Richard berjalan keluar dengan tertawa keras.
"Sial, kalian semua menyebalkan"
Dengan wajah yang sudah memerah dengan sempurna dia menuju kamarnya. Alexa mengacuhkannya dan menyalakan TV. Sudah lama dia tidak menonton berbagai siaran yang tersedia.
Berkali-kali dia mengganti siaran yang satu ke yang lainnya.
Membosankan.
Namun Kali ini ada sesuatu yang menarik minatnya, berita yang sedang panas.
[Vanya William telah menjadi tersangka Kasus pembullyan terhadap Brisia Agram, yang menyebabkannya mengalami PTSD (Post Traumatik Stres Disorder). Kasus ini terjadi 1 tahun yang lalu dan berhasil tertutup rapat dari media. Namun pada akhirnya berhasil terkuak.]
Alexa mengerutkan alisnya bingung. Dia langsung mengambil ponselnya dan menghubungi Sekretarisnya. Rose.
"Selamat malam nona"
"Malam. Rose, siapa yang membuka kasus pembullyan Vanya?"
"Maaf nona, sepertinya ada pihak lain yang sengaja mengungkapkannya. Perlukah saya mencari tau?"
"Tidak perlu. Besok aku akan ke kantor"
"Baik nona"
Alexa tidak ambil pusing dengan semua ini. Ini sudah bukan ulah dia. Dia juga sudah muak dengan tingkah Vanya. Jadi untuk apa dia peduli lagi?
Disisi lain, di sebuah Club elite.
Di sebuah sudut. Terdapat meja dan sofa bundar yang di duduki oleh seorang Pria yang duduk menyendiri. Tampak dingin dan acuh. Atmosfer disekitarnya menjadi semakin dingin setiap kali ada wanita yg berusaha mendekatinya. Menimbulkan kesan arogan dan tak tersentuh.
Fitur wajah yang tegas dan tajam, alis yang tebal namun tertata sangat rapih, hidung yang mancung, bibir tipis yang terlihat meninggalkan bekas seringai tajam menggoda. Rahang kokoh. Seluruh proporsi di wajahnya sangat pas.
Garis wajah yang sangat sempurna.
Seakan ia baru keluar dari sebuah lukisan kerajaan, seorang dewa yunani kuno yang sangat tak ternilai harganya.
Pria seperti ini sangat dapat membuat wanita manapun gila karnanya!
Tenang, Seakan di dunia ini hanya ada dia seorang. Berbagai macam botol minuman yang mengandung Alkohol dengan kualitas tinggi terpajang rapih di meja bundar depannya.
Banyak wanita di sebrangnya memandang dengan tatapan lapar. Ingin mendekat namun takut mengusik sang Raja Arogan.
Di pintu masuk club, muncul seorang pria tampan yang terlihat nakal. Wajahnya tampan namun tidak akan menandingi sang Raja Arogan!
Sangat kebetulan karna ia terlihat berjalan ke arah sang Raja.
"Hey bro"
Si Tampan Nakal langsung duduk disamping sang Raja begitu menyapanya dan memberikan sedikit tepukan bersahabat. Namun itu semua hanya di balas dengan dengusan dan tatapan dingin.
"Ada apa ini? Kau tidak merindukanku? Ah, sayang sekali!" Membuat raut wajah seterluka itu sangat tidak pantas dengan tampilan tegap dan tampannya.
"Diamlah Richard"
Ya! Itu Richard
"Kau sangat kasar terhadapku! Aku terluka! Aku membutuhkan kasih sayang! Kalian para Wanita. Tolong berikan aku kasih sayang kalian!" Richard semakin terlihat seperti Drama King.
Walaupun tawaran Richard sangat menggiurkan, namun mereka tampak ragu dan takut mendekat.
Bayangkan saja. Atmosfer disekeliling ke dua pria tampan itu sangat menyeramkan. Seperti berada di dalam sumur dalam yang gelab dan dingin.
Mungkin hanya Richard, orang gila, yang berani mendekati sang Raja.
"Huh, lupakan saja!" Richard mendengus kesal. "Tentu mereka tidak akan mendekat. Mereka tidak berani di dekatmu" matanya melotot kesal sambil minum dalam 1 tegukan.
"Aku tidak melakukan apapun"
Alisnya berkerut bingung yang malah semakin terlihat tajam.
"Ya, tatapanmu saja sudah seperti hendak menusukku hingga mati! Abaikan saja"
"Oh"
Orang arogan ini! Apabila tidak mengingat persahabatan mereka, maka sudah pasti ia akan menjauh 10.000 kilometer darinya!
"Bagaimana kabar boneka kecilmu?"
"Uhuk"
Di serang dengan pertanyaan pertama seperti Itu, membuat Richard tersedak oleh minumannya sendiri.
"Apa?! Boneka apa? Aku tidak tau huh"
"Kau yakin? Si kecil Aquenn pasti marah bila tau alasan kau kembali sebenarnya" seringai kecil terbentuk di bibir sang Raja.
"Kau.. Sialan! Kau menang!"
Richard tampak frustasi sambil menjatuhkan punggungnya ke sofa. Terlihat lelah dan sedikit depresi.
"Dia tampak baik. Hanya saja dia tampaknya sedikit berbeda. Ada beberapa hal yang aku khawatirkan"
"Mmm?"
Wajah sang Raja tampak tertarik dengan penjelasan Richard.
"Mungkin ini hanya perasaanku saja. Namun, dia dan boneka kecil satunya tampak semakin berani, Mereka bahkan mengacuhkan nasehatku"
Nada ke khawatiran sangat kentara disuaranya.
Mengingat semuanya kepalanya serasa akan botak secara perlahan. Dulu ketika dia diberikan tanggung jawab untuk mengawasi Dua boneka kecil itu maka ia tidak merasa khawatir. Tapi sekarang? Dia sedikit menyesalinya!
"Bukankah Aquenn sangat mudah kau atur?"
"Hmph, Bila kau bertanya itu padaku dulu maka aku akan menjawab Ya dengan percaya diri. Tapi sekarang? Kau lihat saja seluruh laporan yang ku terima"
Semua orang di keluarga besar sangat tau bahwa Aquenna, Anna, tidak pernah tidak mematuhi Richard. Dia tampak sangat jinak dengan semua bimbingan Richard.
Pernah dahulu ketika Anna Alexa dan Richard pergi bersama untuk bermain bersama. Anna terjatuh dan akan menangis karna kakinya terluka. Alexa berusaha menenangkannya namun dia tidak bereaksi, saat itu Richard sedang pergi membeli minum.
Hingga akhirnya Richard datang dan menyuruhnya berhenti barulah ia berhenti. Alexa kesal bukan main melihat sikap tidak wajar Anna.
"Sejujurnya dia masih mudah di kendalikan. Tetapi untuk yang satunya. Aku rasa aku tidak akan bisa" Perkataan ini jelas merujuk pada Alexa.
"Mmm" sang Raja hanya memberikan sebuah anggukan kecil sebagai jawaban dan di dukung oleh kata 'mmm'
Sambil menyesap minumannya sang Raja mendengarkan dengan tenang.
Sang Raja melihat seluruh kertas yang berisi laporan kelakuan ke Dua boneka kecil.
Laporan itu berisi jejak petualangan mereka kurang dari 2 tahun yang lalu. Alisnya terkadang berkerut tetap dengan wajah datar. Namun matanya memancarkan ketertarikan.
"Hehe" kekehan kecil keluar dari bibir sang Raja
"Tidak bisakah kau memberikanku saran? Ayah Ibu, Paman dan Bibi serta para Tetua pasti akan membunuhku jika sesuatu terjadi lagi dengan mereka"
"Menarik"
"Apa? Menarik? Tolong jelaskan padaku bagian mana dari laporan itu yang terlihat menarik!"
"Alexa"
"Hah?" Richard menampilkan raut wajah melongo tanpa sadar. "Siapa kau sebut tadi? Cepat ulangi"