Tải xuống ứng dụng
5% Bastard and Cold Devil / Chapter 2: Bastard 2 : Alarick Goyang Dua Jari

Chương 2: Bastard 2 : Alarick Goyang Dua Jari

Mata Alarick terbuka perlahan. Bayangan kepala 3 sahabatnya yang berada di depan mata membuat Alarick melebarkan matanya yang terasa berat. Suara ringisan keluar dari mulutnya saat rasa nyeri di leher terasa. Alarick menatap wajah ketiga sahabatnya satu persatu.

Felix meringis jijik.

Darren berdecak. "Apa kau baru saja pingsan?"

Makiel tertawa senang. "Ya. Tidak mungkin dia tidur di saat adegan panas berlangsung." katanya, dan mengeraskan tawa kemudian. Alarick masih diam, mencerna apa yang terjadi kepadanya saat Makiel lalu berucap. "Ngomong-ngomong, bagaimana cara sekertarismu membuatmu pingsan?"

Kesadaran Alarick seketika kembali. Dia terduduk di ranjang dan memelototi wajah teman-temannya. "Sial. Aku pingsan."

"Aku tadi menanyakannya."

"Makiel tadi mengatakannya."

"Dan aku mendengar Makiel bertanya padamu."

"Sialan! Penyihir kecil itu!" geram Alarick sambil menatap dengan dengki pada sahabatnya.

"Apa?" tanya Felix. "Kenapa kau menatap kami dengan tatapan menyalahkan seperti itu?"

"Kau pikir ini ide siapa!!"

"Aku tidak menyuruhmu pingsan."

"Ya. Felix tidak menyuruhmu pingsan," bela Makiel. "Kenapa kau bisa pingsan seperti pria perjaka yang baru merasakan sempitnya lubang kewanitaan?"

Alarick berdecak. "Kurangilah kata-kata vulgarmu!"

"Kau pikir siapa yang mengajariku!"

"Felix, bukan aku!"

"Kau benar," ucap Makiel kemudian. "Salahkan Felix, jangan aku yang dahulu masih polos tapi kalian kotori aku dengan kelakuan kalian yang melebihi iblis itu. Jika di masa depan aku jadi psikopat, kalianlah yang akan aku salahkan."

"Pria tolol sepertimu takkan bisa memerankan seorang psikopat," jawab Alarick sambil mengibaskan tangannya. "Terlalu keren untuk ukuranmu."

"Hanya seorang psikopat yang mengatakan sesamanya itu keren."

"Dan kau sendiri yang pernah mengataiku psikopat."

Makiel mengerjapkan matanya kemudian melirik pada dua sahabatnya yang lain. "Benarkah?"

"Kau pernah mengejek Alarick Psikopat Jahanam." Sahut Felix sambil menepuk bahu Makiel pelan.

"Dia juga pernah menjek Alarick Psikopat Tidak Waras." Sahut Darren kemudian.

Makiel mengangkat sebelah alisnya dengan bingung. "Benarkah? Kenapa aku tidak kreatif sekali saat mengejeknya? Memangnya ada psikopat yang waras dan baik?"

Darren dan Felix langsung menoyor kepala Makiel. "Kau yang membuatnya, bodoh!"

Makiel mendelik.

Alarick berdecak. "Seriuslah sedikit! Aku belum tahu bagaimana cara Penyihir Kecil itu keluar dari sini! Kalian tidak mengerjakan tugas kalian dengan benar hah? Kenapa dia bisa keluar??"

"Kau yang terlalu lama pingsan!" sahut ke-tiga sahabatnya.

"Aku?"

"Ya!"

"Apa maksud kalian?"

"Kita berjaga sampai tiga jam, moron! Aku bahkan menahan buang air untuk kelangsungan misi ini." Seru Makiel dengan kesal.

Alarick mengernyit bingung.

"Ini semua salahmu kenapa harus pingsan? Kami sudah lelah menunggu lalu kemudian membuka pintu. Sekertarismu itu langsung menyerobot keluar bahkan saat kita baru membuka pintunya sedikit. Makiel bahkan jatuh terjengkang saking kagetnya." Jelas Felix kemudian.

"Kalian tidak berguna! Kalian adalah 3 pria dewasa yang dengan gampangnya dikalahkan oleh Penyihir Kecil berukuran mungil yang kepalanya bahkan sepantaran bahu kalian!!"

"WATCH YOURSELF!!"

Alarick mengerjapkan matanya kemudian berdeham kencang. "Pokoknya kalian tidak berguna! Jangan ganggu aku lagi! Aku benci pada kalian semua!"

Dan setelah itu, Alarick pergi keluar ruangan dengan gerakan cepat.

Ke-tiga orang di sana mengerjapkan matanya lalu saling lirik.

"Apa barusan dia melakukan drama?" tanya Felix tidak percaya.

Makiel menganggukan kepalanya. "Ya, dia selalu seperti itu kalau malu."

Darren mengerjapkan matanya pelan. "He's looks a little traumazed."

"You right." Sahut Felix dan Makiel dengan anggukan pelan.

***

Yang Alarick lakukan saat sampai di kantornya adalah menatap sekertarisnya yang berdiri di balik meja dengan tatapan dingin, dan dibalas dengan ekspresi datar seperti biasanya dari Valerie.

"Sir, Anda tidak masuk?" tanya Valerie kemudian, dan dibalas dengan tatapan Alarick yang makin menajam. "Sir?"

"Kau menyerangku, kemarin?"

Valerie mengerjapkan matanya sejenak. "Anda yang menyerang saya lebih dahulu."

"Tapi kau menikmatinya!! Kau mendesah di bawahku!"

Valerie diam sejenak dengan tatapan datarnya. "Maafkan kesalahan saya kemarin, Sir."

Alarick menghujam tatapan tajamnya untuk terakhir kali, sebelum memalingkan wajah ke arah pintu ruangannya. "Masuk ke ruanganku. Sekarang." Katanya, dan berjalan melewati meja Valerie untuk masuk ke dalam ruangannya.

Valerie menuruti dan mengikuti Alarick dari belakang.

Sampai di ruangan Alarick, pria itu berjalan ke meja kerjanya, dan menekan sebuah tombol di bawah meja yang membuat pintu ruangan itu terkunci otomati. Valerie melirik ke belakangnya, pada pintu yang terkunci itu. Matanya lalu menatap Alarick dengan datar.

Wajah Alarick sama dinginnya. Dia bersidekap dada dengan pantatnya yang menyentuh ujung meja. Matanya menatap Valerie tanpa henti. "Kenapa? Kau takut?" tanyanya. Valerie diam. "Kau tidak akan bisa kabur sekarang. Tombol itu khusus untuk sidik jariku." Ujar Alarick, dan Valerie tetap diam.

Alarick akhirnya berjalan mendekati Valerie dan berhenti tepat di depan perempuan itu. Tubuh bagian atas keduanya menempel, dan wajah Alarick dan Valerie hanya berjarak 3 jari. Mata Alarick menghunus tajam pada manik mata Valerie. "Berani-beraninya kau membuatku pingsan!" geramnya. "Aku memberimu kenikmatan dan kau memberiku rasa sakit. Menurutmu, apakah pantas seorang sekertaris melukai bosnya? Aku akan menuntutmu untuk kejadian kemarin."

"Anda memaksa saya untuk melakukannya, Sir."

"Aku? Memaksamu?"

"Anda melecehkan saya. Saya pun bisa menuntut Anda tentang kejadian kemarin."

Alarick mendegus, lalu tertawa kencang. "Kau? Menuntutku? Jangan buat aku tertawa!"

"Anda baru saja tertawa, Sir."

"Valerie!"

"Saya bukan wanita seperti itu!" Valerie kali ini menggunakan nada tinggi walaupun wajahnya masih berekspresi datar. Matanya menatap Alarick dengan berani. "Saya bukan wanita yang bsia Anda tiduri seenaknya. Saya bukan wanita seperti itu."

Alarick tersenyum miring. "Tidak ada wanita polos yang menikmati permainanku, Miss Selvig. Kau wanita seperti itu. Wanita yang bisa aku tiduri seenaknya."

"Aw!" Valerie memekik saat Alarick menggotongnya seperti karung, dan membanting tubuh mungilnya di sofa panjang. Valerie mengabaikan rasa sakitnya dna mencoba bangun, namun Alarick segera menekan bahunya. "Ahng." Desah Valeri saat merasakan tekanan di kewanitaannya.

Jari Alarick ada di bawah sana. Di balik rok span ketatnya. Di balik celana dalamnya. Menyentuh tepat di titik paling sensitifnya.

Alarick di atas tubuh Valerie. Seringai iblis muncul di wajah tampannya. Pria itu menekan paha bagian dalam Valerie, melebarkannya dengan kedua lutut Alarick dan menekan keras kewanitaan Valerie dengan dua jarinya. Alarick mengganti jarinya dan menyimpan jempolnya di sana, mengusap tepat di tengah-tengah kewanitaan Valerie, membuat punggung perempuan itu refleks melengkung dan tangannya mencengkram lengan Alarick. Napas Valerie terengah kencang saat mencoba menyingirkan tangan itu.

"Sir, hah." Valerie tak dapat menyelesaikan ucapannya saat tekanan Alarick mengencang.

Senyum miring Alarick tercipta. Ia membiarkan tangannya mengusap kewanitaan Valerie, dan menurunkan wajahnya untuk mencium bibir Valerie. "Ya, Vale?"

Valerie tak dapat mengucapkan apapun saat jari Alarick menyelip ke celana dalamnya dan jari itu menyentuh langsung kewanitaannya. Mencubit sesuatu di sana, membuat Valerie mencengram tangan Alarick lebih kencang. Alarick kembali mencium bibir Valerie. Kali ini, Valerie tak dapat berpikir apapun. Tubuhnya terasa panas, dan tangan Alarick di sana terasa menyenangkan. Nikmat.

Bibir keduanya saling melumat dengan keras. Tangan Alarick yang tadinya berada di bahu Valerie, kini berpindah ke tengkuk perempuan itu. Menekan dan mendorong agar bibir keduanya makin menempel. Alarick memasukkan lidahnya ke dalam mulut Valerie, bertukar saliva dan di balas Valerie dengan hal yang sama. Lidah keduanya membelit. Valerie sesekali mengambil napas panjang akibat rasa nikmat dari Alarick di bawah sana membuat Valerie menginginkan lebih.

"AH!" teriak Valerie kencang saat jari tengah Alarick masuk ke dalam lubang vaginanya. Valerie melepaskan bibir keduanya dan matanya melirik ke bawah, tempat di mana tangan Alarick mengoral kewanitaannya. Jari tengah Alarick berputar, menyentuh beberapa titik sensitif Valerie dan membuatnya mendesah. "Ahh."

Satu tangan Alarick yang lainnya mengusap paha putih mulus Valerie dan menyelip ke dalam rok untuk menurunkan celana dalam Valerie.

"AH! Ah! Ah!" Valerie kini mencengkram bahu Alarick dengan kuat saat jari Alarick maju mundur dengan cepat. "AH!!" teriaknya kuat saat Alarick menambahkan jarinya dan kembali memaju mundurkan jari itu dengan cepat.

"Nikmat huh?" tanya Alarick dengan seringai puas di bibirnya. Alarick mempercepat laju jarinya. Matanya menatap tak henti pada wajah bergairah dari Valerie. Matanya yang berkaca-kaca, bibirnya yang membengkak dengan lipstik yang acak-acakan. Dan wajah meronanya. Alarick mempercepat laju jarinya. "Kau membuatku pingsan dengan dua jari. Dan lihatlah apa yang kulakukan dengan dua jariku? Aku memberikan kenikmatan. Aku akan membuatmu orgaseme hari ini."

"Ah!!"

Dan sepertinya, Alarick salah saat menyangka jika oral takkan membuatnya menegang. Nyatanya, kejantanan Alarick berdiri dengan sangat keras. Dengan sanga kencang. Alarick menginginkan Valerie. Alarick menginginkan kejantannya memasuki Valerie, sedangkan 2 jarinya mempercepat laju oralnya pada vagina Valerie. Maju mundur dengan kencang, hingga bokong Valerie tengangkat saat jari itu bergerak cepat.

"Ahhhh!!" teriak Valerie kencang. Tubuhnya bergetar hebat dan tangannya mencengkram bahu Alarick kuat-kuat. Napas Valerie terengah. Dadanya naik turun dan yang Alarick lakukan hanya memandangi wajah Valerie saat meredakan diri dari orgasmenya.

Alarick menurunkan wajahnya meraih bibir bengkak Valerie dengan bibirnya, memberikan lumatan keras untuk menenangkan Valerie. Alarick memindahkan wajahnya ke telinga Valerie, mengulum cuping telinga Valerie dan berbisik. "I want you."

Kringgg kringggg

Tubuh Alarick segera terjengkang saat dering telfon tersebut berbunyi dan membuat Valerie mendorong tubuh Alarick sekuat tenaga. Mata Alarick melotot saat Valerie terduduk dan menaikan celananya. "What the fuck?? Kau akan meninggalkanku lagi? Saat kejantananku sangat tegang??? Kau pikir aku se-sabar itu, hah????"

Valerie berdeham dan menundukkan wajahnya untuk merapikan pakaiannya yang acak-acakan. "Maaf, Sir. Hari ini kita ada rapat dengan para pemegang saham."

"Dan apakah itu lebih penting daripada kejantananku yang sedang mengeras sangat menyakitkan?????"

"Tentu saja, Sir."

"Fuck you!"

"Sudah waktunya, Sir. Anda tidak boleh terlambat. Itu akan mengurangi ke-profesionalan Anda."

Alarick menggeram kesal. Pada akhirnya, saat telfon terus berbunyi, Alarick mengalah dan mencoba menahan gairahnya sendiri.


Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C2
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập