Tải xuống ứng dụng
66.48% My Teacher My Husband / Chapter 123: Ch. 123

Chương 123: Ch. 123

"Mom, aku Jesper. Anak sulungmu. Maaf karena masuk begitu saja dalam keluargamu, aku harap kau mau menerimaku, dan terima kasih. Mom, kau sangat cantik. Bermainlah ke alam mimpiku mom. I love you mom."

"Mom, aku Jinyoung. Bae Jinyoung. Aku anak keduamu, maaf karena masuk begitu saja dalam keluarga kecilmu, aku harap kau mau menerimaku, dan terima kasih. Ah,, dan marga kita sama mom. Bae. Hehehe. Mom, saranghae."

"Mom, Oh Haowen. Mommy thangat cantik. Telima kathih kalena thudah melahilkanku dan maaf kalena Haowen mommy haluth pelgi. Mom, thalanghae. Jangan membenci Haowen mom, datang kemimpi Haowen. Ah, minggu lalu Haowen thakit, daddy, hyung, glanpa, uncle, dan aunty menemani Haowen di lumah thakit. Daddy, hyung, dan Haowen thudah membelikan mommy bunga. Themoga mommy thuka."

Sesuai yang Sehun janjikan minggu lalu, mereka saat ini sedang berada di makam Suzy. Mengunjungi istri mungilnya yang cantik dan juga ibu dari anak-anaknya itu.

Setiap kali kemari, pasti ucapan Haowen, Jinyoung, dan Jesper tak akan jauh-jauh dari kata maaf dan terima kasih. Meski sudah berulang kali Sehun katakan bahwa Suzy tidak akan masalah dengan perihal anak angkat dan juga sebab ia pergi karena Haowen. Ketiga anaknya itu tak pernah mau mengerti. Sehun pribadi juga tak masalah dengan hal itu.

"Hai sayang. Bagaimana kabarmu? Baik bukan? Aku dan anak-anak juga baik-baik saja di sini. Ah, bicara soal anak-anak mereka sungguh sangat keras kepala seperti dirimu. Jinyoung sebentar lagi akan masuk universitas dan Jesper saat ini tengah kuliah semester dua. Doakan mereka hmm. Dan Haowen, jagoan kecil ini tahun depan akan masuk playgroup. Itu pilihan yang baik, aku benar? Jangan selingkuh dan tetap awasi kami kau mengerti? Jangan melirik pria lain karena aku akan sangat marah. Aku mencintaimu dan sangat merindukanmu sayang."

Dan sama seperti anak-anaknya, maka Sehun juga akan mengucapkan kalimat yang sama setiap kali mereka mengunjungi Suzy. Bukan karena tidak ada topik lain, hanya saja mereka sudah nyaman dengan topik yang sama setiap kalinya.

Suzy cantik, memang.

Mereka mencintai Suzy, memang.

Mereka merindukan Suzy, memang.

Semua hanya kejujuran dari hati mereka. Terlebih Sehun. Jika bukan karena anak-anaknya, maka Sehun sudah akan menangis setiap malam mengingat Suzy. Ini memang sudah tiga tahun. Hanya saja kerinduan dan rasa cintanya tak pernah berkurang setiap waktunya, malah semakin bertambah. Jadi jangan salahkan Sehun akan perasaannya yang masih sangat sensitif tentang Suzy.

"Sudah? Masih ada yang ingin kalian ceritakan?" Tanya Sehun pada anak-anaknya. Gelengan ia dapatkan. Mau bagaimanapun Sehun juga ingin cepat-cepat keluar dari pemakaman ini. Bukan apa-apa, Sehun hanya takut bahwa air matanya akan memgalir lagi jika ia terlalu lama di sini.

"Baiklah, beri salam pada mommy."

"Bye mom."

**

"Dad, apa Sehun baik-baik saja?" Tanya Kris. Kris akui bahwa ia memang sangat usil pada adiknya itu, bukan hanya usil, Kris termasuk kurang ajar memang. Bahkan Sehun pernah berendam di dalam kubangan lumpur menjijikan hanya karena Kris mendorongnya. Alasan? Kris hanya ingin.

"Entahlah. Dia mesin pengubah ekspresi. Tak ada yang tau bagaimana perasaan hatinya." Siwon mendesah lelah. Sehun memang seperti itu dari dulu terbiasa menyimpan sendiri dan pada akhirnya dia juga akan menyelesaikannya sendiri.

"Haah, adikku tercinta. Apa yang harus aku lakukan?" Kris mendesah lelah. Antara iba dan frustasi. Bagaimanapun Sehun itu bagian lain dari hidupnya. Apa yang Sehun rasakan secara tidak sadar akan Kris rasakan juga. Hingga Doraemon dan Hello Kitty bersatu pun mereka tetap sedarah, ingat.

"Bukannya kau selalu menjahili adikmu?" Tanya Siwon heran.

"Itu sebagian dari tanda cintaku dad."

"So ieuuwh."

**

"Haowen." Suara melengking khas milik Baekhyun menggema di dalam rumah mewah Sehun. Bukan hanya suara lengkingannya yang membuat ribut suara debuman pintu juga membuat semua penghuni rumah memekik kesal.

"Baekhyun hyuuuung shut up!"

"Baekhyun hyuuuuung! Pelankan suaramu!"

Jinyoung dan Jesper memekik kesal dari kamar mereka. Jika Baekhyun sudah merusuh di pagi hari, maka si kecil Haowen juga akan ikut merusuh bersamanya. Dan itu akan membuat semua or-

"Baekhyuniieeee." -ang pusing. Daddynya pasti lebih pusing lagi karena tidur seranjang dan tepat di sebelah Haowen.

Sret.

"Baekhyuunniieeeee."

Brak.

Si kecil memekik histeris dan langsung meloncat turun dari atas ranjang seraya membuka kasar pintu kamar mereka. Membuat Sehun terperanjat kaget dan membuka paksa mata tajamnya. "Astaga, anak setan." Sehun mendesah lelah. Menarik selimut hingga ujung kepalanya dan kembali melanjutkan acara tidur cantiknya. "Sampai berjumpa di alam mimpi sayang."

Brak.

Sret.

"BANGUN OH SEHUN! AKU SUDAH MEMBAWA SARAPAN BERSAMA CHANYEOL! CEPAT MANDI!" Baekhyun berteriak kesal dan menarik kasar selimut milik Sehun. Duda tampan ini sungguh pemalas sekarang.

"Aish suruh saja mereka makan duluan." Sehun mengerang malas dengan mata yang masih tertutup.

"Tidak bisa! Bangun sekarang juga!" Baekhyun menarik rambut Sehun hingga membuat manusia berjenis kelamin pria itu mengerang sakit.

"Hentikan!"

"Toilet!"

**

"Kau kalah gulat dad?" Tanya Jesper dengan secangkir teh yang sudah terparkir di depan mulutnya.

"Diamlah. Berhenti bersuara jika kau sedang makan." Kesal Sehun. Mendudukan pantatnya di atas kursi dan mendengus sebal pada Jesper yang hanya tersenyum sinis padanya.

"Aku hanya sekali bicara." Jesper membela diri.

"Diam Jesper." Sehun memperingati.

"Ak-"

Hap.

"Makan sayuranmu." Sehun menusuk brokoli dengan garpunya dan memasukannya kedalam mulut Jesper yang terbelalak kaget.

"Uek so iueeh."

"Telan." Baekhyun mendesis dengan garpu mengacung tepat di depan hidungnya. Mata tajam memicing tepat keretinanya membuat Jesper menelan ludah takut. Dengan terpaksa ia menelan semua sayuran yang Sehun paksakan masuk ke mulutnya.

"Kalah gulat Oh Jesper?" Ledek Sehun dengan potongan daging yang masuk kedalam mulutnya. Dan jangan lupakan tatapan dan senyuman sinisnya.

"Diam kau duda tua!" Jesper mendengus kesal. Baekhyun itu sungguh menyeramkan. Wajahnya saja yang perempuan ternyata.

"Dad." Jinyoung memanggil, membuat tatapan Sehun teralihkan pada putra keduanya itu.

"Ada apa Jinyoung?" Tanya Sehun dengan senyuman kecilnya.

"Aku akan lulus sebentar lagi, daddy ingin aku masuk universitas mana? Jurusan apa?" Tanya Jinyoung dengan kepala tertunduk. Jujur saja tiga hari belakangan ini ia dibuat pusing. Sehun ingin yang seperti apa? Dia besar akan jadi apa? Jinyoung cukup tau diri bahwa anak angkat seperti dia tidak seharusnya terlalu bersenang-senang dengan harta Sehun. Jadi ia memilih untuk bertanya langsung pada Sehun. Yang bertanggung jawab atas hidupnya.

"Selesaikan sarapanmu dan temui daddy di ruang kerja daddy." Sehun bangkit berdiri dari duduknya dan berlalu menuju lantai atas dimana ruang kerjanya berada.

"Hyung." Panggil Jinyoung pelan.

"Why?" Sahut Jesper.

"Apa daddy akan marah?" Jinyoung bertanya lagi.

"Lihat saja nanti."

**

Tok..

Tok..

Tok..

"Dad, Jinyoung di depan pintu. Boleh aku masuk?" Jinyoung berdiri kaku di depan pintu dengan jantung berdegub kencang.

"Masuk saja." Suara berwibawa Sehun terdengar.

Ceklek.

"Dad." Panggil Jinyoung berdiri di depan meja Sehun.

"Duduklah." Sehun menunjuk kursi di sampingnya. "Sekarang aku tidak berbicara dengan rekan kerja, tapi dengan anakku."

Jinyoung mengangguk seraya berjalan pelan kesamping Sehun. Sehun tak pernah seperti ini sebelumnya, jadi wajar jika Jinyoung merasa takut sekarang. Aura daddynya sungguh gelap.

Hening.

Lima belas menit berlalu hanya dengan keterdiaman Sehun yang menunggu Jinyoung bicara dan Jinyoung yang terlalu takut untuk membuka suara.

"Dad." Panggil Jinyoung pelan.

"Hmm." Sehun berdengung tanpa mau menoleh pada Jinyoung.

"Tentang pertanyaanku tadi. Bagaimana?" Tanya Jinyoung. Suaranya bahkan terdengar sedikit bergetar.

"Kau mau bagaimana?" Sehun kembali bertanya, memutar kursi kebesarannya hingga ia berhadapan dengan tubuh sebelah kanan Jinyoung saat ini.

"Terserah daddy." Jinyoung mencicit pelan.

"Yang kuliah bukan daddy Jinyoung-ah, yang akan belajar bukan daddy, dan yang punya keinginan bukan daddy. Kau mau dimana itu terserah. Daddy hanya memberi fasilitas." Jelas Sehun panjang lebar dengan menyilangkan kakinya dan tangan yang memijat pelipisnya. Tidak Jinyoung tidak Jesper mereka sama saja.

"Bukannya daddy yang bertanggung jawab pada hidupku? Sudah mendapatkan makanan, pakaian, keluarga, dan tempat berteduh sudah lebih dari cukup bagiku. Aku merasa tidak tau diri jika meminta hal lebih lagi." Jinyoung berujar dengan kepala yang ia tegakkan. Menatap langsung pada mata Sehun yang juga tengah menatapnya. Berusaha meyakinkan Sehun jika semua yang Sehun tentukan akan ia terima, walau pada dasarnya hati kecilnya memberontak tak terima.

"Aku memang bertanggung jawab atas hidupmu. Tapi bukan berarti aku yang mengatur hidupmu Oh Jinyoung. Aku memfasilitasi, memberi apa yang kau butuhkan, dan memberi sandaran. Kau bukan si kecil Haowen yang harus diatur ini dan itu. Kau tau mana yang kau mau dan kau butuhkan. Jadi berhenti berkata semua terserah padaku." Sehun mendesah lelah. Apa ia terlihat menuntut seperti itu pada putranya? Sehun rasa tidak.

Jinyoung merasa bersalah entah karena apa, melihat Sehun yang seperti ini membuatnya merasa tak enak, terlebih dengan Sehun yang terus menerus menghela nafas lelah. Apa ia begitu merepotkan? "Maaf dad." Ujar Jinyoung.

"Kau tidak salah apapun. Yang aku mau hanya ubah pola pikir otak kecilmu ini. Mengerti?" Sehun tersenyum dan mengetuk dahi Jinyoung dengan telunjuknya pelan. Menciba menyadarkan anak keduanya bahwa Sehun tidak seperti apa yang ia pikirkan. Sehun itu fleksibel.

"Terima kasih dad."

"Tak masalah."

"Apa Jesper hyung juga seperti ini?"

Sehun terdiam dan tak lama ia tertawa kecil mengingat bagaimana Jesper menanyakan hal yang sama seperti yang Jinyoung tanyakan saat ini. "Dia lebih parah."

"Dad." Jesper menyeruak masuk kedalam kamar Sehun. Membuar duda tuga anak itu menatap datar padanya.

"Apa?" Tanya Sehun seraya melepas kaca mata bacanya.

"Kau ingin aku kuliah dimana?" Jesper itu to the point. Tak ada basa-basi dan langsung ke inti. Tak usah rumit-rumit jika ujungnya akan mengatakan hal yang sama.

"Aku? Kenapa? Yang kuliah bukan daddy." Heran Sehun.

"Katakan saja. Anggap ini balas budiku karena kau sudah mau mengangkat gelandangan sepertiku menjadi anak." Jesper berujar santai. Wajahnya datar dan tak ada emosi di dalam nada bicaranya. Tipikal Sehun sekali.

"Apa yang ada di otak kecilmu huh? Yang punya masa depan siapa?"

"Aku. Hanya saja aku ingin membalas budi."

"Balas budi pantatmu! Belajar saja sana, jawab soal ujian dengan baik, dan masuk universitas yang kau mau. Katakan padaku dan mendaftar di sana. Aku yang akan membiayaimu."

Jesper menatapnya tak berkedip. Banyak hal yang saat ini berkeliaran di otak si sulung itu. "Kau ingin aku mengambil jurusan apa?" Tanya Jesper lagi.

"Apapun yang kau mau Oh Jesper. Aku akan mendukungmu. Sekarang keluar dari kamarku sebelum pertanyaan bodoh lain terlintas di otakmu dan terucap dari mulutmu dan buku tebalku yang melayang kekepalamu." Dengus Sehun jengah. Untung saja Haowen tak merasa terganggu dengan suara berisik di sekitarnya. Entah apa yang bocah itu pikirkan.

"Cih, kejam sekali."

"Belajar saja sana!"

"Aku tau!"

Jinyoung menyimak dengan baik apa yang daddynya katakan, entah kenapa itu terasa menarik saja ditelinganya. Jesper mengatakan hal seperti dengan wajah datar? Saudaranya itu perlu dicontoh.

"Daddy tidak menyesal mengangkat kami? Maksudku Jesper hyung dan aku?" Tanya Jinyoung penasaran. Menatap mata elang Sehun yang entah kenapa membuatnya betah. Sehun itu bisa dijadikan teman, kakak, dan ayah dalam satu waktu. Itu membuat Jinyoung merasa sangat bersyukur.

"Tentu saja tidak. Buktinya kita baik-baik saja." Jawab Sehun.

"Daddy thank you."

"No problem."

"I love u."

"I love u too more than you love me."

TBC

THANK U

DNDYP


Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C123
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập