Tải xuống ứng dụng
39.53% Guci Wasiat / Chapter 17: Ryozo Pulang Kampung

Chương 17: Ryozo Pulang Kampung

Piya melepaskan pelukannya ke Salam. Ia tak ingin hanyut ke dalam perasaan tak menentu. "Mandilah. Kita bicarakan ini dengan ayah ibu dan kakek, setelah makan malam", kata Piya bijak. Aneh. Piya tak pernah selembut ini. Piya berdiri menepuk bahu Ryozo. Ia sudah kembali normal. Dari jendela kamarnya ia melihat Delima menjalankan mobil meninggalkan rumahnya.

Entahlah, Piya tidak mengerti dengan Delima. Gadis itu sekarang jadi aneh. Datang dan pergi begitu saja. Piya memang tidak sensitif. Jangankan memahami perasaan Delima. Perasaannya sendiri saja dua tidak paham. Kenapa jantungnya berdegup kencang saat berpelukan dengan Ryozo tadi.

Piya bukan hanya mengumpulkan anggota keluarga di rumah, dia juga meminta Fatma dan Arman datang makan malam bersama di rumahnya. "Buatkan Salam paspor, kita temani dia ke Jepang, pulang kampung", Fatma terkejut. Piya sok sokan gitu sekarang. Sudah jadi orang kaya sih dia. Pergi ke luar negeri main dadakan gini. Fatma menggerutu dalam hati senang campur kesal. Tapi ia memenuhi undangan Piya juga, makan malam di rumah Piya.

Delima menemukan orang tuanya di ruang tamu dengan wajah gelisah, mereka baru tiba dari luar negeri. "Dari mana saja? Kok baru pulang, kami lho udah datang dari sore, hp mu g aktif?" ibunya sedikit mengomel, Delima memeluk ibunya dengan wajah sedih lalu menangis. "Lho kok nangis, ibu g marah kok, cup...cup ...ibu minta maaf ya...!" Rasti ibunya bingung. Ia mengira Delima nangis karena di marahinya. "Ibu tadi bingung, kenapa ga ada di rumah, bukankah kamu sudah tidak ada kuliah lagi? ibu cuma cemas kok. Tangis Delima mereda. Sebenarnya dia menangis karena omelan ibunya tetapi karena ia memergoki Piya yang berpelukan dengan Salam. "Ibu bawa hadiah bagus untukmu", Rasti memberikan paper bag Caron Poivre, parfum kesukaan Delima. "Sudah jangan nangis lagi...ibu beli parfum mahal ini jauh-jauh dari Hongkong!" bujuk ibunya, ayah Delima tak mau kalah dia juga membelikan tas cantik Chanel untuknya. Delima menerima kedua hadiah itu, rasa sedihnya sedikit terobati. "Dari mana tadi?" tanya ayahnya lembut. Delima meski sudah dewasa gitu tetap diperlakukan dengan manja dan lembut. Beda ibu Piya, dia mendidik nya dengan keras seperti tentara. Padahal yang jadi Polisi ayah Delima, tidak segalak ibu Piya.

"Ima tadi...dari rumah bibi". jawab Delima tanpa semangat. "Oohh Bagaimana kabar bibimu?" Rasti sudah lama tidak bertemu adiknya itu, dia memang ingin bercerita pengalamannya keliling Asia. "Bibi sudah pindah rumah". Rasti tersenyum. "Bibimu kan suka gitu...g pernah betah di satu tempat, tiap tahun pindah". Delima meletakkan kepalanya di pundak ibunya. "Rumah bibi baru besar dan mewah". Rasti melompat dari kursi, "Apa!" ia tak percaya. "Besar mana dari rumah kita?" tanyanya penasaran. "Lebih besar. Rumahnya tingkat dua, punya 6 kamar, ada taman di belakang dan kolam renang besar!" Delima sakit hati, Piya lebih beruntung dari pada dirinya. Salam ganteng kaya raya. "Masa sih?" Ibunya masih tak percaya, ia sedikit tidak suka. Bagaimana mungkin adiknya bisa kaya mendadak begitu. Ia tak suka adiknya menyainginya. Sifatnya benar-benar menurun ke anaknya.

Rasti menolak percaya sebelum datang melihat langsung rumah adiknya. Apa benar merka bisa kaya, kaya dari mana? Rodin bukan keturunan orang kaya. Dia tidak punya harta warisan dari orang tuanya. Jadi bagaImana bisa?.

Rapat khusus di rumah Piya sudah berakhir. Fatma membacakan daftar nama yang ikut tour keliling Jepang.

"Saya, Piya, Mas Arman, Ryozo, Ibu, bapak, kakek Subandi, kakek Basuki, Jaya, Saskia, Santi!".

Santi terkejut, namanya di sertakan juga. Gadis itu menangis sesugukan di sudut ruang makan. Piya menepuk pundaknya, lalu memberinya air putih agar ia tenang. Santi asisten setia Piya, dia satu-satunya orang luar yang tahu rahasia Salam. Dia sudah membuat surat pernyataan tidak membocorkan rahasia keluarga itu. Piya memberinya hadiah sebagai imbalannya rumah kecil, sepeda motor terbaru dan gaji besar. Hadiah rumah dan motor itu bisa di ambil kembali kalau dia berani membocorkan rahasia Salam.

Piya membayar detektif seorang polisi Jepang untuk menyelidiki riwayat hidup Ryozo dan nasib keluarganya di Nagasaki. Laporannya akan mereka satu minggu lagi.

Dua hari kemudian Rasti dan Delima datang ke rumah Piya, tetapi rumah itu kosong. Tidak ada orangnya. "Pasti mereka pindah lagi!" kata Rasti asal menduga. Seorang sekurity datang mendekat." Maaf bu penghuninya sedang ke luar negeri", katanya memberitahu Rasti dan Delima. "Keluar negeri? kemana ya? tanya Rasti heran. " Kurang tahu bu. Dengar-dengar mereka tour ke Jepang", kata Sekurity itu lagi. "Ke Jepang!" kata Rasti dan Delima bersamaan. "Mohon maaf, ini rumah siapa ya!" Rasti penasaran. "Rumah bu Zulpiya, bu!" Sekurity itu berlalu. . Hujan turun dengan deras Rasti dan Delima cepat-ceoat masuk mobil. Rasa penasaran di hati mereka belum juga sirna.

Rasti kemudian meminta suaminya menyelidiki Piya. Darimana sumber kekayaan Piya. Jangan-jangan Piya dapat sogokan dari gembong narkoba.

Malamnya, suaminya menyerahkan berkas Piya. Hasilnya Piya bersih. Tidak ada aliran uang besar dari rekening Piya, demikian juga rrkening ibu dan bpaknya. Bersih. Piya sudah masuk penyelidikan sebelumnya. Rumah dan 2 mobil miliknya adalah milik dr Fatma. Piya hanya mendapat hak guna pakai atas rumah dan mobil itu selama ia perlukan saja.

Rasti menarik nafas lega. Mereka tidak sungguh-sungguh kaya. Tapi mereka beruntung. Punya rumah dan mobil mewah tanpa kerja keras. Apalagi sekarang satu keluarga tour ke Jepang. Enak banget. Rasti sungguh iri. Niatnya memanas-manasi adiknya dengan cerita luar negeri jadi kandas.

Rasti mendengar dari Delima, adik Fatma sangat ganteng. Delima suka dengannya. Sayangnya, dia sudah dekat dengan Piya. Padahal Piya umurnya jauh lebih tua dari Salam. Kata Delima tak senang hati.

Di Jepang, rombongan tour itu sedang bersenang - senang menikmati bunga Sakura yang gerguguran.

Detektif swasta (partikelir) yang disewa Piya bekerja sangat efektif, Piya dan Salam tidak terlalu kesulitan melakukan pencarian keluarga Ryozo, meskipun keluarganya itu tidak pernah ditemui selama puluhan tahun. Para detektif itu dapat melacak keberadaan mereka dalam hitungan hari.

Orang tua Ryozo, tuan Tachibana meninggal tahun 1965 di Kyoto, mereka selamat dari bom atom yang dijatuhkan Amerika tahun 1945. Keluarga itu keluar dari kota Nagasaki ke daerah yang aman. Pada waktu pemerintah Jepang sebelum perang Pasifik telah membangun di beberapa tempat untuk perlindungan dari serangan udara, bahkan pemerintah pada saat itu membangun fasilitas pertahanan, sehingga keluarga Tachibana dari bom nuklir yang mengerikan itu, penggunaan senjata nuklir masa perang  merupakan untuk pertama dan terakhir kalinya dalam sejarah dunia. Kedua adik Ryozo, Riye dan Riyeko. masih hidup dan tinggal Osaka. Ini penemuan yang sangat fantastis. Ryozo bersyukur akhirnya dia dapat bertemu keluarganya kembali.

Rombongan besar itu kemudian bergerak ke Osaka.

Osaka adalah kota berpenduduk terbesar nomor dua di Jepang. dengan jumlah penduduk 18 juta jiwa. Menemukan seseorang di kota metropolitan sebesar itu bukanlah pekerjaan yang mudah. Ada banyak nama keluarga yanh sama, tetapi tuan Akira bukanlah seorang detektif yang kecil, dia adalah pemilik agen detektif besar yang memiliki agen sebanyak 300 orang dengan berbagai keahlian. Piya tidak membayar tuan Akira berupa uang tunai. Piya hanya membayarnya dengan koin kuno dari Spanyol dan satu batang emas. Dua barang berharga itu bernilai lebih dari 4 milyar Rupiah. Pria itu sangat senang, karena sebenarnya pembayaran jasanya hanya bernilai 1 milyar. Tapi Piya dan Salam sangat berterima kasih atas kerja kerasnya yang luar biasa itu.

Tuan Akira menyiapkan pertemuan keluarga itu di InterContinental Hotel Osaka, acara pertemuan keluarga di hotel mewah itu bagian dari pelayanan agensi milik tuan Akira.

Riye dan Riyeko, dua adik perempuan Ryozo, tidak menyangka dapat bertemu lagi dengan kakak mereka, yang pernah di kirim ke luar negeri. Mereka mendapat kabar dari pemerintah bahwa kakaknya di berangkatkan ke Rusia, lalu di kirim lagi ke Jawa. Setelah itu mereka tidak mengetahui lagi kabarnya. Riye dan Riyeko, membawa album keluarga dan jam tangan milik Ryozo. Hanya itu harta berharga yang merrka punya. Dua benda itu selalu mereka bawa ketika mengungsi dari kota ke kota lainnya. Orang tua mereka kemudian memasukkan mereka berdua di sekolah berasrama, kemudian Riye menikah dengan seorang guru, memiliki seorang putra dengan 2 orang cucu, 1 orang cucu buyut. Sementara Riyeko menikah dengan seorang petani, dia meniliki 3 orang anak, 6 orang cucu, dan 2 orang buyut.

Seluruh keluarga itu berkumpul di ruang pertemuan yang mewah. Mereka semua berdebar-debar menunggu kedatangan keluarga Ryozo dari Indonesia. Hanya saja mereka terkejut luar biasa, karena ternyata Ryozo tidak seperti mereka kira.

Ruang pertemuan itu sangat ramai oleh anak-anak yang berlarian kesana kemari, mereka adalah cucu buyut dari Riye dan Riyeko.

Mereka berhenti rombongan keluarga dari Indonesia datang. Tuan Akira mengenalkan Ryozo dan Riyeko. Kedua adik Ryozo nampak sehat. Kedua kaki mereka masih mampu berdiri dengan kokoh. Meski rambut mereka sudah memutih semua. Tetapi Ryozo dapat mengenali mereka dengan mudah. Riye memiliki tanda di tangannya bekas terbakar, sedang Riyeko memiliki tahi lalat di hidung.

Riye dan Riyeko menatap wajah Ryozo dalam-dalam. "Apakah anda adalah cucu Ryozo?" Mereka tak menyangka Ryozo sangat mirip dengan kakaknya, Ryozo berbicara dengan mereka dengan bahasa Jepang, "Riye, Riyeko, bidadari kecil tak bersayap. Jangan suka menangis, nanti matamu habis di makan ulat!" Ryozo mengucapkan kalimat yang selalu di ucapkan Aniki Ryozo. Dua wanita tua terperangah, tak percaya. Ryozo menyentuh hidup Riyeko, "Hidungmu jangan di tarik terus, kalau hidungmu mancung, bukan adikku lagi", Mata Riyeko berkaca-kaca. 'Aniki!" Dia menangis pilu. Ryozo memegang tangan Riye. "Ibu bilang jangan bermain di dekat pemanas, akibatnya tangan terbakar. Rumah kita jauh dari tabib. Ayah sedang berburu ke hutan, ibu hanya mengoles lukamu dengan nasi untuk mengobatinya. Kita sampai kehabisan nasi untuk makan. Tanganmu kebih penting dari perut kita".mata Ryozo berkaca-kaca. "Aniki!" Dua wanita itu memeluk Ryozo. Tidak penting keadaan Ryozo sekarang. Mereka percaya dengan reinkarnasi. Anak muda ini adalah Ryozo. Tiga bersaudara ini berpeukan dengan tangis yang mengharukan. Ruangan itu telah banjir air mata.

Kebahagiaan dan rasa syukur tak berhingga memenuhi hati mereka.

Tuan Akira menampilkan di layar fhoto-fhoto masa kecil Ryozo waktu berumur 4 tahun, 6 tahun, fhoto mereka bertiga., fhoto ayah ibunya dari muda hingga tua. Ada juga fhoto Ryozo umur 15 tahun dengan seragam tentara. Semua orang menatap fhoto dan Ryozo bergantian, tidak ada perbedaannya. Hanya Fhoto itu hitam putih sementara Ryozo orang yang baru keluar dari fhoto berwarna. Kata Tuan Akira, kakek Subandi dan Basuki terkekeh, mereka mengerti bahasa Jepang. sementara rombongan Piya baru mengerti ketika di artikan ke bahasa Indonesia, barulah tertawa.

Ryozo menceritakan kisah di balik fhoto setiap di tampilkan di layar.


Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C17
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập