Tải xuống ứng dụng
21.62% My Teacher My Husband / Chapter 40: Ch. 40

Chương 40: Ch. 40

Air mata.

Chanyeol yakin. Suzy mengusap matanya bukan karna perih atau basah. Tapi karna air mata, makanya gadis itu bersikeras untuk bermain air terlebih dahulu.

"Kenapa kalian hanya mengejarku?" Tanya Suzy marah. Melempar sepatunya pada Chanyeol dan Baekhyun. Setelah itu melempar Jiyeon dengan gumpalan kaos kakinya.

"YA!! Itu kaos kaki berapa minggu belum kau cuci Suzy?!" Teriak Jiyeon jijik. Menyingkirkan kaos kaki yang entah kenapa bisa tepat hinggap di pundaknya. "Menjijikan!" Dengus Jiyeon.

"Hanya kaos kaki bulan kemarin." Jawab Suzy santai, terkekeh geli lalu mengusap lagi wajahnya.

"Suzy." Panggil Chanyeol.

Suzy menoleh. Tersenyum kecil dengan matanya yang menyipit lucu dan tertawa sejenak.

"Hentikan sandiwaramu!" Ujar Chanyeol. Nadanya serius, membuat Jiyeon dan Baekhyun terdiam. "Sandiwaramu sia-sia!"

"Apa?" Tanya Suzy heran.

Suasana mulai kaku, hening dan canggung.

"Lepaskan saja." Ujar Chanyeol.

Suzy diam. Mengerut heran dengan perkataan Chanyeol lalu tertawa canggung. "Aneh." Gumam Suzy.

Namun, yang dia katakan dengan ekspresi wajahnya sangat tidak sinkron. Dia mengatakan aneh tapi wajahnya malah terlihat lesu. Cahaya di matanya yang ia buat-buat tadi redup, bahkan hilang entah kemana. Matanya memerah dan hidungnya juga serupa.

"Lepaskan." Lagi. Chanyeol berujar. Tersenyum kecil lalu menepuk bahu Suzy. "Kami di sini. Berhenti bersandiwara dan bagi pada kami," menatap tepat pada mata Suzy lalu tersenyum.

Suzy diam. Ada rasa sesak yang harus dia lepaskan, namun entah kenapa ia merasa ada batu besar yang menghambatnya.

"Aku.. aku hanya.." Suzy gelagapan sendiri, matanya berkeliaran entah kemana.

Jiyeon terdiam, ia merasa menjadi teman yang tak berguna, dengan mudahnya ia tertipu dengan sandiwara picisan temannya.

Berjalan mendekat, Jiyeon menangkup kedua pipi Suzy, menatapnya lalu tersenyum. "Bicara saja. Kami temanmu bukan?" Ujar Jiyeon.

Suzy gelagapan, matanya makin memerah dan rasa sesak itu makin nyata. Menunduk menyembunyikan air matanya dengan bahu yang bergetar hebat.

"Stt. Jangan menangis. Cerita saja." Ujar Jiyeon, menghapus air mata Suzy dan memeluknya. Mengusap punggung bergetar yang entah sejak kapan sudah rapuh itu.

"Aku hanya kaget. Apa Sehun begitu membenciku hingga ia melupakanku?" Tanya Suzy. Tersenyum diakhir kalimatnya lalu tertawa pelan.

Ia tau, semakin ia berusaha melupakan Sehun, atau apa pun yang berhubungan dengan Sehun, maka ia akan semakin sakit. Makin terpuruk dalam keterpurukannya.

"Semakin aku berusaha maka aku akan semakin sakit. Semakin aku melupakannya maka semakin aku merindukannya. Semakin aku membencinya maka semakin aku jatuh cinta padanya. Semakin apa pum yang ku lakukan maka semakim pula yang akan aku dapatkan." Gumam Suzy, membiarkan liquid bening itu membasahi pipinya dan bersatu dengan air kolam di bawahnya.

"Dia sudah begitu melekat dengan pikirannya. Aku tak bisa melupaknnya dan menganggap semua ini hanya sebatas mimpi belaka." Ujar Suzy. Menerawang entah kemana lalu terisak kecil. "Ini sakit. Sangat sakit." Menunjuk pada dada kirinya lalu memukulnya pelan.

"Kenapa begitu sesak?!" Erangnya frustasi. Makin terisak dan mengeraskan pukulan pada dadanya. Berharap sesak yang entah kenapa itu, menghilang.

"Aku membenci ini. Aku membenci diriku yang entah kenapa bisa bergantung padanya." Putus asa. Itu yang Suzy rasakan.

"Dulu aku baik-baik saja sebelum ada dia. Sekarang kenapa semuanya kacau? Kenapa?" Isak Suzy. Menutup wajah kacaunya dengan kedua telapak tangannya.

"Hiks.."

"Ingin melampiaskan semuanya?" Tawar Baekhyun. Tersenyum manis lalu menepuk bahu Suzy.

Meski tak mendapat jawaban apa pun, Baekhyun tau kalau Suzy mengatakan 'apa' padanya. Ikatan bathin mereka kuat, ingat!

"Ingin coba roller coaster?" Baekhyun menaik turunkan alisnya. Menunjuk sususan rel yang tak jauh dari tempat mereka sekarang.

"Makanan pedas maksimal?"

**

Sehun duduk diam di dalam mobil. Menunggu ayah dan juga saudara menyebalkannya. Ia masih sangat heran kenapa ponselnya bisa begitu memprihatinkan. Tolong bisikan pada Sehun jika kalian tau.

Membolak-balik ponselnya lalu meringis pelan. Ini ponsel baru. Baru keluar, baru pakai, dan baru segala-gala baru.

"Ck. Ada apa sebenarnya?" Gumam Sehun.

Ceklek.

Siwon dan Kris masuk. Menatap Sehun sebentar lalu kembali acuh. Ada yang aneh. Bahkan sangat aneh.

"Kenapa hanya Suzy dan teman-temannya yang dia lupakan?" Bathin Kris dan juga Siwon.

"Kenapa dengan kalian? Apa tak bisa melihatku biasa saja?" Tanya Sehun risih.

Kris mencebikan bibirnya kesal. Melajukan mobil tanpa peduli dengan Sehun yang sedang menyumpah serapahinya di belakang sana.

"Berhenti mengeyak bayi!" Dengus Kris. Menatap Sehun melalui spion tengah yang kebetulan langsung menampilkan wajah Sehun.

"Aku tidak mengeyak kakek tua!" Balas Sehun. Menyilangkan tangannya di depan dada lalu memandang ke luar jendela.

Sehun merasa ada yang kosong. Ada yang ia tak ketahui namun ia sangat malas untuk bertanya saat ini. Memilih diam lalu melirik arlojinya. Pukul 7 a.m.

"Apa sebenarnya ini."gumam Sehun.

**

S

uzy diam. Hanya tersenyum kecil pada teman-temannya yang sudah rela mengantarnya pulang. Melambai singkat lalu mulai masuk ke dalam rumah nyamannya.

Ingin menghambur ke dalam pelukan ibunya yang ia yakin saat ini sedang membaca majalah di depan televisi.

Ceklek.

"Maa." Panggil Suzy. Berjalan lunglai menuju tempat ibunya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Oh my baby girl." Ujar ibunya. Membawa tubuh Suzy pada dekapan hangatnya. Mengusap kepala sang anak lalu mengecupnya. "Maaf mama tidak ada waktu itu." Bisik mamanya.

Suzy mengangguk. Mengeratkan pelukannya lalu kembali menangis. Ia ingin bicara banyak pada wanita yang sudah melahirkannya ini.

"Tak apa menangis saja." Ujar mamanya. Mengusap pundak bergetar yang sangat rapuh itu.

"Maa, hiks... Sehun. Aku... hiks..." Suzy tak bisa melanjutkan kata-katanya. Sesak di dadanya makin bertambah. Sakit itu makin nyata.

"Sstt. Tak apa sayang, itu musibah." Mamanya menghapus air mata yang mengalir bagai air terjun itu.

"Tapi.. aku.."

"Tak masalah sayang, ini bukan salahmu. Bukan juga salah Sehun. Tenangkan dulu dirimu lalu pikirkan baik-baik." Nasehat mamanya.

Suzy mengangguk. Kembali memeluk wanita yang sudah mati-matian melahirkannya itu.

Ibunya itu benar-benar tau bagaimana suasana hatinya. Apa yang ingin ia katakan tanpa harus bicara secara lisan.

Ibunya itu wanita terhebat sepanjang masa.

TBC

THANK U

SEE U NEXT CHAP

HAVE A NICE DAY

DNDYP


Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C40
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập