"Jadi, kau menyusup ke organisasi bernama Baroque Works ini, untuk mencari tahu apa tujuan mereka?" Nami bertanya, dan di jawab dengan anggukan oleh vivi.
"Sebenarnya, kami sudah menduga bahwa mereka berencana untuk menggulingkan kerajaan, tetapi kami tidak tahu dengan pasti." Vivi memberi tahu mereka. Zoro menyeringai.
"Untuk seorang putri kau cukup pemberani." Zoro memujinya. "Dan tidak semua putri kerajaan cukup mencintai negaranya, sampai mereka rela melakukan ini."
Luffy mengangguk.
-------------------
Flashback:
"... Maafkan aku, aku ingin ikut dengan kalian, tapi aku mencintai negaraku dan negara ini membutuhkan puterinya ..."
--------------------
"Terima kasih." Jawab Vivi. "Tapi kita belum benar-benar mencapai apa pun. Aku benci menanyakan ini, tetapi apakah kalian bersedia membawa ku ke Arabasta, setidaknya untuk memberi tahu mereka apa yang aku dan igaram ketahui?"
Luffy mencoba mengatakan sesuatu.
"Kami bisa membawamu ke Arabasta," Nami memulai dengan nada sombong. "Tapi itu akan dikenakan biaya. Katakanlah ... satu miliar Bely!"
Wajah Vivi jatuh. Luffy berkeringat.
'Nami bertingkah seperti Vivi meminta kita membunuh Shirohige atau semacamnya.' Luffy pikir.
"Nami-san, kerajaan bisa membayar mu jika keadaan arabasta saat ini baik-baik saja!" Vivi menjawab tawaran itu dengan nada agak putus asa. "Tapi kita sedang berada dalam krisis selama beberapa tahun sekarang, belum lagi kita dalam keadaan perang."
"Tapi kau tahu siapa yang bertanggung jawab atas semua ini kan?" Luffy bertanya, tapi itu bukan pertanyaan, lebih seperti sebuah pernyataan. dan Vivi mengangguk.
"Jadi, siapa dalangnya?" Zoro bertanya setelah beberapa saat. Vivi memucat dan melambai-lambaikan tangannya di depan zoro sebagai penolakan untuk menjawab itu.
"A-Aku tidak mungkin mengatakan itu padamu. Kau akan menjadi sasaran Baroque works." Vivi berteriak. Luffy cemberut.
"Tapi kita b-" Zoro memulai.
"TIDAK! Aku tidak bisa memberitahumu! Kau telah menyelamatkanku dan dia adalah musuh yang mengerikan. Kau bahkan tidak akan bisa menyentuhnya!" Teriak Vivi. "Dia Royal Shichibukai, Sir Crocodile!"
Tiba-tiba suasana menjadi hening.
Luffy dan Zoro berkeringat, sementara Vivi dan Nami saling menatap dengan ngeri. Kemudian sesuatu mendarat di atap gedung di dekat mereka. Nami perlahan menoleh dengan ngeri. Dia melihat berang-berang dan burung pemakan bangkai, keduanya berdiri di atap, keduanya memakai kaca mata hitam, menjadi tampak lebih mengintimidasi.
Lalu Nami berbalik dan menarik pakaian vivi dan mulai mengguncangnya dengan liar sambil menangis dan berteriak padanya. Pemandangan yang seharusnya mengerikan, terlihat lucu bagi Luffy, jadi dia melakukan apa yang selalu dia lakukan ketika ada yang lucu. Dia mulai tertawa terbahak-bahak. Nami kemudian berusaha pergi melarikan diri.
"Baik teman-teman, senang bisa berada di kru, tapi sekarang aku akan pergi sebelum aku terbunuh." katanya, tetapi Nami tidak bisa melakukan itu, karena berang-berang menghentikannya di jalurnya dengan gambar dirinya yang baru dibuat serta Zoro dan Luffy.
"Wow gambarmu sangat bagus!" kata Nami sambil bertepuk tangan dan berang-berang itu membungkuk secara dramatis sebagai tanda terima kasih. Kemudian Nami berbalik dan mengeluarkan ekpresi menangis dengan giginya berubah menjadi tajam seperti hiu..
"SEKARANG AKU BAHKAN TIDAK BISA MELARIKAN DIRI!" Nami berteriak pada Vivi, yang mencoba menghiburnya dengan menawarkan tabungannya yang sangat sedikit (dibandingkan dengan harga yang diminta Nami). Kemudian Nami berbalik ke Luffy dan Zoro.
"Kenapa kalian tidak khawatir?" Nami bertanya dengan nada tidak percaya ketika mereka berdua tetap duduk dan berbicara dengan penuh semangat tentang Shichibukai. Zoro hanya mendengus.
"Orang ini," kata Zoro dan menunjuk ke Luffy. "Duel dengan Dracule Mihawk di Baratie dan hasilnya imbang."
"DIA APA ?!" teriak kedua gadis itu. Luffy menggaruk kepalanya karena malu.
"Hawky menahan dirinya dan hanya bertahan dari seranganku." Luffy berkata. Kedua gadis itu menatap mereka dengan tak percaya. 'Hawky ?!' ketiga temannya berpikir.
"Jangan katakan itu. Aku tetap kalah darinya meskipun dia menggunakan pisau. Bahkan jika dia menahan diri dan tidak pernah menyerang, kau masih membuatnya menjadi serius untuk melawanmu!" Zoro memberitahu Luffy. Lalu dia melihat ekspresi Nami yang hanya melongo.
"Putri, aku mengerti mengapa kau terkejut, tetapi mengapa kau juga terkejut Nami? Apakah tidak ada orang yang memberi tahumu?" Zoro bertanya. Nami hanya menggelengkan kepalanya.
"Yosh!" Luffy mengumumkan dan berdiri, mengangkat kedua tangannya ke atas. "Ayo kita hajar buaya brengsek itu."
Beberapa menit, setelah ledakan, sedikit tangisan dan menyeret beberapa Kru kemudian ...
"Selamat karena kalian berhasil melarikan diri dari pengejar kalian ..." sebuah suara lembut berkomentar. Luffy menyeringai tetapi tetap diam.
"Terima kasih." Nami menjawab.
"Hati-hati dengan air dangkal agar kau tidak merusak lambung kapal." suara itu berkata lagi.
"Kau bisa mengandalkanku untuk itu." jawab Nami lagi. "Ummm, apakah itu kau, Luffy?"
Luffy berkeringat.
'Memang benar aku tidak memiliki suara yang sangat jantan, tapi suaraku tidak se feminim itu.' Pikir Luffy, tetapi tidak menyuarakannya.
Luffy menatap Nami.
"Kapal yang bagus." suara itu berkomentar lagi. Semua orang berbalik. Duduk di pagar kapal tidak lain adalah Nico Robin, mengenakan topi koboi, sepatu bot ungu dan pakaian yang sangat terbuka lengkap dengan rok ungu yang sangat pendek serta rompi ungu yang sangat pendek.
'Wow, Robin jahat sangat mudah dilihat.' Luffy berpikir. Wanita itu tampaknya memandang semua orang satu per satu, tetapi pandangannya tertuju pada Luffy untuk waktu yang cukup lama, pertama dia melihat bekas luka di dadanya kemudian di wajahnya. Robin sedang mempelajari ekspresinya.
'Dia sepertinya sama sekali tidak terkejut dengan kemunculanku. Seakan-akan dia sudah menungguku.' pikir Robin. Tatapannya kemudian meninggalkan Luffy dan berpindah pada putri Arabasta.
"Aku baru saja melihat Mr. 8 beberapa saat yang lalu, Mrs. Wednesday." Robin memberitahunya. Ini tentu saja menyebabkan Vivi menjadi marah.
"Kau membunuh Igaram!" Vivi berteriak marah. Luffy kemudian melangkah maju. Dia tidak ingin melakukan itu, tetapi dia terpaksa ber akting marah padanya untuk tidak menimbulkan kecurigaan.
"Bahkan jika kau melakukannya, mengapa kau berada di kapal?" Luffy berteriak. Dia berharap itu cukup meyakinkan. Luffy tahu Robin merupakan orang yang akan tahu dengan mudah bila ada sesuatu yang aneh. "Mengapa kau di sini?"
"Apa yang kau lakukan di sini, Nona All Sunday?" Vivi bertanya dengan nada panik.
"Miss All Sunday? Pasangan siapa dia?" Nami bertanya.
"Crocodile." Luffy menjawab untuk Vivi.
"Bukan begitu?" Luffy bertanya, menatapnya. Robin tampak agak terkejut, tetapi kemudian dia menyeringai. Semua orang juga memandang Luffy, bingung bagaimana dia bisa tahu.
"Dan bagaimana kau tahu itu, Kapten?" Robin bertanya, menekankan kata terakhir. Sangat aneh bagi Luffy mendengar Robin memanggilnya seperti itu, setidaknya tanpa menambahkan '-san' di akhir.
"Aura mu mengatakan itu padaku. Aura mu hanya cocok untuk seseorang yang berada dalam posisi berkuasa. Atau tangan kanan seorang pemimpin." Luffy berkata dan menyeringai. Robin menatapnya dengan ekspresi agak terkejut.
"Dan juga," lanjut Luffy. "Bounty mu sangat tinggi."
Luffy bisa melihat penampilan Robin yang acuh tak acuh, goyah untuk sekilas, digantikan oleh ekspresi kaget, tapi kemudian dia dengan dia cepat merubah kembali ekpresinya menjadi senyuman.
"Oh begitu." jawab Robin.
"Sekarang, apa yang kau lakukan di sini?" Luffy bertanya dengan nada yang sedikit membentak. "Dan bagaimana kau tahu tentang dia, Vivi?"
"Kami membuntutinya untuk mencari tahu nama pemimpin di balik semua ini." Jawab Vivi. Robin tertawa pelan.
"Sebentar, miss Wednesday - aku membiarkanmu membuntutiku." Robin memberitahunya.
"Jadi kau orang baik?" Luffy bertanya. Nami langsung meninju kepalanya, yang tentu saja tidak berpengaruh apa-apa.
"Dia perempuan, Luffy." Nami memberitahunya. "Aku tahu itu." Dia cemberut, tetapi dalam hati, dia berkeringat. 'Menyebutnya gadis yang baik terdengar tidak cocok ... tapi baiklah! Terserahmu Nami! '
"Aku tahu itu. Jadi kau juga yang memberitahu Crocodile bahwa identitasnya sudah terungkap!"
"Benar!"
"Jadi, dia gadis yang nakal." Luffy mengumumkan. Nami tampaknya menyadari betapa ini terdengar terlalu menjudge dari ekspresinya. Robin memandang Luffy dengan ekspresi agak terbelalak.
"Kau seharusnya tidak memanggilku begitu. Kedengarannya ... tidak cocok." Robin memberitahu Luffy tanpa mengubah nada bicaranya. Vivi tampak kesal karena perhatiannya bergeser.
"Aku tahu." Luffy menjawab dan menunjuk ke anggota kru perempuannya. "Tapi Nami yang menyuruhku."
Robin memandang Nami dengan ekspresi tidak senang.
"Kamu tentu punya pikiran aneh." Robin memberitahu Nami, yang kemudian tersentak di karena tatapannya, tetapi kemudian perhatian Robin beralih kembali pada Vivi yang sekarang melotot.
"Apa sebenarnya niatmu di sini?" Vivi bertanya.
"Siapa yang tahu ..." Robin menjawab dan menutup matanya. "Tapi kalian semua sangat serius tentang hal ini. Aku hanya bekerja sama. Seorang putri, yang benar-benar berpikir dia bisa menjadika Baroque works musuh dan tidak hanya berharap untuk bertahan hidup, tetapi juga menyelamatkan negaranya. Itu sangat konyol."
Mendengar kata-kata itu Vivi langsung murka. Dia meraung marah, kemarahan Vivi membuat semua orang yang memiliki senjata mengarahkannya ke Robin. Zoro mengeluarkan dua pedangnya, Nami memposisikan tongkatnya ke tangannya. Usopp dan Sanji membidik kepalanya, masing-masing dengan ketapel dan pistol. Luffy tidak bergerak sama sekali.
"Bisakah kalian tidak mengarahkan benda-benda berbahaya seperti itu padaku?" Robin mengatakan kepada mereka dan kemudian Luffy melihat tangan muncul dari semua orang yang memegang senjata dan menampar senjata mereka dari tangan mereka. Kemudian tangan-tangan itu mulai menghilang. Kru Yang lain bingung dan kaget. Mereka dengan cepat mengasumsikan bahwa itu adalah kekuatan Devil fruit.
Sanji mengomentari kecantikan Robin.
'Sanji benar.' Luffy berpikir dan kemudian memandang semua kru wanita nya. 'Aku sangat beruntung. Ketiga nakama wanitaku cantik. '
Kemudian Luffy mengeluarkan ekpresi berpikir serius. 'Kalau dipikir-pikir, Kita tidak memiliki nakama yang berwajah jelek. Well, Brook itu tengkorak, tapi karena dia tengkorak lah dia sangat keren! '
"Sungguh, jangan terburu-buru," kata Robin dan mengejutkan Luffy dari pikirannya. "Aku saat ini tidak dalam perintah apa pun. Aku tidak punya alasan untuk melawan kalian saat ini."
