Tải xuống ứng dụng
60% HOT DADDY / Chapter 27: My Hot Daddy (18+)

Chương 27: My Hot Daddy (18+)

Jonathan baru pulang dari kampus ketika melihat anak semata wayangnya berjalan tergesa gesa dengan baju berantakan.

"Alva?" panggil Jonathan, namun diabaikan. Pria itu sama sekali tidak menoleh dan mengucapkan selamat datang kepadanya seperti biasanya. Jonathan hanya menggelengkan kepala. Sifat buruk Alva kembali keluar, meskipun tak bisa dipungkiri, dia mendapatkan sifat buruk itu dari Jonathan sendiri.

Tanpa pikir panjang, Jonathan mencoba mengabaikannya dan masuk ke dalam rumahnya. Pria itu melepaskan ikatan dasinya dan menyandarkan tubuhnya di sofa ruang keluarga. Pekerjaan hari ini cukup membuatnya lelah. Jonathan merasakan anjing kesayangannya, Jack, berlari dan menarik celananya. Membuat Jonathan tertawa seraya menepuk-nepuk punggungnya. Jack terus menarik celana Jonathan, membuat pria itu akhirnya berdiri, "Baiklah. Kau mau apa? Makan tambahan? Oh, ayolah. Kau bilang kau ingin diet?"

Jonathan tertawa namun tetap mengikuti Jack. Anjir itu berputar putar di depan kamar Oliv yang tertutup, membuat Jonathan berjongkok, dan mengelus kepala Jack dengan sayang. Jack menggonggong ke arah Jonathan berkali-kali, membuat pria itu menatap anjingnya bingung. Apakah Jack sakit? Seingatnya, dia sudah membawa Jack ke dokter hewan dua minggu yang lalu untuk cek kesehatan.

Samar samar Jonathan mendengar suara tangisan, membuat dahinya berkerut kencang. Pria itu memusatkan tatapannya pada kamar Olivia yang tertutup rapat. Dan ketika ia mendekat, suara itu semakin jelas.

Wait.

Apakah itu suara Olivia?

Mata Jonathan membulat, hatinya berdetak begitu kencang seiring dengan ketukan di pintu kamarnya.

"Oliv? Kau di dalam?" tanya Jonathan seraya mengetuk pintu. Tidak ada jawaban.

"Olivia? Jawab aku!" kali ini Jonathan berteriak, dan tetap tidak ada jawaban. Pria itu menempelkan telinganya di pintu Oliv, membuat suara tangisan semakin terdengar begitu jelas.

Jonathan tidak lagi peduli dengan sopan santun. Pria itu membuka kamar Oliv yang tidak terkunci. Matanya membulat ketika melihat baju dan celana Oliv tampak berceceran di lantai. Belum berakhir kekagetannya, Jonathan menatap pintu kamar mandi Oliv yang terbuka. Pria itu bergegas menuju kamar mandi, dan demi Tuhan. Tepat ketika ia menginjakkan kakinya di lantai kamar mandi, Jonathan merasakan sakit yang begitu membuatnya lebih memilih untuk mati saat itu juga.

"Oliv!" pria itu berteriak dan menghampiri gadis itu. Gadisnya yang sedang menangis di bawah guyuran shower dengan tubuh yang diikat. Gadisnya yang begitu mengenaskan. Gadisnya yang senantiasa menelungkupkan kepalanya ke lutut yang sengaja ia tekuk untuk menutupi tubuh bagian atasnya. Pria itu segera mematikan showernya dan memeluk tubuh Oliv yang tampak gemetar dan menggigil. Ia terus menciumi puncak kepala Oliv dan berkata, "It's okey, sweetheart. You are safe now."

Hati Jonathan terluka melihat keadaan gadisnya. Perlahan, ia membuka ikat pinggang yang begitu ia kenal dari tubuh Oliv, menyisakan warna merah yang membekas karena ikatannya yang terlalu kuat. Jonathan jelas tahu siapa pemilik ikat pinggang limited edition itu. Karena Jonathan sendiri lah yang membelikannya di hari ulang tahun Alva ke 19 tahun. Jonathan mengerang seraya menarik kepala Oliv. Seketika hatinya berdesir sakit. Wajah Oliv memerah, pipinya memar, ada darah di sudut bibirnya. Dan bibirnya basah serta membengkak. Oh, shit, Jonathan bahkan enggan untuk membayangkan apa yang dilakukan Alva terhadap Olivia.

"Don't worry, I am here now. You are okey with me, sweetheart." Bisik Jonathan. Pria itu mengambil handuk dan melingkarkannya ke tubuh Oliv. Perlahan, diangkatnya tubuh gadis itu dalam pelukannya. Jonathan membawa Oliv ke tempat tidur. Pria itu bersandar pada sandaran kasur Oliv, sedangkan gadisnya masih setia meringkuk dalam pangkuannya. Lagi lagi, hati Jonathan sakit melihat keadaan gadisnya. Pria itu menciumi puncak kepala Oliv berkali kali, membuat tangisan Oliv sedikit mereda.

"Alva sungguh bajingan, kan?" Jomathan berbisik seraya menatap prihatin gadis tak berdaya yang masih ada di pangkuannya. Mendengar itu, Oliv mengangguk seraya menenggelamkan wajahnya di dada Jonathan. Pria itu menutup matanya. Dia marah. Dia benar benar marah, dan jika dia harus membunuh Alva, dia tidak peduli akan hal itu. Dia sama sekali tidak peduli. Karena entah mengapa, yang ia rasakan hanyalah, ia butuh membunuh siapapun yang menyakiti gadis itu.

"Daddy." Bisik Oliv. Jonathan tersentak. Pria itu menatap Oliv yang tampak memandangnya dengan pandangan sakit. Gadis itu mengalungkan tangannya di leher Jonathan, membuat handuknya terlepas dari tubuh Oliv. Memperlihatkan dua payudara bulat yang menggantung dengan indah di dadanya. Jonathan mengerang. Damn, Oliv. Gadis itu seolah sedang menguji pertahanannya.

"Iam being hurted, daddy." Bisik Oliv lagi. Kali ini gadis itu menempelkan kepalanya untuk menghirup dalam tubuh Jonathan, mambuat Jonathan harus menghela nafas panjang untuk menahan gejolak ingin bercinta di tubuhnya. Ia mengelus punggung telanjang Oliv, membuat gadis itu sedikit mendesah atas perlakuan Jonathan.

"It's okey, baby. I am here now." Jonathan menciumi kening Oliv, mata Oliv, hidung Oliv, pipi Oliv, membuat gadis itu kembali meneteskan air matanya.

"Aku ingin mati, daddy. Rasanya sakit sekali hingga aku ingin mati."

Jonathan menutup matanya, "Siksa aku agar tidak hanya kau yang merasakannya, Oliv."

"Daddy .... " Oliv menatap dalam mata coklat Jonathan, membuat pria itu terlena pula dengan keindahan mata hitam Oliv yang sayu.

Hingga pria itu tidak menyadari bahwa Oliv sudah mengubah posisinya menjadi duduk di atas pangkuan Jonathan, mengaitkan kedua kaki telanjangnya di pinggang Jonathan. Membuat Jonathan harus menahan nafas ketika lagi lagi, setiap jengkal dari gadis ini membuatnya ingin merasakannya. Gadis itu mengangkat bokongnya sedikit hingga wajahnya semakin dekat dengan wajah Jonathan.

"My hot daddy."

Fuck this situation. Setelah beberapa lama, entah apa yang membuat Oliv memanggil Jonathan dengan kalimat yang selalu membuat pria itu menjadi liar. Dan saat ini, Oliv dalam keadaan sadar. Ya, gadis itu mengatakannya tanpa pengaruh alkohol.

Dan, persetan dengan menahan gejolak di tubuh Jonathan. Pria itu meraup bibir Oliv lembut, menghisapnya seolah bibir gadis itu adalah permen termanis yang pernah ia rasakan. Tangannya terus mengelus tubuh Oliv, membuat gadis itu membalas ciuman Jonathan dengan memainkan lidahnya. Terserah. Dia begitu merindukan hot daddy nya. Entah apa yang membuatnya merindukan segala hal seksi tentang pria itu.

Ciuman mereka semakin panas. Jonathan mengangkat tubuh Oliv dan menidurkannya di kasur. Lidahnya bermain dengan lidah Oliv. Membuat wajah Oliv memerah, dan sialnya, gadis itu benar benar bergairah. Jonathan adalah pencumbu yang handal, terbukti dengan bagaimana Oliv bisa merasakan nikmatnya bibir yang selama ini ia dambakan, hingga ia melupakan kesakitannya.

Setelah hampir lima belas menit berciuman, Jonathan melepaskannya demi memberikan celah agar gadis itu bisa bernafas. Namun, tindakan Jonathan yang menghentikan ciumannya justru membuat Oliv menatap pria itu tidak terima. Jonathan tersenyum kecil dan melumat bibir oliv singkat, "Apakah Alva menyakitimu?" bisik Jonathan. Mendengar pertanyaan itu, Oliv menundukkan kepalanya, dan mengangguk. Setetes air mata kembali membasahi pipi Oliv. Membuat Jonathan mengerang. Tangannya mencengkram sprei Oliv hingga kusut.

"Dimana lelaki brengsek itu menykitimu?" bisik Jonathan lagi. Oliv semakin menangis. Membuat Jonathan mendekatkan wajahnya ke wajah Oliv. Tangannya meraba pipi Oliv yang membiru, "Disini?"

Oliv mengangguk pelan. Kemudian, Jonathan mulai menciumi pipi Oliv, membuat Oliv kegelian oleh jenggot tipis Jonathan, namun juga merasa bergairah di saat yang bersamaan.

Tangan Jonathan beralih pada bibir Oliv yang terluka, "Disini juga?"

Oliv mengangguk pelan, dan setelah itu, Jonathan menciumi sudut bibirnya dengan lembut. Kemudian merambat ke bibir Oliv. Kelembutan Jonathan membuat Oliv terlena. Gadis itu bahkan mengubah posisinya agar berada di atas Jonathan dengan kaki yang melingkar di pinggang Jonathan. Gadis itu menyesap bibir Jonathan yang entah mengapa lebih seksi daripada bibir lelaki seumurannya.

Setelah 10 menit berciuman, akhirnya Oliv melepaskannya. Ditatapnya wajah Jonathan yang masih begitu tampan. Oh, Oliv bahkan harus bertanya ulang tentang umur Jonathan. Apakah pria itu benar benar berumur kepala 4 untuk wajah sesempurna dan seseksi ini? Demi Tuhan, Jonathan. Kau bahkan bisa membuat Oliv basah hanya dengan memandangi wajahmu.

"Apakah disini juga?" Kini jemari Jonathan beralih pada leher jenjang Oliv yang membengkak akibat gigitan Alva yang terlalu kasar. Lagi lagi Oliv mengangguk, membuat Jonathan menenggelamkan wajahnya di leher Oliv. Jonathan menciuminya, menjilat dan menyesapnya dengan begitu lembut. Membuat Oliv harus menutup matanya dan mendesah penuh nikmat.

"Ah, daddy. Ah, I miss you" Desahan Oliv adalah suatu kesalahan, karena itu mampu membuat Jonathan semakin bergairah. Oria itu mengangkat tubuh Oliv dan menidurkannya di ranjang, lantas kembali melaksanakan aksinya di seluruh leher Oliv.

"Dimana lagi?" Oliv tersenyum, dia menunjuk dua gundukan yang menjulang, menantang jonathan untuk mempermainkannya. Melihat hal itu, Jonathan terkekeh, "My naughty little girl is back"

Jonathan menenggelamkan wajahnya ke payudara Oliv. Tangan kanannya meremas-remas payudara Oliv yang begitu kenyal dan halus. Membuat gadis itu mendesah kenikmatan, sedangkan mulut Jonathan tak berhenti memberikan gigitan gigitan kecil di payudara sebelahnya.

"Ahhh, daddy, do more, ahhh." Oliv menggigit bibir bawahnya, dan itu membuat Jonathan semakin mempermainkan payudara Oliv. Pria itu memilin puting Oliv dan menyesapnya seperti seorang bayi. Tangannya terus meremas-remas membuat Oliv semakin menggelinjang kenikmatan.

Jilatan Jonathan beralih hingga ke bagian perut Oliv, membuat gadis itu menjambak rambutnya Jonathan, dan mendesah seksi, sesekali menyebut daddy yang semakin membuat Jonathan memanas. Oliv beraksi dengan membuka satu persatu kancing kemeja putih Jonathan, kemudian membuka singlet Jonathan hingga terlihat dengan jelas tubuh telanjangnya. Oliv meraba dada bidang dan perut sixpack Jonathan, menciumi dan menjilatinya. Membuat Jonathan mendesah tidak tahan dengan sesekali meremas payudara Oliv.

Setelah dirasa cukup, Jonathan berhenti, dan menidurkan tubuhnya di samping Oliv, membuat gadis itu berdecak kesal karena kenikmatan itu berhenti di tengah-tengah.

"Daddy ...!!" Oliv menghadap Jonathan dan berdecak kesal, membuat pria itu tersenyum dan membelai pipi Olivia begitu halus.

"Aku sungguh sungguh menyayangimu, Olivia!" ucap Jonathan.

Pria itu menatap dalam wajah Oliv dan memainkan rambut gadis itu yang masih basah, "Kau tahu? Melihatmu seperti itu membuatku ingin mati."

Oliv terdiam. Jika Jonathan tidak datang,Oliv bersumpah untuk membiarkannya mati kedinginan di bawah shower.

"Mendengarmu menangis. Mendengarmu ingin mati, menyiksaku lebih dari kematian itu sendiri." Jonathan menarik telapak tangan Oliv, meletakkannya di dada telanjang Jonathan. Membuat Okiv menutup matanya merasakan detakan jantung Jonathan.

"Apa yang kau lakukan padaku?" tanya Jonathan.

"Kau oranh asing yang membuat jantungku seperti ini." Jonathan menatap wajah Oliv semakin dalam, "Katakan padaku, apa yang kau lakukan hingga aku begitu menyayangimu? Hingga aku rasanya ingin mati karena melihatmu terluka?"

Oliv tersenyum dan mencium bibir Jonathan. Matanya mengunci mata coklat Jonathan, "Jangan meninggalkanku, daddy."

Matanya memanas, dan tak terasa, air mata kembali keluar dan membasahi pipinya. Membuat Jonathan menyesap air mata Oliv dan menciumi mata gadis itu yang tertutup.

"Jika kau meninggalkanku, aku akan mati. Aku tidak punya alasan lagi untuk tetap hidup, jika bukan untuk berada di pelukanmu."

Jonathan menarik pinggang Oliv, hingga hidung mereka bersentuhan. Jonathan mengecup kening Oliv lama, kemudian berkata, "Tidurlah. Aku di sebelahmu. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu."

"You promise me?" tanya Oliv, membuat Jonathan mengaitkan tangannya di tangan Oliv, kemudian mrngangkatnya ke udara.

"Aku sudah mengunci ini, dan hanya kau yang punya kuncinya."

Oliv tersenyum. Gadis itu menyembunyikan tubuhnya dalam dekapan Jonathan. Merasakan kehangatan yang diberikan oleh pria itu. Satu-satunya pria yang begitu menghargainya tanpa menuntut apapun. Satu-satunya pria yang menyayanginya begitu banyak melebihi Olivia kepada dirinya sendiri. Satu-satunya pria .... yang menawarkan kenyamanan hanya dengan menyentuh dan memeluk tubuhnya.

Jonathan terus menciumi kening Oliv hingga gadis itu tertidur. Di tatapnya sebentar wajah Oliv yang tampak kesakitan dan kelelahan. Apakah Jonathan egois jika ia ingin Oliv bertahan di atas kesakitannya? Apakah pria itu egois jika ia ingin Oliv tetap hidup dan menjalani kehidupannya dengan Jonathan ketika mati membuatnya lebih bahagia?

Jonathan menghela nafas panjang. Yang ia tahu, membuat Alva masuk ruang ICU dengan tangannya sendiri pun tidak akan mampu menggantikan kesakitan yang Oliv rasakan.

"Maafkan aku, Olivia." Bisik Jonathan. Air mata pria itu keluar. Rasanya sungguh sakit, hingga Jonathan ingin mengiris kulitnya untuk memastikan apakah hal itu bisa lebih sakit dari sakit di hatinya?

"Maafkan aku membiarkanmu merasakan ini."


Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C27
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập