab... Arrgghh' aku memikirkan cara agar aku mempunyai alasan atas pertanyaannya.
"Ah.. ibu sering cerita tentang mu, dan itu membuatku tau kamu dengan baik" ucap ku sambil memasang fake smile karena bingung menjawab apa agar tidak ketahuan kalau aku mengangguminya.
'Ya tuhan aku berbicara dengan Namjoon namja populer disekolah ku, ini terasa seperti mimpi' aku menatapnya tanpa berkedip sedikit pun.
Dia menyesap kopinya dengan hati - hati.
"Tapi aku pikir tak begitu" katanya sangat ambigu. Aku terdiam sejenak mencari cara agar tak keliatan seperti stalker dihadapannya.
Aku terdiam cukup lama.
"Khemmm... maaf aku hanya penasaran.. lupakan soal itu" ucapnya sambil tersenyum kearah ku.
"bagaimana dengan soal kata-kata Halo, setelah itu tututut" ucapnya memperagakan gayaku menelpon menggunakan telpon umum.
'Eh aku tak tau harus bicara apa lagi... aku seperti seorang stalker baginya sekarang' pikiran ku melayang sambil memasang senyuman fake ku dan menggaruk tengkuk ku yang tak gatal sama sekali.
Namjoon lalu berdiri.
Aku menyadari dia tengah menatap ku dengan sangat intens.
"Aku tau kau 1 sekolah dengan ku" ucapnya.
Dan itu sukses mengejutkan ku.
Bagaimana tidak suaranya yang begitu berat menenuhi gendang telinga ku saat dia mengucapkan itu.
Aku terperanjat dan langsung menatap punggungnya yang sudah hendak meninggalkan kedai.
"ibu Park terima kasih atas kopinya" ucapnya sambil tersenyum.
"Aku pamit pulang dulu... sekali lagi terima kasih" ucapnya lagi sambil membungkukan badannya.
Sebelum dia pergi, dia membalik wajahnya menatap aku yang terpaku melihatnya.
Berbagai macam pikiran dan perasaan ku saat ini bercampur.
'Bagaimana dia tau aku 1 sekolah dengannya?'
'bagaimana juga dia tau aku menelponnya saat itu?'
'*Apa dia pernah melihat ku?'
'Tapi bagaimana dia tau?'
'Akkhhh ini membuatku gila... namjoonnnnnn*'
Teriak ku dalam hati sambil mengacak asal rambutku.
"hei... kau kenapa?" Tanya ibu mengejutkan ku.
"Ahh tidak apa apa bu" cengirku.
"Bantu ibu dan yg lainnya cepat" ucap ibu memberikan lap kearahku.
"oke" ucap ku lemas.
'Akhh aku tak mau memikirkannya kepala ku pusing' kesal ku dalam hati lalu mencari kesibukan dengan mengelap-lap meja - meja.
___________
"ibu aku berangkat" teriak ku sambil berlari keluar.
"Aaaaa" pekik ku kaget mendapati seseorang didepan rumahku. Aku lalu menutup mulutku dengan cepat.
"Nam... Namjoon" ucapku memastikan itu bukan khayalan dipagi hari.
"Masuklah" ucapnya mempersilahkanku masuk kemobil mewah nya.
"Aku tidak sedang berkhayalkan" ucapku sambil memukul pipi ku keras.
Namjoon saat itu hanya tersenyum menanggpi tingkah ku.
"Awww"
'Ini sakit... apa ini bukan mimpi?'
"Kau tak ingin sekolah?"tanyanya lagi dan aku betul - betul sadar ini bukan mimpi.
"I..ing...ingin" jawab ku gugup.
Aku pun masuk kemobilnya.
Dia menatapku sambil tersenyum.
'Tuhan bantu aku bernafas dan aku mohon agar suara jantungku tak terlalu keras' ku remas rok sekolahku demi menenangkan jantungku.
"Hyunri" panggilnya.
Deg deg deg
'Ya tuhan suaranya'
"y...y...ya" jawab ku setelah mencoba menenangkan diriku.
"Kita sudah sampai" ucapnya dan itu sukses membuat ku sadar dan sekaligus malu. Aku terlalu banyak melamun sampai aku tak sadar kami sudah sampai di sekolah.
"Ah ya dah sampai.. te....terima kasih" ucapku gugup.
'Bodoh... ini memalukan' rutukku pada diriku sendiri.
Aku merapikan pakaian ku dan hendak keluar.
"Pak bisa tolong belikan aku cola?" Pintanya kepada supirnya.
"baiklah tuan" jawab supirny dan bergegas pergi.
Aku menatapnya.
"Aku pergi du....."
'*Apa ini'
'Mimpikan ini'
'Tapi ini*...'
Namjoon tiba - tiba menarik tanganku dan mencium bibirku.
Ciumannya begitu lembut dan itu membuatku terbuai sampai memejamkan mataku untuk menikmati sentuhan bibir lembutnya.
'Ini bukan mimpi' batin ku.
'kenapa dia menciumku, bahkan aku dan dia tak lama bertemu'
Aku membuka mataku saat kami menyudahi ciuman pertamaku tadi.
"Aku tau ini akan terjadi.. dan apa yang ku harapkan terjadi, setelah semua ku susun dengan baik" ucapnya membuatku bingung.
"maksudnya?" tanyaku bingung. aku benar-benar bingung karena aku dan dia tak pernah bertemu bahkan untuk bertegur sapa pun baru saja kemarin dan itu hanya sebentar saja.
Dia tersenyum.
"Mau jadi wanita ku?" Tanya lembut.
Aku menatap tak percaya, antara mimpi dan nyata. Bagaimana aku bisa menjawabnya, aku hanya bisa terdiam saat itu.
"Jawab aku?" Ucap Namjoon tak sabar.
"A... aku tak tau haru..s dari mana... tapi itu khayalan ku yang selalu ingin jadi pacarmu.. ta.. tapi sekarang wah ini bukan bercanda?" Tanya ku masih dengan perasaan kalau semua ini khayalan.
"kau tak sedang mempermainkan ku?" dia hanya diam tak menjawab.
'*apa yang dia tunggu?'
'sebuah jawaban dariku*?'
Namjoon menunggu jawaban ku dengan sabar.
"Tapi barusan ciuman pertamaku" ucapku.
"hanya aku harus bagaimana?" bingungku.
"hanya jawab pernyataanku" ucapnya sambil membelai kepalaku.
'ya Tuhan aku terlena dibuainya'
"baiklah aku mau" ucapku pelan. ia pun lalu tersenyum melihatku.
"Tapi...?" Selaku.
"Tapi apa?" Tanyanya dengan wajah malas.
"Tapi apa maksudmu kalau kamu sudah merencanakan ini semua?" Tanyaku masih penasaran soal itu.
Dia tersenyum lalu memelukku.
"Nanti ku ceritakan... intinya sekarang kau milikku" suaranya yang berat membuatku sadar dan benar - benar sadar kalau semua ini bukanlah mimpi dan khayalanku.
Aku tersenyum bahagia.
"Janji ceritakan tentang itu dengaku?"tanyaku.
"Hmm nanti" ucapnya sambil mengeratkan pelukkannya.
Aku tersenyum.
"Maaf tuan lama" ucap supirnya datang.
Aku dan Namjoon kaget dan langsung melepas pelukkan kami.
"Eh... kalian berdua" supir menatap kami.
"Hahahaha" kami pun tertawa berdua lalu keluar dari mobil.
"sudah ku duga" ucap supir itu, membuat aku bingung.
"maksudnya pak?" tanyaku.
"tuan selalu membututi nona saat pulang sekolah" ucap Supir itu.
"diamlah" ucapa Namjoon kesal. aku tersenyum mendengarnya bagaimana tidak, bukan aku yang menjadi stalker ternyata dia.
"Hei liat Hyunri bersama Namjoon... apa yang dilakukan Hyunri sampai Namjoon mau bersamanya" desas desis siswi disekolah saat melihat kami berdua keluar dari mobil Namjoon, ia lalu menggandeng tanganku dan itu membuat siswi-siswi semakin geram melihatku.
"Seperti nya aku harus kuat mental dan batin saat jadi pacarmu" ucapku sambil menarik nafas kasar.
Dia tiba - tiba menutup telinga ku dan berbisik.
"Dengarkan suara ku jangan dengarkan suara yang lain, hmm" ucapnya dan itu membuatku mengembangkan senyumku.
"Aku akan selalu mendengar suaramu" ucapku lalu tersenyum dan dia ikut tersenyum.
'Aku akan selalu mendengar suara mu dan hanya ada suaramu telingaku'
-FIN-