Piya membuka pintu kamar bersamaan saat Fatma dan Arman keluar dari kamarnya. Sudah berpakaian rapi siap bekerja. " Aha! Kalian berdua sudah sembuh?" sapa Fatma menggoda. "Maksudmu?" Piya bingung. Dia tersinggung. Dia tidak sakit, sehat wal affiat. Tak kurang suatu apa. Fatma tertawa gelak. Piya masuk jebakannya "Bukankah tadi malam kalian nampak tidak normal, Salam seperti orang sakau, dan kamu seperti wanita tiiiiit", Fatma tertawa gelak.
"Tadi malam kalian ngapain aja", bisiknya menggoda. Wajah Piya memerah, tapi bibirnya cemberut. Fatma sudah kelewatan. "Kalian pasangan serasi dan terlihat normal!" Fatma kembali menggoda, matanya mengerling nakal pada Piya. Piya tidak mempedulikan godaan Fatma. Dia malah menggandeng tangan Ryozo dengan mesra. Ryozo melakukan hal yang sama. Dia memeluk pinggang Piya dan memberinya ciuman di pipi mesra. Fatma dan Arman jadi salah tingkah. "Oi sadar...ini rumahku...mau mesra di rumahmu sendiri sana!" Fatma kuwalahan atas sikap mesra mereka berdua. Piya dan Ryozo tertawa. Mereka berhasil membalas Fatma. "Makanya...jangan menggoda kami!" jawab Piya sambil tertawa. Pasangan ini tidak melepaskan pelukan mesra mereka. Fatma memeluk Arman. Dia panas rupanya.
Salam menghentikan langkahnya di ruang keluarga. Matanya menatap sebuah guci besar antik milik Fatma. Piya memegang tangan Ryozo kuat-kuat. Menarik mundur Ryozo beberapa langkah ke belakang. Piya takut Ryozo mengulang tindakannya seperti beberapa waktu lalu. Fatma tersadar. Dia maju melangkah memeluk guci kesayangannya warisan ayahnya. MemeIuk guci itu, menjaganya dari amukan Ryozo. Arman bersiap siaga, takut Ryozo menghancurkannya.
Ryozo tertawa terbahak-bahak. Wajah Fatma memerah. Dia tadi seperti anak kecil yang takut mainannya di ambil. Piya menatap Ryozo, "kamu tidak akan memecahkannya kan?" tanyanya ragu. "Aku tak mungkin membunuh ibuku!" Ryozo tertawa. Dia mendekati guci tersebut dan membelainya dengan lembut. Piya menarik nafas lega. Piya menemukan Ya Lam alias Ryozo sedang tertidur di sebuah guci besar yang tergelatak di tanah hitam di dalam sebuah goa. Ryozo lahir dari sebuah guci. Jadi wajar kalau tadi dia bilang kalau guci itu ibu kandungnya.
Piya meraba Guci milik Fatma. "Kamu dapat dari mana benda ini?" Tanya Piya heran. Guci ini mirip dengan guci yang berada di goa. Guci seperti kembar dengan guci ibunya Ryozo. "Hei kenapa kamu baru tanya sekarang bukankah kamu sudah tahu guci itu sejak lama di rumah ini", Kata Fatma, dia mendorong badan Piya dan Ryozo dari guci wasiat warisan moyangnya. "Benda ini sangat mirip dengan guci di goa itu. Malah seperti kembar!" kata Piya, Ryozo mengangguk mengiyakan. "Ini warisan kakek buyut dari bapakku!" Jelas Fatma. "Dimana guci yang kamu maksud?" Fatma penasaran. "Sudah pecah. Ketika Ya Lam lahir"Jawab Piya cuek. Fatma kecewa.
Mereka duduk berkumpul di ruang tamu. Fatma penasaran dengan guci kembar miliknya. Ryozo duduk tangan kanannya memeluk bahu Piya. Pasangan tidak malu menunjukkan kemesraan mereka. Ruang tamu itu serasa hangat dengan cinta mereka yang mulai tumbuh dengan cepat.
"Kakek buyutku dulu seorang pedagang antar negara. Dia berdagang rotan, damar, pala, merica hingga ke negeri China. Pulangngya dia membawa keramik yang pesanan para bangsawan dan orang kaya di Kalimantan dan Sumatera. Menurut cerita kakekku dulu. Guci keramik tadi sebenarnya sepasang. Tetapi di kirim secara terpisah dengan kapal yang berbeda. Salah satu kapal yang membawa pasangan guci keramik itu tenggelam karena kapal mereka di rampok oleh perompak dari Philipina, mungkin jadi guci keramik yang menjadi tempat tidur Ryozo adalah pasangannya". Cerita Fatma cukup masuk akal juga. Wallahualam.
Piya dan Ryozo bertemu dengan Delima di halaman rumah. Delima datang menjemput ibunya. Piya menyambut Delima dengan senyum. Tetapi Delima menyambut senyuman Piya dengan wajah masam. Memandang cemburu mereka. Bagaimana tidak? Ryozo tidak melepaskan tangannya memeluk pinggang Piya. Mereka berdua masuk langsung naik keatas dengan buru-buru. Sementara Delima melihat mereka berdua dengan hati sakit. Di taman belakang ibu Piya akhirnya mengakui telah menikahkan Ryozo dan Piya ketika di Jepang. Delima terpukul mendengarnya. Hatinya sungguh sakit. Ibunya Rasti memegang tangan Delima yang dingin di bawah meja. Dia mengerti perasaan Delima. Mereka akhirnya menerima keadaan ini dengan hati lapang. Di rumahnya Rasti menenangkan putrinya yang tak kuasa menahan kesedihannya. Ayahnya memberikan motivasi agar Delima fokus dengan kuliahnya yang tak kunjung selesai itu
***
Di dalam kamar, sepasang pengantin baru ini tidak bisa menahan diri lagi. Lima hari terpisah membuat mereka kerinduan di hatinya tak tertahan lagi. Ryozo merobek gaun yang di kenakan Piya. Menariknya ke tempat tidur. Dalam sekejap tubuh mereka menyatu hingga dalam. Mereka bernafas dalam kenikmatan dalam penyatuan hati, jiwa, dua raga dalam cinta dan kepemilikan.
Begitulah dua anak manusia dua dari jaman yang berbeda telah memenuhi takdir mereka atas sebuah janji tulus tiga sahabat dari negara yang berbeda.
Ryozo menatap Piya dalam. "Aku tak bisa lama bersamamu, aku harus pulang!" Piya terkejut menatap suaminya. Ryozo berbicara seperti orang tak sadar. "Piya apa kamu hidup abadi bersamaku? atau hidup dalam ke fanaan?"
"Aku tak mengeri maksudmu?"
"Kamu bisa ikut denganku pulang ke negeri angin, tetapi ketika kita kembali, orang-orang yang kita sayangi sudah tidak tak ada atau bahkan mereka sudah tua atau berubah renta. Sementara kita tetap muda! bila kamu tidak ingin meninggalkan mereka semua, aku tetap serperti ini tak pernah tua, hanya saja mungkin..mungkin ...ada cara lain...akan ku cari jalannya, kita tak mungkin meninggalkan Ryana tanpa kita".
Piya tak paham maksud Ryozo. Dia menganggap Ryozo mungkin kesurupan, hingga bicara tak masuk akal. Malam berubah dingin. Kegelapan karena ketiadaan cahaya. Piya mencoba mencari Ryozo, dia baru saja berbicara hal-hal yang tak masuk akal kepadanya. Tetapi dimana Ryozo, suaminya. Dimana Ya Lam. Kenapa dia menghilang?
"RYOZO!!!
Ibu Piya melompat dari tempat tidurnya. Piya sudah sadar. Dia sudah bangun dari mimpi panjangnya.
Piya membuka mata. Ada ibu dan ayahnya, Delima dan orang tuanya, Fatma dan suaminya. Ryozo?
Pertanyaan pertama keluar dari mulutnya, dia mencari Ya Lam.
"Bu...mana Ya Lam?"
"Ya Lam? Ya Lam siapa? Ibu Piya kebingungan, yang lain juga.
"Piya kamu tak sadarkan diri selama 3 Minggu, kami menemukanmu hampir terkubur dalam sebuah gua di hutan.
Piya kebingungan. Apa yang terjadi sebenarnya? Piya merasa pikirannya kosong. Fatma memeluk Piya. Sahabatnya ini akhirnya kembali. Keasadarannya sudah kembali
***
Di negeri atas angin. Ryoxo memandang lurus ke bawah memandang Piya. Dia terpaksa mengembalikan kesadaran semua orang yang pernah fi temuinya selama tinggal di daratan bumi. Tetapi ia tak mampu menghapus memori Piya tentang dirinya.
Tangan mungil Ryana memegang tangan ayahnya. "Ryana kangen ibu! Kapan kita bisa bertemu lagi dengannya ayah?"
Ryana putri mungilnya dari Piya sudah berumur 1 tahun, tapi dia sudah pandai bicara. ucapannya jelas. "Segera! Kita segera bertemu dengannya!"