Piya akhirnya bisa mengingat Zay kembali, pria ini yang telah mengambil koin emas miliknya. Entah mengapa, Piya tak bisa marah, harusnya Piya kesal karena pria ini menggunakan hipnotis untuk mengambil benda berharga miliknya.
Piya menguatkan emosinya, ia tak ingin terpengaruh lagi. Zay tertawa ramah. Dia mengerti kekhawatiran Piya. "Aku tak akan menghipnotismu lagi!"
"Hmm. Aku ingin mengembalikan uang milikmu". Kata Piya, ia dapat merasakan aura baik pria itu. Zay tertawa, "Uang itu bukan milikku...itu uang nona Piya sendiri, harga koin itu 20 kali lipat dari nominal yang anda terima!" Piya terkejut, "Benarkah!" Piya tak percaya. " Tentu saja!" Zay tertawa. "Aku tak bisa membeli apa-apa dengan uang sebanyak itu". Piya melipat kedua tangannya ke dada. Zay terbahak, Piya berkata yang sebaliknya. "Aku tak menginginkan uang itu!" Kata Piya. Uang itu bukan berasal dari jerih payahnya. Piya tidak memerlukan uang sebanyak itu untuk hidupnya. Lagi pula siapa yang mau membeli koin emas senilai itu. "Banyak orang yang menginginkan uang sebanyak itu, mereka bahkan rela mati karenanya!" Zay membaca pikirannya. Pria ini memang Super. Zay menatap lurus ke depan, seolah sedang menerawang, lalu meneruskan kalimatnya, "Saya tak bisa mengembalikan koin itu, benda itu berbahaya, nyawamu bisa terancam. Banyak orang yang ingin memiliki uang koin itu, benda itu adalah kunci rahasia ke harta Karun yang sebenarnya!" Zay membuka rahasia. Piya terhenyak. "Nona Piya, anda sekarang tidak aman. Mohon maaf, selama ini saya terpaksa membuat penjagaan dan pengawalan yang ketat terhadap keluarga anda tanpa anda sadari!"
"Apa!!" Piya terbelalak. Dia tak bisa percaya.
Zay mengambil remote tv. Layar CCTV memaparkan lokasi sekitar rumahnya. "Ini kawasan rumah anda, lihat beberapa mobil hitam yang di parkir itu, mereka semua mengintai anda!" Piya terhenyak. Ia tak mengenal mereka, keluarganya dalam bahaya. Apa yang harus dilakukannya!
Piya menatap Zay. "Jangan khawatir, kami akan menjaga keluargamu!" Piya menarik nafas berat. Sungguh ia tak menyangka bakal mengharapkan bantuan orang lain untuk keselamatan keluarganya. Ketika jadi polisi dulu, dia tak pernah merasa khawatir seperti sekarang. Piya teringat Fatma dan keluarganya.
Zay mengerti. "Seluruh keluargamu sudah kami amankan termasuk keluarga sahabatmu!" Piya bingung. Siapa sebenarnya Zay. Mengapa dia bisa memiliki banyak pasukan rahasia?!
Ponselnya berdering, Piya mengangkatnya. Wajahnya berubah pucat. "Ayahku kecelakaan!"
Zay menelpon seseorang. "Maaf kami sedikit lengah! Ayah dan ibumu sudah di rumah sakit dan mendapatkan pengawalan dari kami!" Piya jatuh lemas.
"Nona Piya, anda sekeluarga harus pindah dari rumah itu!"
....
Rasti tak percaya dengan pendengarannya. Piya menyerahkan rumahnya ke Rasti untuk di tempati selama yang diinginkannya.
"Saya bersama ayah, ibu dan kakek mau pindah ke luar negeri!"
"Apa maksudmu? Kamu pikir kami miskin?!" Tante Rasti tersinggung.
'Maaf Tante, tadi Piya cuma menawarkan kalau saja Tante, om dan Delima bersedia. Seandainya tidak, tempat itu akan saya serahkan ke om Jaya". Jaya adalah adik tiri Rasti dan Rinda. Ayah mereka menikah lagi dengan seorang janda anak satu.
"Jangan...jangan...keenakan si Jaya tinggal di tempatmu...Tante tak rela. Biar tante saja yang tinggal di sana....mana kuncinya.". Tante Rasti tidak pernah menyukai adik tirinya itu. Piya menyerahkan kunci rumahnya.
Rasti memang tersinggung, tetapi sebenarnya dia tidak keberatan menempati rumah milik Piya. Daripada ditempati oleh adik tirinya itu, Rasti tak pernah rela, Jaka hidup nyaman di rumah Piya. Ibu tirinya itu telah membuat ibu kandungnya menderita, hingga jatuh miskin karena ditinggal ayahnya kawin lagi.
Piya pindah ke rumah barunya. Piya tercengang. Tempat itu terlalu mewah dikatakan sebuah rumah. Rumah ini terlalu besar dan mewah untuk ditempati mereka bertiga. Piya dan orang tuanya terpukau. Ini Istana!!.
Utusan Mr. Wang mendatangi rumah Piya, tetapi yang membuka pintu adalah seorang Jenderal Polisi. Tentu saja mereka terkejut bukan kepalang. Mereka berpura-pura salah alamat. Berita Piya pindah ke luar negeri meresahkan Mr. Wang. Dia sudang mencurigai kalau acara lelang di kapal pesiar yang di batalkan itu adalah akal-akalan Mr Ryozo untuk menguasai koin emas berharga milik Piya. Mereka pasti sudah membelinya dari Piya, karena itulah Piya pindah ke luar negeri. Belum di ketahui dia pergi ke negeri apa.
Para mata-mata yang di kirimnya untuk mengintai Piya, mengatakan kalau Piya dan keluarganya naik sebuah jet pribadi ke luar negeri. "Nona Piya sudah kaya bos sekarang dia berani meyewa jet pribadi untuk jalan-jalan keluarganya ke Timur Tengah", lapor mata-mata itu asal. Dia menyerahkan setumpuk foto-foto Piya ketika akan naik pesawat.
Sesungguhnya mata-mata yang direkrutnya itu adalah anak buah Zay. Dia memberi informasi palsu ke Mr. Wang.
Piya memang ke bandara naik jet pribadi itu, bukan untuk terbang, tetapi untuk memberi kepuasan kepada Mr. Wang yang terus menerus berusaha menghubungi Piya dan mata-matanya juga berupaya mencari informasi tentangnya dan koin emas itu.
Setelah mengambil foto+foto Piya di sekitar pesawat jet itu, mara-mata palsu itu mengirimkan foto-foto itu ke Mr Wang. Piya dan keluarganya bergerak naik speed board menuju sebuah pulau tempat tinggal mereka untuk sementara waktu.
Secara perlahan mata-mata Mr. Wang menarik diri dari rumah Piya. Percuma menunggu Piya di sana, rencana mereka menculik Piya gagal.
Tetapi Mr. Wang memiliki rencana lain untuk menarik Piya kembali. Piya pasti punya kelemahan.
...
"Piya beneran kita pindah ke rumah ini, rumah ini besar banget. gimana ibu membersihkan rumah sebesar ini ya?!"
Piya tertawa. "Bu..kita kan sekarang orang kaya, jangan mikirin bersih-bersih!" kata ayah Piya yang duduk di kursi roda. Kakinya patah akibat kecelakaan mobil tempo hari.
Sepertinya seseorang sengaja merusak rem mobilnya, untuk yang di tabraknya tiang listrik. Mobil ayah Piya yang di pakai untuk Ojol remuk, kacanya pecah-pecah. Ayahnya selamat. "Kok kepala ayah ga benjol ya, kayak pejabat itu tuh...kakinya aja kejepit jok jadi patah". Ibu Piya memeriksa kepala suaminya ketika tiba di rumah sakit. "Ibu apaan sih! senang ya kalau ayah hilang ingatan!" Rodin ayah Piya kesal.
"Ngga gitu...cuman heran ajah!" jawab ibu Piya saat itu. Para pengawal yang di kirim Zay tertawa. Ibu Piya memang unik.
"Kakek ogah tinggal di sini!" kata kakek tiba-tiba. Mereka semua terkejut mendengarnya. Kakek jarang bersuara. Kalau kali ini bicara, ajaib banget jadinya, "Kenapa kek!" Piya duduk di samping kursi roda kakeknya.
"Tempat ini sepi! Aku ga punya teman!" Ooh itu alasannya. Piya tertawa. "Nanti Piya bawa kakek Ba nemani kakek main catur gimana?" Kakek Piya langsung ceria. Rumah ini terlalu besar untuk mereka berempat, selain 5 orang pembantu dan para pengawal dan tukang kebun. Sebenarnya pulau ini lebih cocok dijadikan penjara atau rumah sakit jiwa seperti punya Fatma.
.....
Ryozo memimpin rapat perusahaan mengevaluasi kinerja pegawai selama ini. Dia akan mengurangi jumlah personil di setiap divisi yang tidak produktif.
Nona Merci ketar-ketir, selama ini dia dan Mr Renaldy berselisih paham, Nona Merci di non-jobkan oleh Mr. Renaldy. Nasibnya di ujung tanduk.
.....
Fatma kebingungan, tiba-tiba saja Piya pindah rumah tanpa bilang-bilang. Dengan lesu dia meninggalkan rumah Piya, pulang ke rumah. Sesampainya di rumah dia terkejut. Pintu rumahnya di bobol orang. Pintu pagar dan pintu rumah terbuka lebar. Dia tak berani masuk rumah, dia kembali masuk mobil keluar halaman rumahnya. Ia takut para penjahat itu masih di dalam rumah. Segera dia menghubungi polisi. Suaminya datang bersamaan dengan polisi.
.....
Zay dihubungi anak buahnya. "Mereka sepertinya marah, karena tidak berhasil menemukan Piya".
"Kamu sudah tahu siapa mereka?"
"Masih belum jelas, yang pasti bukan kelompok Mr. Wang!" Jelas anak buahnya.
Agaknya mereka hanya ingin menunjukkan keberadaan diri mereka saja. Kecelakaan ayah Piya dan perampokan di rumah Fatma, hanya untuk membuat Ryozo dan Zay panik. Mereka mrnginginkan Ryozo muncul ke permukaan.