Tải xuống ứng dụng
80% Bahar & Rindy (Real story) / Chapter 4: Bahar Keano Altezza

Chương 4: Bahar Keano Altezza

 

Jangan pernah menilai orang

hanya dengan KATANYA.

Tapi

kenalilah orang DARINYA

bukan KATANYA.

 

 

•••

 

 

Namanya Bahar Keano Altezza . Badannya yang tinggi , dan pipi yang chubby. Dia yang bisa di bilang cowok yang dikenal oleh semua siswa kelas 12 bahkan dikalangan adik kelas. Sudah dua bulan aku sekelas dengannya. Jadi hanya sedikit yang aku tahu tentangnya. Yang ku tahu , dia adalah tetangga dari sahabatku- Dea dan Bahar terbilang dari keluarga yang mampu. Ayahnya saja pelayaran dikapal sekaligus jadi guru disekolah pelayaran yang ada di kota cirebon. Aku tahu semua itu dari Dea. Dea selalu menceritakan bagaimana Bahar itu.

Katanya, Bahar itu ngeselin, reseh , dan merasa paling tampan. Aku setuju dengan ucapan Dea. Bahwa bahar adalah orang yang seperti itu. Sikapnya yang paling aku benci adalah so' paling tampan. Aku benci dengan pria seperti itu. Di tambah sikap usilnya yang selalu dilakukan kepada Dea, membuatku tidak ingin berada di dekatnya.

Saat aku baru saja masuk ke dalam kelas, aku mendapat kabar yang tidak enak dari Salsha -Sang ketua kelas.

"Rin, kamu hari ini jaga perpustakaan yah sama Bahar. Karena Andre nya enggak berangkat jadi di ganti sama bahar" Ucapnya.

Dalam hati ku merontah rontah 'Mimpi apa gue tadi malem , jaga perpustakaan sama Bahar. Astaga"

"Har." Panggil Salsha, aku menengok kearah salsha memanggil Bahar. "Kamu sekarang jaga perpustakaan sama Rindy yah? Soalnya Andre nya enggak berangkat"

Bahar melirik kearah ku, aku hanya membuang muka dan langsung ke tempat duduk.

"Siap" Jawabnya.

Aku hanya diam sambil memainkan ponsel. Aku hanya berharap semoga bel masuk nya masih lama. Sebelum nanti bahar akan ada selalu ada di hadapanku. Baru saja aku berharap bel masuknya jangan sekarang. Eh, langsung bunyi aja bel nya. Memang diriku belum beruntung.

"Semangat Rind."

"Semangat apaan. Bikin badmood karena ada dia"

"Jangan gitu loh. Nanti jatuh cinta tau rasa lu"

Dengan malas aku berdiri dan berjalan meninggalkan kelas.

Di dalam perpustakan masih sepi hanya ada guru pengawas yaitu Bu Mitha.

"Selamat pagi bu." Sapaku padanya.

"Selamat pagi Rin. Hari ini kamu yang jaga perpustakaan tah?" Tanya bu Mitha

"Iya bu."

"Sama siapa jaganya?"

Saat aku ingin menjawabnya tiba tiba ada seseorang yang sudah menjawabnya.

"Saya bu"

Aku dan bu mitha menengok ke arah sumber suara. Dimana suara itu adalah milik bahar.

"Oh kamu tah bahar." Kata bu mitha sambil melanjutkan mengetik tugasnya yang ada di komputer.

"Yaudah kalian sekarang beberes dulu aja yah. Bagi tugas aja siapa yang ngepel dan nyapu. Nanti kalau udah selesai tolong masukin buku buku yang ada di meja kedalam rak ya?"

"iya bu" Aku dan bahar kompak menjawab pertanyaan Bu Mitha.

***

Saat aku sedang absen mengisi daftar hadir perpustakaan tiba tiba bahar pulpen yang sedang aku pakai.

"Lu ngepel aja ya? Gue yang Nyapu." Kata bahar sambil menyerahkan pulpen itu ke gue. "Nih pulpennya, thanks"

'Cih. Dasar anak badak. Lama lama gue gondokan deh disini sama dia.' Dumel ku dalam hati.

Dan aku langsung membersihkan meja dari debu sedangkan Bahar sedang menyapu. Benar saja dugaanku, dia tidak bisa nyapu. Liat saja cara bahar memegang sapunya, tangannya terbalik.

"Kalau nyapu tuh yang bener. Katanya bisa nyapu. Tapi megang sapu aja salah. Apa perlu gue bikin tutorial pegang sapu yang bener, biar lu tahu caranya" sindirku padanya.

"Ya maap , gue kan enggak pernah nyapu begini"

'iyalah , anak sultan mah bebas' dumel ku dalam hati.

Aku langsung mengambil tangan bahar dan membenarkan bagaimana cara memegang sapu yang benar. "Tuh udah gue benerin posisi tangan lu. Nyapu sana" Kataku.

Baru saja aku tinggal 5 menit buat membersihkan kaca

"Astaga. Bahar. Kenapa makin berantakan gini?" Tanyaku, Sampah berserekan disana sini. Bukan makin bersih malah makin kotor.

Ku lihat bahar hanya cengengesan sambil mengaruk garuk kepalanya yang tak gatal.

"Udah sini gue aja yang beres beres. Lu rapihin buku buku aja di rak. B.I.S.A K.A.N B.A.H.A.R ?" sambil ku tekan ucapan 2 kalimat yang paling akhir.

"Bisa kok"

"Bagus deh"

Aku langsung mengambil alih pekerjaan bahar dan langsung ku kerjakan dengan cepat. Biar aku bisa cepat duduk istirahat dan membaca buku novel kesukaanku.

Hanya butuh 15 menit aku mengerjakan semua itu. Kini tinggal memasukan buku ke dalam rak.

Karena aku orangnya pendek, jadi aku perlu bantuan menggunakan bangku buat memudahkan ku memasuki buku kedalam rak.

Dan saat tinggal selangkah lagi pekerjaan selesai, tiba tiba aku kurang keseimbangan , karena kaki ku sedang menjijit untuk bisa memasuki buku yang paling atas. Dan alhasil aku malah.

'BRUGH'

Buku terlempar jatuh dari tangan, sedangkan badanku jatuh kelantai tapi tidak merasakan sakit. Saat aku menengok ternyata baharlah yang menahan tubuhku. Entah sadar atau tidak aku dan bahar saling bertatapan selama 5 detik. Lalu aku sadar, langsung bangun dan pergi meninggalkan bahar.

"Terimakasih" Teriaknya sambil menyindir diriku.

Katakanlah aku ini jahat tanpa mengucap terimakasih padanya. Karena telah menolongku. Aku langsung duduk di meja dan menutup mukaku dengan buku. Karena rasa penat yang aku rasakan. Sedangkan Bahar, entahlah dia sedang apa. Aku tak peduli.

Saat aku sedang asik membaca novel, dia datang duduk di meja yang sama denganku. Aku hanya meliriknya sebentar saat dia menyerahkan botol aqua ke aku , ku lihat sedang menatap kearahku . Lalu menjatuhkan kepalanya pada tanggannya yang sudah diatas meja tapi dengan muka menghadap ke aku yang sedang baca buku.

"Iya gue tahu gue cantik, tapi enggak usah liatin gue begitu juga kali." Sindir gue dengan mata yang masih menatap buku di hadapanku.

"Lu kenapa sih jutek banget sama gue. Perasaan gue enggak punya salah sama lu deh" Tanyanya.

"Perasaan lu aja kali" Jawab aku seadanya.

Dan akhirnya bel pulang sekolah berbunyi. Senangnya hatiku, akhirnya bebas dari seorang Bahar.

"Rindy. Ibu minta bantuan, boleh?" Ucap bu mitha

"Boleh bu" Jawabku

" Tolong bantuin ibu cocokin data anak anak ya? Takut ada yang kelewat" Aku tersenyum.

"iya bu"

"Bu Bahar pulang ya?"

"Iya bahar. Kamu hati hati di jalan ya"

Ku lihat bahar sudah keluar dari perpustakaan.

"Bahar itu orang nya baik banget loh" Ucap bu mitha yang membuatku terkejut.

"Maksud ibu?"

"Ya maksud ibu, Bahar itu tidak se buruk yang kamu fikir kok" Ucapnya. "Ibu bisa membaca ekpresimu kepada saat bersama Bahar. Kamu tidak suka dengannya." Sambung Bu mitha.

Aku hanya terdiam mendengar penjelasan bu mitha. Sudah ku duga cepat atau lambat, bu mitha bisa membaca pikiranku hanya dengan mimik wajah. Bu mitha memang ahlinya dalam psikolog. Selain bekerja jadi pengawas di perpustakaan. Bu mitha di sekolah lain bekerja sebagai guru BK loh.

"Intinya. Jangan menilai orang dengan KATANYA. Tapi kenalilah orang itu DARINYA bukan KATANYA." Bu Mitha menepuk pundakku dan tersenyum.

"Yaudah sekarang kamu boleh pulang."

What? Ternyata Bu Mitha hanya pura pura meminta tolong padaku, hanya dengan bicarakan tentang Bahar. Setelah itu aku langsung berpamitan dan langsung bergegas pulang. Saat aku menengok kearah musolah sekolah, aku melihat Bahar baru saja keluar dari Musolah dengan rambut yang masih basah bekas air wudhu.

Dia tersenyum kearahku, dan entah kenapa aku juga menjawab senyumannya itu. Lalu aku langsung lari meninggalkan halaman sekolah.

Saat aku sedang berjalan menelusuri jalan raya. Terdengar bunyi bel sepeda.

KRING ..

"Duluan Rin" Ucap Bahar.

Aku hanya menjawabnya dengan mengangguk. Ternyata benar kata bu Mitha, jangan menilai orang hanya dengan KATANYA. Aku tersenyum mengingat kejadian di perpustakaan dimana bahar begitu lucu.


Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C4
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập