Tải xuống ứng dụng
83.33% Kehidupan kedua seorang Pembunuh profesional dan menjadi pahlawan / Chapter 10: Chapter 10 : (Reuni Part 1)

Chương 10: Chapter 10 : (Reuni Part 1)

POV Olivia

-------------------

Setelah mendengarkan kisah anak laki-laki ini,aku tak bisa mengucapkan kata-kata.

Tentu saja kata-kata yang menghibur hanya akan memberi kenyamanan sesaat,tidak untuk selamanya.

Aku memilih diam.

Dia menatapku,dan tersenyum

"Kisahku tak seindah hidupmu tuan Puteri."

Jujur saja perasaanku seperti terkoyak.Belum pernah aku merasakan sesuatu seperti ini.

Ini bukan seperti aku orang yang tanpa empati sebelum anak ini.

Tapi saat mendengar kisahnya,itu benar-benar tersampaikan.

Apa mungkin itu karena pengalaman aslinya,sehingga mampu menciptakan emosi sedih bagi yang mendengarnya?

Aku pun bergantung padanya lagi untuk mengantarku ke kota.

Aku merasa selama aku bersamanya,aku bisa mengatasi apa saja.

Tapi,apakah dia merasakan hal yang sama?

Tentu saja tidak bukan?

Dia sudah hidup sendiri selama ini,jadi apa artinya diriku?

Maksudku,tanpa diriku dia pasti bisa pergi kemana saja,bebas seperti burung di angkasa.

Aku bertingkah angkuh dan berkata ingin membalas budi,namun apa aku berguna untuknya?

Selama perjalanan,aku menyembunyikan kepahitan ini seorang diri.Aku tak ingin menyebabkan masalah untuknya.

Aku mengingat arah saat aku dibawa kemari.Bisa dibilang memoriku cukup baik

Bukan.

Tepatnya instingku.

Bakat alamiku adalah Ultra insting.

Setiap orang memiliki bakat alami yang berbeda-beda sejak lahir.

Ini membuatku memiliki kepekaan terhadap sesuatu dan membuat aku bisa mengambil keputusan sesuai keinginanku.

Sama seperti saat aku mengikuti rencana anak ini.Aku merasa bahwa rencananya adalah kesempatan terbaik yang kumiliki.

Di tengah perjalanan,kami bertemu dengan 1 monster,yaitu goblin.

Di buku tentang monster,goblin digambarkan sebagai monster buas yang menyerang orang-orang lemah dan wanita.Aku pernah mendengar kisah dari para korban yang desanya diserang kawanan goblin,bahwa goblin menculik wanita untuk dijadikan alat untuk berkembang biak.Membayangkan apa yang terjadi,membuatku ketakutan.

Memang benar,anak ini menang melawan 4 orang dewasa,tetapi dia juga terluka.Dia belum sembuh benar,namun sudah bertemu dengan monster ini.

Tanpa aku sadari,aku meraih tangan Vin.

Aku ingin membantunya.

Aku ingin dia bergantung padaku.

Tapi aku tak bisa berhenti gemetar.

Namun anak itu menenangkanku.Dia seakan berkata "Serahkan saja padaku."

Dan benar saja,dia membunuh goblin itu dengan mudah.

Dia anak yang kuat tapi tak mengetahui apa-apa tentang dunia luar.

Bahkan dia tak tahu Storage Pouch dan magic stone.

Aku ingin memberi tahu segalanya.

Namun harga diriku tak membiarkannya.

Kami pun melanjutkan perjalanan.

Selain melihat goblin,kami diikuti oleh serigala.Aku berpura-pura tak tahu,untuk mengetes anak ini.Tapi sepertinya dia berniat menghiraukan serigala itu,selama mereka tak mendekat.Tak berapa lama,kami pun sampai di jalan besar.Dari sana kami bisa melihat gerbang kota.Dia menyuruhku pergi.

Apakah dia memiliki tempat untuk bermalam?

Aku pun tak bisa menahan diri untuk bertanya.

Dia pun menjawab akan tidur di rumah bandit itu.

Aku tahu,aku tak bisa membawanya ke kota,tapi aku sangat ingin membalas budi.

Setelah aku tak bisa memikirkan solusi apapun,aku pun pasrah dan berjanji untuk bertemunya besok pagi.

Besok pagi aku akan membalas semuanya.Aku tak ingin berhutang apa-apa lagi pada anak ini.

Saat aku sampai di gerbang kota,para penjaga mengenaliku dan mengantarku masuk ke kota.Sesaat aku melihat ke belakang.Aku berharap anak itu dapat tidur dengan tenang.Dia sudah berusaha sebaik mungkin selama ini.

Aku meminta salah satu penjaga untuk melakukan patroli ke tempat aku berpisah dengan Vin tadi.

"Penjaga,aku minta,lakukan patroli di daerah sana,aku melihat sekawanan serigala saat berjalan kemari.Laporkan hasilnya nanti pada Caroline.Apa kau mengerti?"

"Baiklah Tuan Puteri."

Penjaga itu pun pergi menghilang entah kemana.Mungkin dia ingin meminta bantuan.Melawan kawanan serigala seorang diri itu adalah hal yang ceroboh.Aku ingin memastikan keselamatan Vin.Paling tidak dia tak mati saat aku bisa menjangkaunya.

Para penjaga lainnya mengantarku sampai ke Mansion tempat kami menginap.Tentu saja kota ini bukan Ibu Kota kerajaan Evandel.Aku kesini untuk melakukan kerja sama dengan Faksi Rakyat.Aku diantar ke Mansion tempatku menginap.

Disana aku disambut oleh para pelayan dan Guardianku (Pengasuh).

"Yang Mulia Olivia,anda baik-baik saja? Hamba mohon maaf atas kelalaian hamba,sehingga Yang Mulia mengalami berbagai masalah.Hamba mohon hukumlah hamba seberat-beratnya."

"Tak apa Caroline,ini terjadi juga karena kecerobohanku tak menyadari bahwa ada musuh yang menyerang."

"Tapi sebagai Guardian Yang Mulia,ini merupakan kesalahan fatal.Yang Mulia merupakan salah satu kandidat calon Penguasa Evandel.Hamba mohon hukumlah hamba Yang Mulia,jika tidak,maka selamanya hamba akan merasa bersalah."

"Baiklah Caroline,kau harus mengikuti segala permintaanku,tanpa bertanya apapun nanti."

"Kehendakmu adalah perintah untukku Tuan Puteri.Yang Mulia tentu tahu bahwa Yang mulia tak perlu meminta pada hamba,hamba pasti akan melaksanakan apapun perintah Yang Mulia.Saya ingin saya dihukum Yang Mulia.Saya mohon/"

"Nanti kau akan tahu sendiri."

"Yang Mulia,maaf jika hamba lancang,tapi bagaimana Yang Mulia sampai ke kota dengan selamat?"

"Aku akan menceritakan semuanya,tapi bukan disini.Ayo kita pergi ke kamarku."

"Baik Yang Mulia."

Kami berdua pun pergi ke kamarku.Aku tak ingin pembicaraan kami terdengar oleh orang lain.Sesampainya di kamar,aku menceritakan semuanya.Bagaimana aku bisa diculik,pertemuanku dengan anak itu.Aku belum menceritakan keadaan mata anak itu.Aku harus berhati-hati saat menyampaikannya nanti.Aku menceritakan bagaimana anak itu mengalahkan para bandit itu.Walaupun aku tak melihat bagaimana cara dia membunuh bandit itu,tapi melihat bekas luka mereka aku bisa membayangkannya.Caroline yang mendengar semua penjelasanku membuat raut wajah seakan tak percaya.Aku menceritakan bagaimana dia saat berhadapan dengan goblin.Caroline yang terus diam akhirnya menghela nafas.

"Anak laki-laki itu sangat berbakat,tapi dia membuat Yang Mulia melayani para bandit vulgar itu???!!!!"

Caroline nampaknya marah atas sikap anak itu.Jujur saja,aku juga kesal,tapi tak ada pilihan lain.Aku pun menyampaikannya pada Caroline

"Kita tak memiliki pilihan lain,kau tahu itu."

"Ugh.. Seandainya aku yang disana..."

Caroline lalu terkejut dan bertanya padaku.

"Yang Mulia,jika anda diselamatkan oleh anak laki-laki itu,lalu dimana dia sekarang?"

Caroline akhirnya menyadarinya juga.Disini aku harus berhati-hati saat mengatakannya.Jika tidak,dia mungkin akan salah paham.

"Anak itu tidak bisa datang kemari.Bukan karena dia tak menginginkannya,tapi karena keadaan tak mengijinkannya."

"Keadaan?"

"Caroline,kau masih ingat rumor bahwa Raja Iblis memiliki warna mata yang berbeda bukan?

"Tentu saja,lalu apa hubungannya dengan..... tunggu dulu,apa maksud Yang Mulia anak itu memiliki warna mata yang berbeda ???!!!"

Seperti yang diharapkan,Caroline cepat menangkap maksudku.

"Pelankan suaramu Caroline,aku tak ingin orang lain mendengarnya."

"Tapi Yang Mulia,anak dengan warna mata yang berbeda dipercaya sebagai titisan Raja Iblis.Anda tak bisa mempercayainya.Apalagi dia bisa membunuh orang dewasa padahal dia masih anak-anak bukan??!!"

Wow Caroline,pujianmu sebelumnya berubah menjadi kebencian.

Fakta dari anak itu berbakat berubah menjadi anak yang mengerikan dalam sekejap.

Apa anak itu biasa menerima perlakuan seperti ini?

"Caroliine!! aku tak akan memaafkanmu,jika kau menghina anak itu."

"Tapi Yang Mulia...."

"Cukup,aku akan menghukummu.Besok kau harus mengantarku bertemu dengannya."

"Apa Yang Mulia yakin Anda tak disihir olehnya? Dilihat darimanapun dia sepertinya mengincar Yang Mulia.Aku menyarankan kita membawa pasukan dan menghabisinya langsung.Anak itu tak bisa dibiarkan hidup Yang Mulia.Sudah banyak korban berjatuhan saat Raja Iblis menyerang manusia dulu.Apa Yang Mulia ingin mengulang tragedi itu?"

Aku akhirnya paham kenapa anak itu bersikukuh tak ingin ikut denganku.

Aku sadar aku berpikiran naif.Aku tak melihat kenyataan di depanku.

Bahkan pendapatku yang memiliki pengaruh di kerajaan ini dengan mudah diabaikan.

Apa anak itu selalu menahannya sendiri?

Aku menatap Caroline penuh emosi

"Caroline,kau berani menentangku sekarang? Kau ingat apa tugasmu bukan?"

Aku menggunakan nada mengancam,yang tak pernah kuucapkan selama hidupku.

"Yang Mulia,tapi ..."

"Sekali lagi kau membantah,aku akan menggantimu."

"Baiklah Yang Mulia."

Caroline akhirnya menyerah.

"Caroline,apa kau percaya padaku? Aku sudah terbiasa melihat berbagai tipe orang,aku tak akan mudah dibohongi.Lagi pula anak itu tak bisa menggunakan sihir,karena Rolenya Support."

Benar,saat dia pingsan,aku melihat Rune di lengannya.Rune itu jelas menunjukkan kalau dia adalah Support.Dia tak bisa menggunakan sihir selain penyembuhan dan buff.

"Caroline,aku tahu kau khawatir,tapi aku mohon percaya padaku.Aku akan bertemu anak itu besok untuk terakhir kalinya untuk membalas budi.Kau akan berada disana bersamaku,aku akan merasa aman.Apa kau merasa tak mampu melindungiku?"

"Tidak Yang Mulia.Hamba akan memenuhi harapan Yang Mulia."

"Baguslah kalau begitu,tapi sebelum itu aku ingin kau menyiapkan sesuatu."

Besok adalah terakhir kalinya aku bertemu dengannya.Siapa yang tahu,mungkin di masa depan kami akan bertemu kembali.Untuk sekarang aku akan mencarikan barang yang mungkin dia butuhkan.

"Aku ingin kau menyiapkan beberapa baju ukuran anak untuk dipakai sehari-hari,makanan,senjata yang bagus dan peta.Aku juga ingin kau memikirkan cara agar anak itu bisa masuk ke kota dengan aman,tanpa terbebani kondisi matanya itu.Setelah semuanya siap,masukkan barang-barang itu ke Storage Pouch berkualitas bagus.Apa kau paham?"

"Baiklah Yang Mulia,perintahmu akan segera hamba laksanakan."

Aku tak sabar menunggu besok.Aku ingin melihatnya bahagia walaupun hanya sesaat.

Caroline pun pergi keluar,untuk menyelesaikan tugas yang kubri.

Aku pun merebahkan tubuhku di tempat tidur.

Nyaman dan empuk.

Aku berpikir,bagaimana kondisi anak itu.Tentu dia akan tidur di lantai kayu itu bukan?

Aku tak bisa berhenti memikirkan anak itu.

Apa yang terjadi padaku?

Kupejamkan mataku.

Bayangan wajah anak itu muncul di pikiranku.

Wajah yang selalu tersenyum palsu.

Siapa yang tahu seberapa berat beban yang dipikul anak kecil itu.

Akhirnya rasa kantuk mengalahkanku,dan akupun tertidur.


Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C10
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập