Tải xuống ứng dụng
32% My Deadly Beautiful Queen / Chapter 16: Kembali Ke Istana

Chương 16: Kembali Ke Istana

Mark kembali ke istana saat matahari hamper terbit. Di ruang belajarnya, murid kesayangan Mark bernama Paul menanti dengan sangat cemas.

"Penjaga istana menanyakan kepergian anda Guru." Kata Paul. Dengan nada datar, Mark memintanya untuk tenang.

Sementara itu, Putri Ane yang keluar dari istana dia-diam kembali dan segera mengganti pakaian di rumahnya. Seolah tak terjadi apa pun, ia berjalan dengan tenang ke Istana Kaisar.

Dalam perjalanannya yang seorang diri, ia bertemu dengan seorang tamu.

"Bukankah Kau yang waktu itu ribut dengan salah satu Selir?"

Pertanyaan itu menghentikan langkah Sang Putri. "Anda masih di sini?"

Mendengar jawaban Putri yang cukup arogan, penerjemah bahasa menegurnya. Namun, Tamu istana yang terlihat cukup penting itu menghentikan penerjemahnya. Ia meminta agar penerjemah itu memberinya ruang untuk bicara berdua.

Dengan muka masam, penerjemah itu pergi.

Sudah tidak punya gelar apapun, masih saja menyusahkan orang, bisik hati kecil sang penerjemah.

"Maafkan aku, tapi saya tidak punya banyak waktu untuk bicara dengan anda. Tuan?"

"Aku adalah Raja. Setidaknya tunjukkan sedikit ketertarikanmu kepadaku. Mengingat saya cukup tertarik dengan Anda. Putri Siane Yang."

Pernyataan orang asing di depannya membuatnya sedikit lebih waspada. "Maafkan aku Tuan, apa yang bisa aku bantu?" tanya Putri Siane tanpa basa-basi.

"Aku adalah Raja Dewata Rendara. Raja dari Negri Artha Pura. Kau tahu, aku tertarik dengan Anda, artinya aku ingin menawari anda ikut denganku dan menjadi salah satu Selir Kehormatan di istanaku. Dikerajaan Artha Pura. Bagimana menurutmu?"

"Aku tidak tertarik. Terimakasih atas kebaikan Anda. Sampai jumpa lagi."

Saat sang Putri hendak Pergi, Pengawal pribadi Raja Dewata menghentikannya. Ia mengeluarkan pedang dan memberi isyarat agar Putri tidak beranjak lebih jauh lagi.

"Ageng, hentikan. Kau tidak boelh menyakati siapaun yang aku pilih menjadi selir di Kerajaan Artha Pura. Tuan Putri dengarkan saja dahaulu." Kata Raja Dewata kepada pengawalnya.

Dengan segera Ageng, panglima yang menjadi pengawal Raja Dewata segera memasukkan kembali pedang dan meminta maaf kepada sang putri.

"Apa yang Tuanku Raja Dewarta dari Kerajaan Artha Pura inginkan sebenarnya?"

Perkataan Putri Siane membuta Raja semakin merasa jatuh hati padanya.

"Aku sudah mendengar semuanya. Kau kehilangan gelar bangsawanmu. Kau sangat arogan, egois dan sangat dibenci serta ditakuti oleh semua orang di istana tanpa pengecaualian. Saat ini, entah berapa banyak orang ingin merebut nyawamu. Tanpa gelar, kau hanya rakyat biasa yang akan dengan mudah di bunuh.

Jujur, saat melihatmu berkonfrontasi dengan Selir Tsu. Aku diam-diam berfikir, Kau adalh wanita yang pembernai dan hebat. Aku mebutuhkan orang sepertimu untuk ikut dalam pemerintahan di tempatku Kerjaan Artha Pura . Oleh kerana itulah, aku telah meminta Yang Mulia Kaisar Yang untuk membawa Tuan Putri pulang bersamaku."

Putri Siane tak bergeming sedikit pun. Ia befikir, apakahRaja ini cukup waras untuk mengatakan hal itu kepadanya. Oh, mungkin ia sudah bosan hidup.

"Ku kira, seorang selir haruslah orang yang bijak dan mampu menjadi contoh baik bagi wanita lain seperti seorang Permaisuri. Bukahkan, seorang selir tidak tidak lebih dari wanita penghibur yang dikoleksi oleh para raja? Bagimana bisa kau membutuhkan orang sepertiku untuk membantumu mengatur kerajaanmu?"

"Kau benar sekali. Sebenarnya, mau jadi apa? Itu terserah bagaimana usahamu nanti saat di istanaku. Katakan saja kau tak ingin menjadi seorang Selir lebih cocok menjadi seorang Permaisuri Utama. Maka aku memberimu kebebasan untuk melakukan apa pun yang ingin kau lakukan, demi mencapai posisi yang kau inginkan. Lagi pula, tak banyak wanita hebat dan cerdas sepertimu. Kesalahan orang-orang di sini adalah mereka tak mau melihat dari sini lain dirimu. Bagimana Putri Siane?"

Sang putri tertawa geli.

"Dengan kata lain, kau ingin aku membunuh Permaisuri Utama di Kerajaanmu?"

"AKu tak mengatakannnya demikian. Tapi terserah bagiamana cara anda mengartikan tawaran saya."

Raja Dewata mengakhiri pembicaraan itu dengan sebuah senyuman misterius. Dari senyuman itu, Putri Siane seperti mendapat sebuah tanda sekaligus jawaban.

Raja ini muak dengan permaisurinya.

Tanpa basa basi, Putri Siane pergi meninggalkan Raja Dewata. Ia tak menoleh sedikit pun. Sebailiknya, Raja Dewata Rendra dari Kerjaan Artha Pura tesenyum di dalam hatinya. Ia sangat yakin, tawarannya akan diterima dengan baik.

Hanya butuh waktu agar sang putri menyetunjui hal itu.

"Ageng, aku akan mengikuti Siane diam-diam. Pastikan saja tidak ada satu orang pun yang mengganggunya. "

"Aku mengerti."

Melihat dari kejahuan apa yang terjadi, Jendral Wanita Huo diam-diam meminta orang untuk mengawasi Raja negri Artha Pura dan suruhannya.

"Siapapun yang berniat mencelakai Tuan Putri, tidak peduli dia berstatus apa, ia harus disingkirkan. Satu lagi, aku ingin kalian cari tahu siapa Raja Dewata Rendra dari Artha Pura ini. Jika ia hanya berniat menyakiti Tuan Putri, kalian bisa mengeksekusinya"

"Kami mengerti"

Mata-mata suruhan Jenderal Wanita Huo segera pergi. Mereka adalah orang-orang terpilih yang bisa melakukan apapaun dengan sangat rapi.

Di istana bagian depan tempat tinggal Kaisar, seorang Kasim menghentikan langkah Putri Siane. Ia tak ingin mengganggu Kasisar yang sedang tidur.

"Mohon Nona Sian, menunggu"

Siane membuang muka, ingin sekali ia memecat Kasim dihadapannya hari itu. Ia segera menjauhi Kasim Kaisar yang menunduk memberinya hormat.

Omong Kosong!

Belum jauh Sang Putri melangkang suara seoseok pria membuat Kasim ketakutan.

"Tuan Kasim, apakah jika aku meminta kau mau membiarkan Calon isteriku lewat, kau akan mengabulkannya?"

Kasim itu langsung berdiri dan meminta ampun. "Yang Mulia Raja Kerajaan Artha Pura, Hamba tidak berani. Dan tidak berniat membuat calon istri anda menunggu. Hamba hanya menjalankan tugas."

Pria itu tersenyum. Seorang pegawal yang bernama Ageng masih mengikuti dengan pedang berlapis emas.

"Kalau begitu, izinkan Tuan Putri menemui Kaisar untuk meminta restu pernikahan kami. Aku yakin, Yang Mulia Kaisar tidak akan menolaknya."

Dengan ragu-ragu, Kasim tua itu segera undur diri. Ia menuju ruangan tengah di mana di dlamnya terdapat kamar kaisar. Tak berselang lama., ia keluar.

"Nona Siane, Kau boleh masuk. Silahkan." Mendengar cara Kasim itu memanggil Siane, Raja Kerajaan Artha Pura menegurnya.

"Kurasa, kau tetap harus memanggilnya Tuan Putri. Satu lagi, Tuan Putri Siane bukan anak kecil yang harus dikawal saat akan menemui ayahnya. Biarakan ia masuk sendiri."

Benar-benar cari Muka. Habislah Kasim Tua yang menghalangi Siane tadi. Dengan senyum yang cukup menantang, Raja Kerjaaan Arta Pura memperilahkan Putri Siane untuk pergi menemui Kaisar.

"Aku akan berjaga di sini, tidak akan menganggu pembicaraan antara ayah dan anak."


Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C16
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập