2nd Wave
Pagi harinya, suara dentuman granat membuat Nero yang sedang tertidur pulas di sebuah sofa terbangun seketika saat mendengar ledakan keras itu.
"Ah sial! Ada apa lagi!" dengkusnya kesal.
"Mage! Cepat ambil senjatamu! Kini jumlah mereka lebih banyak dari sebelumnya!" ucap Vicente yang sudah bangun sejak pagi buta seraya berlari ke arah pintu keluar.
DOORR
DOOR
DORR
Tembakan yang terlihat seperti berasal dari sebuah senapan mesin membuat Vicente melompat menghindari tembakan yang menembus pintu kayu hingga membuat cahaya matahari dapat masuk ke celah-celah lubang peluru itu. Dengan cekatan Vicente menembakkan senjatanya dari balik pintu yang setengah hancur itu.
"Mage, cepatlah!" dengkus Vicente.
"Ya, aku tahu!" Nero berlari ke arah dapur, dia membuka beberapa kitchen set, lalu menekan sebuah tombol yang ada di dalam kitchen set itu.
Sebuah brangkas rahasia pun muncul dari balik kitchen set, brangkas itu berisikan puluhan jenis senjata yang berbeda-beda, macam-macam bom dan flasbank tertata rapi pada brangkas itu. Nero meraih dua buah uzi dan beberapa granat, dia tahu jika hanya mengandalkan lemparan pisaunya hanya akan sedikit berpengaruh pada musuhnya.
"Aku akan menjaga area belakang! Comet, Hush dan kau, Elephan! Ikut denganku, yang lainnya bantu Vicente mengamankan area depan!"
Dengan sigap Nero memberi komando pada beberapa anak buahnya yang masih terlihat mengemas beberapa senjata.
Semuanya mulai pergi menuju posisi mereka masing-masing. Riuh rentetan peluru mewarnai pagi hari Los Angeles. Sepertinya hari ini akan menjadi lebih buruk dari kemarin. Barikade musuh terlihat di berbagai penjuru. Semua anggota Roulette berusaha mengamankan mansion itu dengan segala cara.
DORR
DOORR
DOORR
Tiga orang anggota Roulette mati tertembak di hadapan Nero jika saja dia berjalan terlebih dahulu mungkin salah satu yang mati sudah dipastikan adalah dirinya. Nero bersembunyi di balik dinding.
"Penembak jitu?" desis Nero.
"Mage! Sepertinya ada beberapa penembak jitu di atas gedung di seberang jalan!" ucap seorang anggota Roulette.
"Ya aku tahu, aku sulit menemukan posisinya jika tikus itu berada jauh dari pandanganku," jawab Nero.
"Kau ambil alih bagian ini. Aku akan ke rooftop dan mencari asal penembak itu!" lanjut pria bertopi itu sembari berlalu.
"Glupyy, apa kau mendengarku?" Suara Nero nyaring terdengar pada earpiece yang dipakai oleh Vicente.
"Ya, aku sedang sibuk mengurus mereka. Ada apa?"
"Sepertinya mereka membawa para penembak jitu!" jawab Nero.
"Apa kau sudah melihat posisinya?"
"Negatif!" jawab Nero singkat.
"Ah, sial! Sebaiknya kau urus bagian depan! Aku yang akan menghabisi para penembak jitu itu!" tukas Vicente yang memang lebih andal dalam membidik target meskipun tidak sehebat Alucard.
"Baiklah!" Nero yang sudah berada di rooftop langsung kembali turun dengan cepat.
"Aku ambil alih di sini!" ucap Nero saat menemui Vicente di halaman depan dan Vicente langsung berlalu meninggalkan Nero.
"Oh shit!!" rutuk Nero saat melihat sebuah Hummer hitam melaju dengan cepat mendobrak pintu gerbang yang terbuat dari baja.
DUMM
DORR
DORR
Nero menembakkan beberapa peluru pada mobil yang masih melaju kencang dan kini terlihat menuju ke arahnya.
"Wow woo woo!" Nero terlihat panik saat mobil itu tidak kunjung berhenti meski sudah dia tembaki.
Pria itu melompat saat sebuah Hummer hampir menabraknya. Tidak menunggu lama, beberapa mafioso keluar dari mobil itu dan langsung dihadapi oleh anak buah Nero. Tidak hanya diam, Nero membantu anak buahnya, sebuah senjata masih dia genggam saat mendaratkan beberapa pukulan pada musuhnya.
BUGHH
Sebuah tendangan dua kaki bersarang di dada seorang mafioso yang berperawakan tinggi besar dan terlihat bertubuh dua kali ukuran tubuh Nero.
Tendangan dua kaki Nero tidak berhasil membuatnya terpental bahkan kedua kaki Nero berhasil diraihnya. Namun beruntung, Nero yang masih menggenggam Uzi di tangannya menembakan senjata itu pada wajah musuhnya dengan brutal.
"Serang!" Riuh suara puluhan musuh yang berhasil masuk melalui pintu gerbang itu membuat Nero dan anggotanya memalingkan pandangan mereka.
Dengan sigap para anggota Roulette membidik mereka dengan senjata otomatis di genggaman mereka. Satu per satu musuh berhasil tumbang beberapa yang lain dengan tanpa rasa takut akan kematian menghampiri kerumunan Roulette.
Mereka membawa sebuah senjata tajam, katana dan beberapa dagger. Hal itu menjadi sebuah tantangan untuk nero.
"Well, ini akan menarik," desis Nero seraya melempar Uzi miliknya lalu dengan perlahan Nero mengambil topinya dan merogoh topi itu dan mengeluarkan beberapa pisau dari dalam topinya.
"Hahaha ... lagi-lagi kau harus bertarung dengan senjata pamungkasmu," ucap Vicente yang terdengar dari earpiece Nero.
"Hahaha, dengan senang hati!" tukas Nero sembari menyayat leher musuhnya.
DOORR
Vicente menembakkan sebuah tembakan ke arah musuh yang menghunuskan senjatanya ke arah Nero.
"Hati-hati di belakangmu!" ucap Vicente sembari terkekeh.
"Ini semua gara-gara kau mengajakku bicara! Kau membuatku tidak fokus," jawab Nero sembari bergerak dengan lincah merobohkan beberapa musuhnya.
"Seorang pria bertubuh besar menggenggam granat di tangannya, di arah jam 10, sepertinya dia ingin melakukan bom bunuh diri dengan kau sebagai targetnya!" ucap Vicente.
"Oke, aku melihatnya! Apa tuasnya sudah dia cabut?" tanya Nero.
"Belum, namun dia semakin mendekat!"jawab Vicente santai.
"Baguslah! Perintahkan anggota lain untuk menghindar!" jawab Nero, Vicente langsung saja menyuruh anak buahnya yang di sekitar Nero untuk menghindar.
Nero langsung berlari menyerang pria pembawa bom itu, bukan hanya satu, tetapi dia mengalungkan beberapa granat pada holster khusus untuk menyimpan granat.
Nero mendaratkan beberapa pukulan dan sayatan dengan cepat pada pria itu, kedua urat nadi di kedua lengan pria itu dia sayat begitu saja.
Lalu dasi yang digunakan oleh pria itu ditarik oleh Nero seraya dia menarik tuas pada granat lalu menendang kemaluan pria itu hingga dia meringis kesakitan, mulutnya yang sempat menganga dengan paksa Nero menyumpalnya dengan sebuah granat dan mengikat mulut dengan granat itu menggunakan dasi mafioso yang dilawannya.
Booommm
Ledakan tadi memberikan jarak antara mafioso Roulette dengan mafioso lawan. Nero dengan santainya mengeluarkan cerutu dari sakunya lalu membakarnya.
"Well, ledakan tadi menjadi sebuah peringatan untuk kalian," ucap Nero sambil mengisap cerutu miliknya.
"Aku tidak suka berbasa-basi, jadi ... majulah," lanjut Nero dengan tangannya yang mengacung meremehkan lawannya.
DOORR
DOORR
Sebuah tembakan dilesatkan oleh musuh dan mengarah pada Nero. Tembakan lain berasal dari senjata milik Vicente yang berhasil menembak laju peluru musuh yang mengarah pada Nero.
BRAKK
Peluru itu berbelok ke samping Nero.
"Jangan lupakan aku, Mage!"
"Ahh, mungkin sebaiknya kau duduk saja, mereka hanya tikus kecil yang tidak sebanding dengan kemampuan kita," jawab Nero angkuh, Vicente mendengkus kesal.
"Jangan meremehkan lawanmu, walaupun mereka hanya tikus kecil yang tidak berharga untuk dibunuh oleh kita pun jumlah mereka mencapai ratusan orang." Nero menatap datar Vicente yang terbilang bodoh itu.
"Kau juga sama halnya meremehkan mereka, dasar bodoh!" Tembakan dari mafioso lawan kembali terdengar, Nero dengan sigap menangkis peluru yang hampir bersarang di kepala Vicente hanya dengan pisau miliknya.
"Aku tidak meremehkan mereka, itu hanya fakta," sangkal Vicente sambil mengerucutkan bibirnya, mengabaikan kejadian tadi yang hampir saja menewaskan dirinya.
"Terserah!" jawab Nero sambil melemparkan pisau miliknya dengan cepat ke arah mafioso lawan yang mulai mendekat.
Nero mengeluarkan kembali pisaunya dari lengan bajunya yang kini berjumlah 6 buah dengan masing-masing tangan mengapit 3 buah pisau dengan jarinya.
Wusshhh
Dilemparkan pisau di tangannya pada lawannya dan menancap tepat di dahi mereka. Sebelum mereka tumbang dengan cepat pisau kembali ke tangannya. Nero menyeringai keji saat melihat lawannya memasang wajah ketakutan.
Nero berlari dengan cepat ke arah musuhnya dengan enam buah pisau di tangannya, sedangkan Vicente terlihat meraih sebuah riotgun yang dilemparkan oleh salah satu anak buahnya.
SWIINGG
Tiga buah pisau dilemparkan oleh Nero dan menancap tepat di leher musuh. Vicente yang melihat aksi yang cukup memukau itu tidak ingin kalah dari Nero.
CEKREK
Kokangan senjata Vicente membuat Nero memalingkan wajahnya ke arah suara itu.
"Aku tidak memerlukan bantuanmu!" dengkus Nero.
DOORRR
Sebuah tembakan yang dilesatkan Vicente berhasil menumbangkan 4 orang musuh sekaligus, mengingat riotgun dapat mengeluarkan pecahan peluru yang menyebar ke segala arah.
"Apa salahnya? Aku hanya bosan menunggu!" tukas Vicente.
"Terserah, asalkan jangan mati lebih dulu daripada lawanmu. Dengan senang hati aku akan menjadikanmu bahan eksperimenku," jawab Nero kini berlari melemparkan kembali pisau miliknya.
"Tenang saja, aku tidak cocok menjadi bahan eksperimenmu," jawab Vicente asal.
Vicente kembali menembakkan senjata miliknya hingga pelurunya habis ia berdecak kesal lalu membuang senjatanya hingga terkena mafioso lawan dan membuatnya pingsan.
"Glupyy! Senjatamu." Seorang eksekutif bawah melemparkan sebuah samurai pada Vicente.
Dengan sigap Vicente menangkapnya lalu melepaskan samurai itu dari sarungnya.
"Haaaa ... menyebalkan di saat aku harus memakai senjata panjang ini," gerutu Vicente, Nero yang melihat Vicente sudah memegang senjata miliknya tersenyum miring.
"Kalian semua! Menjauh dari Glupyy!" teriak Nero pada mafioso Roulette.
Mereka yang mendengar dengan sigap menjauh dari Vicente, jika bisa mereka ingin sejauh mungkin dari tempat Vicente berdiri.
Tidak memikirkan Vicente, Nero kembali beraksi. Dilemparkannya kembali pisau-pisau miliknya, tetapi tidak mengenai lawannya. Meleset? Tentu saja tidak, terlihat benang tipis berwarna hitam terikat pada pisau milik Nero yang kini menancap dalam pada dinding. Nero kembali menyeringai menatap para musuhnya yang terlihat berjumlah 14 orang.
Sraaaattttttt
Nero menggerakan benang-benang itu dengan sekali sentakan tangannya. Dengan benang-benang itu mengembang karena terulur dari tangan Nero dan menyayat apa pun yang berada dalam jangkauannya. Seketika ke 14 orang itu sudah menanggalkan kepala mereka. Tubuh tanpa kepala itu memuncratkan darah segar hingga ke wajah Nero.
"Hei, berhati-hati sedikit dengan kepalaku, dasar tukang jahit!" rutuk Vicente seraya mengelak dari uluran benang yang terbuat dari serat baja Carbonadium dan hampir menyayat kepalanya.
"Ah, sayang sekali, sebenarnya aku memang ingin menebas lehermu itu!" tukas Nero yang masih sibuk menebas kepala-kepala musuhnya.
SLAASH
Tebasan samurai Vicente membuat musuhnya tersungkur. Dengan emosi yang tersulut karena ucapan Nero, Vicente membabi-buta menyerang semua musuh di hadapannya.
SLASH
SLAASH
Entah apa yang dilakukan Vicente, tapi terlihat setiap tebasan pedang yang dia lakukan, mengayun dengan tidak teratur. Sebuah tebasan katana berhasil membuat kepala musuh yang berada di depannya lepas dari lehernya. Sementara itu seorang musuh siap menerjang posisi Nero dari arah punggungnya, mafia itu membawa sebuah pisau belati dengan tangan yang menjulur ke arah Vicente.
Hanya memerlukan beberapa detik pria itu berhasil menikam punggung Vicente. Namun insting pria yang berjulukan Glupyy itu sangat kuat. Tanpa membalikkan badannya Vicente menusukan pedang itu ke arah punggungnya dan dilakukannya dari sisi pinggang.
SLEEB
Darah musuhnya mengalir deras saat samurai milik Vicente merobek lambungnya. Dengan cepat Vicente bergerak dengan ayunan pedangnya, di hadapannya terlihat seorang mafioso membidikan sepucuk beretta ke arah Vicente, dengan wajah yang menyeringai dia menebas tangan yang menggenggam erat senjata api itu.
"AAAAARRRGGGGG!" teriak musuhnya saat melihat tangannya yang sudah terlepas.
"Tangan–" Ucapannya terpotong oleh tebasan samurai yang membuat kepala sang mafioso itu terpental hingga ke hadapan Nero.
"Hehehehe ... maaf, tapi itu berbahaya jika kau menodongkan pistol padaku. Aku bisa tertembak lalu mati, lalu Felica akan sedih. Jadi jangan buat Felica bersedih, oke?" Kata Vicente yang berjongkok sambil berbicara pada kepala mayat di depannya.
"Nona Felica tidak akan bersedih jika kau mati di depannya sekalipun," ejek Nero lalu terkekeh.
"Hei, kau merusak fantasiku!" dengkus Vicente.
Ctaaang
Vicente menangkis sebuah tembakan dengan samurai miliknya dengan mudah.
"Hei! Itu berbahaya!" kata Vicente kesal lalu melemparkan samurai miliknya ke mafioso lawan dan langsung saja menancap di leher.
Semua mafioso lawan mulai menjauh, dengan santai Vicente berjalan untuk mengambil kembali samurainya.
"Dasar bodoh, jika kau tidak ingin merasa dalam bahaya duduk saja dan nikmati hiburan di depanmu," ucap Nero yang kembali melemparkan pisau miliknya.
"Kau menyebalkan, aku juga ingin bermain." Lagi Vicente memasang wajah masamnya.
Tidak menghiraukan perkataan Vicente, Nero kembali menyerang hingga akhirnya salah satu mafioso lawannya tersadar akan siapa yang di hadapinya.
"Dia ... dia ... tidak mungkin, apa mereka salah informasi?" Nero mengernyitkan dahinya mendengar perkataan orang itu.
"Tidak, kita tidak salah informasi. Memangnya ada apa? Mengapa wajahmu pucat seperti itu?" jawab teman di sebelahnya.
"Kau tidak ingat? Daftar orang yang harus dihindari jika kau tidak ingin mati secara cuma-cuma." Nero tersenyum kecut mendengar pembicaraan kedua orang itu.
Meski dirinya sedang sibuk menebas musuh-musuhnya, tetapi pendengarannya cukup tajam.
"Memangnya siapa orang itu?"
"Mereka yang harus dihindari adalah Mage si pesulap, Glupyy si bodoh, Wild si liar, Twins Crazier, Black Jack, dan beberapa rentetan nama lagi yang tidak kuketahui. Dan mereka berdua itu adalah Mage dan Glupyy," jawab mafioso itu yang kini berwajah pucat.
"Sial! Kita dijebak, mereka tidak memberikan informasi apa pun tentang lawan kita. Dan mereka hanya menyuruh kita untuk membunuh seorang pemimpin mafia. Dan apa yang kita lawan bukanlah pemimpin mafia Roulette, melainkan ibli–" Pembicaraan mereka tiba-tiba terhenti saat kepala mereka berdua sudah terjatuh ke tanah.
"Itu adalah akibat karena kalian terlalu banyak bicara!" ucap Nero.
"Siapa lagi selanjutnya?" sambut Vicente seraya mencabut pedangnya yang masih tertancap pada tubuh musuhnya.
"Seperti kau masih mampu melawan mereka saja!" ejek Nero.
Secara tiba-tiba terdengar riuh suara derap langkah kaki dari berbagai arah dan memasuki ruangan itu. Lebih dari seratus mafia musuh mengepung Nero, Vicente dan beberapa puluh anak buahnya.
KRETEK
KRETTEK
Suara kokangan senjata dari seluruh sudut ruangan terdengar siap ditembakan. Hampir tidak ada celah untuk anggota Roulette melarikan diri.
"Woo woo woo! Apa kalian sedang membidik monster? Hingga harus ramai-ramai seperti ini?"
"Maaf! Tapi sepertinya ini akhir dari sang legenda Mage dan Glupyy," jawab Mafioso lawan.
Nero hanya terkekeh sembari membetulkan posisi topi fedoranya, begitupun dengan Vicente, sepertinya mereka sudah tidak memiliki rasa takut sedikit pun.
"Mage! Apa kau sudah siap?" tanya Vicente.
"Tanyakan itu pada dirimu sendiri!" desis Nero.
"FIRE!" teriak seorang mafia yang sepertinya salah satu pemimpin para mafia ini.
SREETT
Beberapa detik sebelum mafia-mafia itu menembakan senjatanya, Nero melemparkan pisaunya yang terlilit benang ke arah kubah ballroom yang ternyata sudah dipasangi sebuah pemicu senjata otomatis dan puluhan pisau yang mengarah ke setiap penjuru ruangan hingga lantai atas pada koridor-koridor lantai yang dipenuhi mafia pemberontak itu. Nero menarik benang itu untuk memicu tembakan senjata api dan puluhan pisau melesat dengan setidaknya membunuh setengah pasukan musuh.
DOORR
DOORR
DOORR
DOORR
Gemuruh suara berbagai macam senjata dari kedua belah pihak saling bersautan hingga memekakkan telinga dan memicu adrenalin semua orang yang berada di arena tempur itu. Nero dan Vicente berlari ke arah berlawanan.
Seraya berlari pria bertopi itu menyayatkan pisaunya pada leher seorang musuh di hadapannya lalu membawa tubuh yang bersimbah darah itu untuk dijadikan sebuah tameng hingga ia berhasil mendekati kerumunan musuh, baginya akan sangat mudah melawan musuh dengan ratusan senjata yang mengarah padanya jika dari jarak dekat.
Seketika puluhan musuh dan anggota Roulette terbunuh karena hujan peluru dari segala arah dari senjata yang ditembakan tangan-tangan mafia musuh juga senjata otomatis dan puluhan pisau yang melayang saat dipicu oleh Nero.
Vicente dengan brutal menebas setiap tubuh mafia yang berada di hadapannya. Seorang mafia dengan brutal menembakan sebuah shotgun meski harus mengenai anggotanya sendiri yang ada di hadapannya.
Seketika Vicente meluncur dengan kedua tumitnya yang bertumpu pada lantai lalu menebas tiga pasang kaki saat dirinya meluncur. Gerakan seluncurnya yang mengarah tepat ke hadapan mafia yang menggunakan shotgun itu membuat Vicente dengan mudah menghunuskan pedangnya dari arah bawah, menusuk dagu hingga menembus kepala sang penembak.
Vicente segera bangkit lalu dengan cepat menyerang musuh di hadapannya yang menggenggam AK-47. Sebuah lemparan samurai dilemparkannya ke arah mafia yang berada di belakang pengguna AK-47 yang terlihat akan menarik pemantik granat. Samurai itu menembus jantungnya hingga membuat musuhnya itu gagal menggunakan granat. Vicente yang fokus pada musuh pengguna AK-47 itu dengan cekatan mengelak dari tembakan mafia itu.
BUGHH
Vicente memukul sendi sikut mafia itu, saat tangannya yang menggenggam AK-47 itu lemas, dengan cepat Vicente mengarahkan moncong senjata itu ke arah kepala si pemilik senjata.
DOORR
DOORR
DOORR
Puluhan peluru memecahkan kepala musuh di hadapannya, darah mafia itu pun membasahi pakaian dan wajah Vicente.
Sementara itu Nero dengan beberapa anggota Roulette lainnya berusaha menghabis musuh yang berada di bawah kolong koridor lantai kedua dari ruangan itu agar menghindari hujaman peluru dari segala arah.
BUGHH
Tendangan itu berhasil membuat musuh yang dihadapi Nero terjungkal namun sayang pria di belakangnya dengan cepat mencekik Nero dari arah belakang menggunakan trisep kekarnya.
BUGH
BUGH
BUGH
Beberapa kali Nero memukul tulang rusuk mafia itu dengan menggunakan sikutnya. Saat cekikan pria itu mulai terasa lemah Nero melihat anak buahnya berada di hadapannya dengan MP-5 yang menggantung di pundaknya.
"Oger! Tembak!" teriak Nero.
Tanpa merasa takut ketuanya tertembak, anak buah Nero langsung menembakkan puluhan peluru ke arah musuh yang menjulang tinggi besar dan sedang mencekik Nero.
Beberapa detik saat senjata itu ditembakkan Nero melakukan backflip melompati mafia yang masih mencekiknya itu hingga dirinya kini berada di belakang tubuh pria itu.
DOORR
DOORR
Perut tubuh pria tinggi besar itu kini sudah dipastikan penuh dengan puluhan peluru tajam.
"Hiiaaattt!" teriak seorang musuh lain yang mencoba menusuk Nero dengan sebuah belati.
Nero menghindar dengan cepat, dia memutar tubuhnya setengah putaran ke kiri hingga akhirnya belati itu menancap di punggung pria yang sempat mencekiknya yang terlihat baru saja akan jatuh ke lantai.
Saat belati itu salah menikam musuh, Nero mengeluarkan sebuah pisau dari tangannya dan langsung menancapkannya pada kepala musuh pengguna belati itu, tepatnya menusuk lubang telinga mafia itu.
Pertarungan masih terus berlanjut hingga sore hari yang hanya tinggal menyisakan beberapa puluh pasukan Roulette dan mafioso musuh. Tidak ada hentinya serangan terus berdatangan dari segala penjuru arah.
"Terlalu banyak mayat," desis Nero yang kini mau tidak mau menginjak beberapa mayat sambil melawan.
"Glupyy, kumpulkan para mayat ini menjadi satu tempat. Aku tidak bisa melangkah bebas jika banyak mayat yang harus kuinjak," pinta Nero pada Vicente.
"Haaa ... baiklah," jawab Vicente malas.
"Ahh ... aku lapar." lanjut Vicente yang memasukan samurainya kembali ke dalam sarungnya lalu mengaitkannya di pinggang.
"Pedro, buatkan makan malam," teriak Nero pada anak buahnya yang seorang cheff.
"Baik, tetapi jangan sampai peluru-peluru itu memasuki bagian dapur," jawab Pedro sambil berlalu.
Vicente dengan santainya mengangkat mayat-mayat yang sudah terbujur kaku di lantai dengan tangannya lalu melemparkannya ke tengah ruangan. Tanpa memikirkan musuhnya, saat satu tembakan lolos dari pandangan Nero dan menuju Vicente. Dengan santainya Vicente mengangkat tinggi mayat itu sambil memperhatikan wajah mayat itu. Dan peluru itu pun langsung menembus tubuh mayat yang diangkat Vicente.
"Dia itu bodoh, tetapi selalu beruntung," gerutu Nero saat melihat wajah Vicente yang tertawa melihat wajah-wajah lawannya yang sudah menjadi mayat.
Dilihat Nero, jumlah musuh yang sudah semakin sedikit dan hanya menyisakan sekitar 10 orang.
"Akhirnya aku bisa santai setelah ini," gumam Nero sambil merenggangkan otot-otot tangannya yang sudah terasa kebas.
Dorr
Doorrr
Dorr
Hening, tanpa disadari Nero ia tertembak di tubuhnya begitu saja. Vicente yang melihat itu tertawa terbahak-bahak.
"Bwhahahaha ... lihatlah, kau tertembak! Itu sangat lucu. Hahahah." Tidak ada yang bersuara, hanya Vicente yang terdengar semakin terbahak-bahak.
Bruuughh
Tubuh Nero terjatuh ke lantai dengan keras. Vicente semakin tertawa melihatnya, sedangkan para mafioso Roulette maupun lawan tidak mengerti mengapa Vicente tertawa, bukan berlari lalu mengkhawatirkan temannya.
"Mage, kau sangat lucu saat tertembak seperti itu aku akan mengatakan pada Felica jika kau mati tertembak. Hahahaha." Vicente jatuh terduduk di tumpukan mayat sambil masih tertawa.
"Apa dia gila? Temannya sudah kita bunuh, tetapi ia hanya tertawa," ucap salah satu mafioso lawan.
"Hei, jangan mengatakan itu. Nero akan marah jika ada yang mengatakan ia sudah mati," protes Vicente, dan mereka hanya menodongkan pistol mereka pada Vicente.
"Dia memang sudah mati," jawab salah satu mafioso lawan sambil menatap tajam Vicente.
"Huft ... aku tidak mau tahu jika ia marah," jawab Vicente sambil mengangkat bahu.
"Cih ...," decih Nero, semua mata kini tertuju padanya.
Nero bangkit dan langsung berdiri tegap. Semua mata terkejut melihat Nero yang bangkit setelah tertembak cukup banyak kecuali Vicente.
"Cuh." Dimuntahkannya beberapa peluru dari mulutnya.
"Ahh ... ini lebih baik," kata Nero sambil kembali merentangkan kedua tangannya.
"Sial! Bagaimana bisa?!" umpat salah satu mafioso lawan.
"Dia ... iblis," gumam salah satu dari mereka.
"Sebaiknya kita pergi dari sini!" ucap seorang mafioso yang lain.
"Hahaha sudah kubilang! Jangan pernah menyebut pria itu mati!" ucap Vicente.
"Pergi?" dengkus Nero sembari berjalan santai menuju sisa mafioso yang ada di hadapannya. Nampak jelas sisa mafia itu sangat ketakutan, kaki mereka menyeret lantai mundur menjauh beberapa langkah.
"Aku tidak ingin mati!" teriak seorang mafioso seraya berlari menyelamatkan nyawanya.
"Biarkan saja! Jangan mengejarnya!" teriak Vicente saat melihat anak buahnya akan mengejar mafioso yang melarikan diri itu.
"Kau masih ingin bertingkah sombong rupanya!" rutuk Nero pada Vicente.
"Tidak, tapi aku hanya ingin menguji keakuratan senjata kecilku ini!" ucap Vicente seraya memoles sebuah pistol bactail dengan selembar kain.
Dua orang terlihat melarikan diri di hadapan Vicente. Mereka mencoba lari ke arah gerbang utama yang dapat dilihat cukup jelas dari posisi Vicente saat ini karena hanya terhalang oleh sebuah jendela.
"Run pussy! Run!" desis Vicente dengan sebelah tangan yang mencoba mengunci target.
DOORR
Sebuah peluru melesat cepat hingga jika dilihat dengan gerak lambat mengikuti gerakan peluru itu dapat dilihat sebuah peluru yang berhasil membunuh seekor lalat yang mengkrubuti mayat-mayat yang tergeletak di lantai sebelum peluru itu menembus sebuah kaca jendela dan berhasil menembus tengkuk mafioso yang sedang berlari. Sayang satu orang mafioso berhasil lolos dari tembakan Vicente karena mafioso itu hanya terkena goresan peluru milik Vicente pada lehernya hingga membuat darahnya bercucuran.
"Hahahaha, nampaknya seekor tikus berhasil lolos! Kau bodoh sekali!" dengkus Nero.
"Ya, tapi kau tidak akan bisa menembak satu orang pun dengan jarak sejauh 40 meter dengan posisiku seperti ini!" jawab Vicente dengan percaya diri.
"Cih! Sombong sekali mulutmu itu!" tukas Nero kesal.
"Mage! Glupyy! Apa yang akan kalian lakukan dengan sisanya?" tanya seorang anak buah Roulette.
"Oh ya, aku hampir lupa, sepertinya aku sudah bosan dengan mereka! Bagaimana denganmu, Glupyy?" tanya Mage sembari membersihkan wajahnya dengan selembar kain.
"Ya, aku sudah tidak berselera dengan mereka."
Mage menjentikkan jarinya di ujung kalimat yang diucapkan oleh Vicente.
Suara jentikan jari itu langsung disambut oleh derap langkah anak buahnya yang mengepung ke 8 mafioso yang tersisa, mereka membuat sebuah barikade di hadapan 8 orang yang sudah tidak bersenjata itu.
CEKREK
CEKREK
Wajah-wajah yang penuh dengan ketakutan tergambar jelas di wajah Mereka saat kokangan berbagai jenis senjata di arahkan pada mereka.
"Silakan berpesta!" ucap Mage.
"Jangan lupa untuk membakar semua sampahnya!" Sambar Glupyy dan mereka berdua langsung berlalu meninggalkan anak buahnya.
DOORR
DOORR
DOORR
Hujaman ratusan peluru mengoyak tubuh para mafioso musuh tanpa perlawanan. Semuanya mati dengan sangat mengenaskan dari tembakan brutal yang ditembakan dengan keji ditemani dengan gelak tawa para algojo itu.