Naumi masih sesenggukan menangis dalam pelukan elang "hiks hiks..."
Tapi perlahan tubuh Naumi merosot kebawah, namun elang menahannya elang merasakan tubuh Naumi menjadi dingin dia memanggilnya namun tetap tak ada sahutan, Naumi pingsan, dengan cepat elang menggendong Naumi sambil berucap "kita ke rumah sakit son"
pake mobil gue aja" kata soni yang langsung berlari menuju parkiran.
"aku akan nyusul nanti setelah ngambil tas sekolah Naumi sekalian ijin guru dulu, jadi kalian duluan aja!" kata serly
"kalau begitu bapak akan melaporkan kejadian ini ke pihak sekolah" satpam pun akan membuat laporan ke pihak sekolah
Elang melangkah dikoridor sekolah sambil menggendong Naumi dalam pelukannya, diikuti serly dan satpam sekolah, wajah mereka semua tampak panik.
semua mata melihat dengan rasa ingin tau dan siswa banyak yang pada bertanya namun tak satupun yang menggubrisnya karena mereka ingin cepat pergi ke rumah sakit.
Hanya dalam 15 menit mobil soni sudah sampai didepan ruang IGD salah satu rumah sakit swasta terdekat, Naumi langsung dibantu oleh beberapa suster jaga yang berada disana.
Soni dan elang menunggu diluar ruangan, elang berjalan mondar mandir tak berhenti, sebentar-sebentar dia melihat ke pintu ruangan tempat Naumi dibawa suster tadi.
"lang duduk lah dulu, tenangin diri lo, lo mandir mandir pun ndak bakal ada gunanya, bagusan lo duduk, berdo'a sama Allah subhanahu wata'ala semoga Naumi nggak kenapa napa" soni mencoba menenangkan elang yang masih terlihat panik.
"gimana gue bisa tenang son, sementara Naumi tubuhnya dingin kayak mayat dan itu terjadi dalam pelukan gue... Lo nggak ngerasain sih" elang merasa bersalah.
"ceklek"
Pintu ruang IGD terbuka dan seorang dokter keluar
"siapa diantara kalian berdua keluarganya?" Sang Dokter bertanya tentang keluarga Naumi
" maaf dok, kami teman sekelasnya dan kami belum sempat menghubungi keluarganya" elang menjawab pertanyaan dokter dengan singkat.
"gimana keadaan Naumi dok?" tanya elang
"secara garis besar Naumi tidak apa-apa namun ini belum pasti karena seharusnya dia akan sadar dalam beberapa menit lagi dan jika dalam 30 menit Naumi tidak sadar juga maka kami perlu melakukan observasi lebih lanjut." begitulah keterangan kondisi Naumi dari sang dokter.
Sementara di sekolah serly melapor pada pak irwan wali kelasnya yang kebetulan masuk pelajaran matematika setelah jam istirahat. Pak irwan manggut-manggut mendengar penjelasan serly didepan kelas, seisi kelas berusaha mengetahui apa yang terjadi sama Naumi.
Tak lama kemudian serly kembali ke mejanya mengambil tasnya dan tas Naumi dan akhirnya dia keluar dari kelas pergi menyusul elang ke rumah sakit.
Kelas sesaat hening membisu, semua mata fokus kedepan menunggu pak irwan yang masih terdiam. Semua mengharapkan jawaban namun pak irwan sepertinya masih berfikir apa yang harus disampaikannya kepada anak-anak didiknya ini.
Tak bisa menunggu lama ketua kelas akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.
"maaf pak, sebenarnya apa yang terjadi? kenapa Naumi tadi dilarikan ke rumah sakit? Apa penyakitnya parah?" edo ketua kelas mengharapkan jawaban.
"Naumi pingsan karena kelamaan terjebak dalam toilet" pak irwan menjelaskan.
kelaspun jadi ribut. "dan seseorang harus ada yang bertanggung jawab karena Naumi dikunci dengan sengaja dari luar, sebentar lagi satpam akan mengetahui siapa yang sengaja melakukan semua ini karena sekarang sedang memeriksa CCTV sekolah" sambung pak irwan.
Mendengar keterangan pak irwan wajah alya, riri dan novi langsung berubah pucat pasi dan perubahan itu terlihat oleh edo.
"Sekarang gimana keadaan terakhir Naumi pak? Apa bapak sudah dapat kabar?" edo masih bertanya.
"barusan soni sms kalau kondisi Naumi masih belum sadarkan diri".
Sambil memandang alya kali ini edo sengaja bertanya sama pak irwan " oh ya pak, bagaimana dengan si pelaku" dalam pikiran edo dia yakin semua ini ada hubungannya dengan mereka bertiga.
"sebentar lagi akan datang polisi yang akan melakukan infestigasi" jawab pak irwan.
"ok, sekarang kita lanjutkan pelajaran" lanjut pak irwan.
Tiba-tiba alya minta ijin pulang karena mendadak kepalanya terasa pusing.
"maaf pak, saya ijin pulang duluan kepala saya sakit pak"
Saat bersamaan pusat informasi sekolah mengumumkan sesuatu, semua siswa fokus untuk mendengarkan informasi yang akan disampaikan pihak sekolah. Wajah alya, riri dan novi semakin ketakutan, alya mulai gemetaran mendengar guru piket mengumumkan lewat microfon dimana seisi sekolah bisa mendengarkan dengan jelas.
"assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh, diberitahukan kepada seluruh siswa bahwa dikarenakan adanya musibah yang sedang menimpa salah satu siswa kita yang bernama Naumi maka pihak sekolah melarang siapapun untuk keluar dari ruang kelas dan kami mengharapkan kerja samanya dengan semua guru yang sedang mengajar di setiap kelas, sekian informasinya dan terima kasih "
Pak irwan tersenyum paksa kepada alya "kamu kembali ke mejamu!" wajah alya putih bagai kapas, tubuhnya gemetaran karena nggak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Saat pak irwan menjelaskan tentang pelajaran algoritma tiba-tiba suara derap langkah menuju kelas itu terdengar semakin dekat, kemudian ada ketukan keras di pintu kelas.
"Tok tok tok"
Ketika pintu terbuka nampak beberapa polisi dan 4 orang polwan (polisi wanita). Salah satu polisi berbicara sama pak irwan
"maaf pak, menurut hasil infestigasi dari CCTV pihak sekolah, pelaku berada didalam kelas ini dan kami diperintahkan untuk membawa siswi yang bernama alya rianti, riri mulyati dan novita sari ke kantor polisi" suasana didalam kelas semakin tegang, semua siswa merasakan ketegangan itu.
Pak irwan mempersilahkan pihak berwajib itu melaksanakan tugasnya. Novi histeris saat dibawa polisi wanita yang berwajah dingin dan novi berusaha menjelaskan kalau dia tidak bersalah namun polwan tersebut tetap menyeretnya pergi.
Sementara alya tatapannya menjadi nanar, berubah jadi buram kemudian gelap....
"bruuuk" alya pingsan dan jatuh ke lantai
Salah satu polisi memerintahkan
"cepat! Angkat dan bawa gadis itu!."
Semua siswa seperti merasakan mimpi yang menakutkan namun mereka sadar bahwa itu kenyataan.
Akibat dari peristiwa yang terjadi hari ini pihak sekolah akhirnya memutuskan pulang lebih awal dari biasanya.
Sementara serly baru sampai di rumah sakit dan melihat soni duduk sendirian di depan IGD,.
"Assalamualaikum son, mana elang? Dan gimana Naumi?" serly bertanya kepada soni tentang kondisi Naumi.
"elang ada didalam bersama Naumi, Naumi belum sadarkan diri, aku sengaja membicarakan elang berdua dengan Naumi" terang soni
Tak lama berselang dari kedatangan serly, orang tua Naumi datang dengan wajah panik terutama ibu aisah yang datang sambil menangis.
"serly... Dimana Naumi?" tanya ibu aisah "didalam bu" jawab serly
Ibu aisah langsung masuk ke ruangan tempat Naumi
"innalillahi naaak.... Apa yang terjadi sayang... Ayo bangun nak, bangun....ibu disini sayang, bangunlah!! " ibu aisah histeris sambil menggoyang goyangkan tubuh Naumi.
"istighfar bu... Istighfaaar! " ayah Naumi merangkul istrinya yang sedih melihat anaknya tertidur panjang nggak bangun bangun.
1 jam
2 jam
3 jam
Tak ada tanda-tanda Naumi bangun dari tidur panjangnya, tiba-tiba Naumi kejang... Nafasnya tersengal-sengal, wajahnya pucat memperlihatkan ketakutan yang teramat sangat, apakah yang dialami Naumi?
Semua orang yang ada dalam ruangan itu menjadi tegang, serly langsung lari keluar memanggil dokter
"dokter tolooong Naumi kejang dok" Naumi memanggil dokter sambil berurai air mata.
Sekali lagi Naumi terjebak...
Naumi terjebak di alam bawah sadarnya
Entah sampai kapan...
Hanya Allah yang tau segalanya.
Dokter bergegas memeriksa Naumi diikuti beberapa orang suster.
Para suster nampak sibuk memasang infus dan juga selang oksigen lalu salah seorang perawat terlihat menyuntikkan sesuatu ke selang infusnya Naumi yang membuat Naumi akhirnya tenang.
Ibu Naumi memeluk suaminya "ayah gimana dengan anak kita??." Air mata ibu aisah tak henti henti nya mengalir.
Ayah Naumi mendekati dokter
"sebenarnya apa yang telah terjadi pada anak saya dok?" dokter menghela nafasnya lalu berkata
"sebaiknya bapak ikut ke ruangan saya, ayo pak..." dokter tersebut bicara sambil tersenyum ramah dan memegang pundak ayah Naumi seakan mengisyaratkan "anda harus bersabar"
Ayah Naumi mengikuti dokter tersebut ke ruangan nya.