Kemudian dia menggunakan kekuatan buah iblisnya untuk mengambil topi Luffy. Luffy mengertakkan giginya kesal. Robin mungkin nakama masa depannya, tetapi sekarang dia adalah musuh, jadi dia tidak suka Robin mengambil topinya dengan tiba-tiba. Robin melihat topinya dan kemudian kembali pada Luffy.
"Jadi, kau kapten Topi Jerami yang terkenal, huh?" Robin bertanya.
"Monkey D Luffy." Robin melanjutkan, menekankan saat menybutkan nama tengah Luffy.
Luffy tidak pernah sepenuhnya memahami pentingnya D di namanya. Dia tahu orang-orang yang memiliki inisial sering menjadi orang penting di sebuah era. Monkey D Garp, Monkey D Dragon, Portgas D Ace, Gol D Roger, Marshall D Teach dan juga dirinya sendiri semuanya orang penting, tokoh terkenal di seluruh dunia, yang tindakan dan kata-katanya memengaruhi dan mengubah segala sesuatu di dunia, jenis perubahan yang bahkan orang terkenal (non-D) hanya bisa bermimpi melakukan. Roger, Garp, Ace dan Teach semua mengubah dunia dengan caranya masing-masing kemudian Dragon dan Luffy, meskipun Luffy secara pribadi berpikir, mungkin karena kesombongannya atau mungkin karena alasan yang lebih baik, bahwa perubahan yang mereka sebabkan tidak akan sebanding untuk apa yang dia dan ayahnya akan lakukan di masa depan.
Luffy memelototinya saat Robin meletakkan straw hatnya di atas topinya sendiri.
"Sungguh sial ..." komentar Robin. "Kalian bajak laut membawa tuan putri yang di incar oleh Baroque Works. Dan meskipun kalian bajak luat yang kuat, peluangmu melawan Mr. 0 tidak terlalu tinggi. Tapi yang lebih buruk adalah tujuanmu selanjutnya."
Nami menatap Robin dengan heran dan kemudian melihat log-posenya.
"Pulau berikutnya adalah Little Garden." Robin melanjutkan dengan seringai. "Sayangku ..." Mata Sanji berubah menjadi hati ketika mendengar ini, "Bahkan jika kami baroque works tidak melakukan apa-apa, kau tidak akan berhasil sampai ke kerajaan kecilmu, Putri."
Putri yang di sebutkan Robin hanya menggertakkan giginya.
"Bukankah itu benar-benar bodoh?" Orang kedua di Baroque works itu bertanya, tetapi kemudian melemparkan ke arah mereka dua benda. Topi untuk Luffy dan sebuah eternal Pose menuju Arabasta ke Vivi.
"Tapi aku penasaran," kata Robin dan memandang Luffy. "Kenapa kau tidak menodongkan apa-apa padaku?"
Luffy kemudian menyeringai dan tanpa sepengetahuan robin dan krunya di kapal, Robin menyadari di tangan luffy ada topinya dan juga sebuah eternal pose. Tidak ada yang melihat luffy bergerak. Luff menatap topi Robin sejenak dan kemudian menaruhnya di atas topinya.
"Sederhana. Kau adalah gadis yang baik dan menjaga ... tanganmu ... pada dirimu sendiri (tidak macam-macam) . Jika kau adalah gadis yang jahat kau tidak akan meninggalkan kapal ini dalam keadaan yang baik-baik saja." Luffy memberitahunya dengan nada santai. Penjelasan sederhana itulah yang membuat Robin takut. Itu bukanlah sebuah ancaman, itu pernyataan.
Luffy melemparkan topi itu kembali dan Robin menangkapnya dan kembali bersikap tenang.
"Dan untuk ini." kata Luffy, sambil melihat Eternal pose yang berada di telapak tangannya. "Aku tidak membutuhkannya. Aku ingin melihat Little Garden dan Drum."
Kemudian eternal pose itu secara spontan hancur berkeping-keping.
-------------------
Maaf teman-teman untuk sementara The Thunder Demon Luffy dan Kesempatan Kedua tidak update di Funfriyay.com sampai hari senin karena kesibukan saya.
Terima kasih sudah membaca dan semoga hari kalian menyenangkan :)