Tải xuống ứng dụng
92.3% Veintiséis (Dua Puluh Enam) / Chapter 11: Sebelas

Chương 11: Sebelas

Baru genap memasuki bulan ke empat, status Catur sebagai murid pindahan telah hilang. Selain mewakili sekolahnya untuk turut serta mengikuti olimpiade antar sekolah tingkat kota, kini ia menjadi buah bibir di kalangan siswa-siswi seantero Satu Bangsa. Kini dia dikenal oleh banyak murid. Namanya begitu mencuat bak roket lepas dari pangkalan.

Apalagi menyangkut soal Allea. Yang katanya gadis itu adalah bunga desa di sekolah ini. Dan sudah jelas banyak siswa yang bersaing untuk mendapatkannya. Namun tiba-tiba Catur muncul. Seolah menjadi si biang keladi yang datang dan merebut gadis itu. Tentu saja para pejuang cinta yang memperebutkan hati Allea kecewa. Penantian panjang mereka sia-sia karena kehadiran Catur.

Meski sebenarnya Catur tidak menginginkan hal ini terjadi padanya. Ia pindah sekolah karena memang murni ingin belajar. Mengemban tugas sebagai pelajar pada umumnya. Bukan mencari cinta atau apapun itu istilahnya. Semuanya ini hanya kebetulan, pikirnya. Kebetulan bertemu dengan teman lama. Si gadis cengeng yang ternyata sekarang menjadi cinderella di sekolah ini.

"Selamat ya," ujar seseorang dengan menjulurkan tangannya di hadapan Allea. Catur yang ada di sebelahnya hanya bergeming melihat cowok itu.

Allea melirik ke arah Catur. Namun Catur berpikiran bahwa ia di sana hanya sebagai penghalau antara pertemuan mereka. Ia menelan salivanya sebelum bicara, "Aku masuk kelas dulu. Sampai nanti."

Allea hanya bisa melihat punggung Catur yang semakin menjauh.

"Selamat ya, Allea. Haruskah aku mengulangnya sampai 3 kali agar kamu mau menjabat tanganku? Lenganku sudah mulai sedikit kesemutan."

"Oh. Maaf." Allea terkekeh mendengar keluhan dari cowok yang ada di hadapannya. "Terima kasih, Kak Rey," imbuhnya. Lantas menjabat tangan cowok itu.

"Mau merayakan keberhasilan ini? Minum cokelat hangat nanti malam, mungkin?" tawar Kak Rey sambil mengedipkan mata kirinya.

Sungguh Allea tidak bisa menahan kebahagiaan ini. Hatinya kegirangan begitu mendengar ajakan dari Reytama. Kakak kelas sekaligus cowok idaman Allea selama ini.

Sebelum Allea menjawab iya, tiba-tiba sosok 5 menit yang lalu pergi muncul di pikirannya. Ia sedikit terusik, lalu terdiam sesaat. Namun tetap saja Allea mengangguk sebagai jawaban dari ajakan Rey.

Rey tersenyum mendapat kabar baik itu. "Baiklah. Nanti aku jemput. Sampai bertemu lagi nanti malam, Allea."

Allea hanya mengantarkan kepergian Rey dengan pandangan kosong.

"Bodoh. Kenapa juga aku tadi ngangguk?" Allea menyesali kejadian barusan. "Tapi apa salahnya merayakan kecil-kecilan. Kesempatan aku juga makin gede buat deket sama Kak Rey. Lalu Catur gimana, ya? Ah, sepertinya dia juga akan merayakan keberhasilan ini dengan orang lain." Setelah merutuk dengan dirinya sendiri, ia berlari riang menuju kelasnya.

Di depan kelas sudah ada Jingga dan Melda menyambut kedatangannya. Kedua sahabatnya itu membawa bunga dan ucapan selamat atas masuknya nama Allea dan Catur ke dalam sepuluh besar.

"Selamat ya, Tuan Puteri Allea ..." seru kedua sahabatnya itu.

"Ini belum apa-apa. Baru juga tahap seleksi. Kalian suka berlebihan," kilah Allea.

"Bukannya yang berlebihan situ ya. Dari tadi kenapa jalan sambil senyum-senyum sendiri," sindir Jingga.

"Iya, nih. Kayaknya ada sesuatu yang dirahasiain dari kita," tambah Melda yang juga ikut penasaran.

Allea yang tidak bisa menutupi rona bahagianya langsung saja nyeplos, "Tau nggak? Nanti malam, gue diajak kencan sama Kak Rey."

Keduanya melongo sekaligus menepuk jidatnya.

Melda menggelengkan kepalanya. "Kenapa sih, masih aja demen sama dia? Gue udah bilang berapa kali kalo dia itu cowok Playstore."

"Playboy!" timpal Jingga.

"Iya. Maksud gue itu."

Allea hanya tersenyum aneh menanggapi kedua sahabatnya.

"Gue akan buktiin dan mematahkan tuduhan kalian atas Kak Reytama selama ini. Gue nggak kaget kalo atlet Basket yang ganteng dan cool itu banyak dikerumuni cewek-cewek. Tapi nyatanya, dia pilih gue. Dan gue yakin dia bukan cowok Playstore."

"Playboy!!" sahut kedua sahabatnya.

-OoO-

Bel pulang sekolah berbunyi. Pertanda jam pelajaran berakhir. Semua murid buru-buru menutup buku pelajarannya, meski belum diperkenankan pulang oleh Pak Faruq, mereka masa bodoh dan berhenti mencatat lalu menutup bukunya. Dasar memang murid sekarang, kalau mendengar bel pulang sekolah seperti mendengar musik dangdut.

Di saat para murid sibuk dengan mengemasi buku dan alat tulisnya, Catur justru termenung untuk kembali mengingat kejadian beberapa hari yang lalu. Saat ia berada di SMK 1 guna mengikuti seleksi olimpiade sains.

Saat itu ia dan Allea mendapatkan nomor urut random. Bahkan tempat duduk mereka terpaut cukup jauh. Tapi yang mengherankan, mereka memperoleh nilai yang sama. Lidah Catur saat itu kaku untuk menjawab pertanyaan dari Allea yang bertubi-tubi mengenai hasil mereka yang sama. Bahkan ia sendiri saja tidak menyangka akan menjadi kebetulan seperti itu.

Tapi mengapa sebuah kebetulan ini seperti menjadi ciri khas setiap kali mereka bersama?

Dentuman nyaring kembali menyadarkan Catur ke realita. Rupanya itu ulah Zaki; teman sebangku Catur menggebrakkan bangkunya.

"Ngelamun terus. Pulang, yuk."

Catur tersenyum maklum. Dengan malas ia mulai mengemasi buku dan alat tulis yang ada di atas meja.

"Permisi." Tiba-tiba saja suara seseorang mengalihkan semua pandangan para siswa yang masih tersisa di dalam kelas.

Zaki bersiul. "Lihat. Siapa yang datang."

Kepala Catur terangkat karena rasa keingintahuannya. Ia menatap lekat seseorang yang sedang menuju ke mejanya. Kemudian alisnya terangkat sebelah.

"Siapa dia?" tanya Catur kepada siapapun yang mau menjawab.

"Hah? lo enggak kenal?" sahut Teo. Disusul dengan gelengan dari Catur sebagai jawaban.

"Dia itu duta sekolah di SMA Sabang ini. Cewek terpopuler seantero setelah cewek lo."

Catur mengernyit. "Cewekku? Siapa?"

"Berita yang lagi trending di Sabang ini, kan, Allea itu cewek lo," jelas Teo.

Catur hanya mendesis. Ia prihatin. Kenapa siswa-siswi di sekolah ini lebih tertarik dengan berita yang berbau gosip. Padahal di sekolah ini baru saja mendapat gelar Adiwiyata dari pemerintah bulan kemarin, tapi yang lebih gencar diperbincangkan malah tentang gosip yang belum tentu kebenarannya.

"Nama kamu Catur, kan?" tanya cewek yang kata Teo paling populer di Sekolah ini.

"Iya," jawab Catur singkat.

"Kenalan dulu." cewek itu menjulurkan tangannya. "Aurellia. Panggil aja Aurel."

Catur hendak memperkenalkan diri, tapi cewek itu menimpal, "Nama kamu Catur Putra Dinasti, kan?"

Catur mengangguk.

"Aku tahu nama kamu dari ini." Aurel menyodorkan sesuatu yang ternyata adalah dompet.

"Punya kamu, kan?" tanyanya.

Catur kembali mengangguk, lalu menerima dompet itu.

"Tadi jatuh di kantin. Lain kali jangan teledor lagi. Rugi sama gantengnya kalo kamu teledor," sindirnya.

"Terima kasih banyak," jawab Catur tanpa menghiraukan ledekannya.

Gadis itu tersenyum kemudian berbalik. Bagai gerakan slow motion, semua cowok yang ada di sana sukses terkesima melihat tubuh gadis itu.

"Sampai ketemu lagi ya, Catur," ujar Aurel dan pergi meninggalkan beberapa pasang mata yang melongo.


Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C11
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập