"Oh, apakah aku salah?" jawab Ellina dengan wajah bingung. Dia menatap Aldric yang masih berdiri tanpa menyambutnya. " Ayah, apakah aku salah? Aku sangat yakin, bahwa hari ini adalah hari ulang tahunmu."
Lexsi menahan geramannya. Ekspresi wajahnya berubah cepat. Ia benar-benar tak menyangka, bahwa Ellina akan datang. Sedangkan Aldric masih begitu terkejut. Dia menatap Ellina dari atas hingga bawah. Ada riak kerinduan di dalam matanya. Bagaimanapun juga, Ellina adalah anaknya. Tak peduli kesalahan apa yang telah Ellina lakukan, itu tak merubah fakta, bahwa gadis rapuh itu putrinya.
Melihat tak ada tanggapan, Ellina menatap mimik sedih wajahnya. "Ayah, aku bahkan sudah mengirimkan kado untukmu. Apakah Ayah tidak menyukainya?" menoleh, dia tiba-tiba menarik tangan Lykaios dan menggenggamnya cepat. "Lykaios, bagaimana ini? Sepertinya aku salah. Dan juga, Ayahku tak menyukai kadoku."
Melihat itu semua, pandangan seluruh orang jatuh pada wajah cantik yang terlihat terpukul. Jika beberapa saat yang lalu mereka semua bingung pada keadaan, kini semua mata menatap Ellina penuh kasih. Sedangkan Alvian, yang berada tepat di samping Ellina, menarik tangannya menutupi mulutnya secara alami. Tampak terlihat sedikit peduli pada keadaan Ellina, tapi nyatanya, ia tengah menahan tawanya.
Ya Tuhan, aku harus memberinya sebuah medali emas jika kembali nanti. Bagaimana mungkin dia bisa bersikap seanggun ini di balik niat jahatnya?
Lykaios hanya melihat tangannya di genggam oleh tangan kecil yang putih. Ia menepuk pundak Ellina yang terbuka pelan. "Kurasa, itu tidak benar. Kau tak perlu setakut itu di sini. Aku bersamamu,"
Lexsi yang melihat itu semua tak tahan lagi. Dia maju dan menarik tangan Ellina paksa. "Hentikan! Hentikan semuanya. Kau tak di terima di sini,"
Tubuh Ellina mengikuti langkah Lexsi paksa. Dia menoleh kebelakang, "Ayah, Ayah, Ayah...,"
Melihat itu semua, Aldric bergerak maju dan menahan tangan Lexsi. Tatapannya dingin. "Lepaskan, kakakmu kesakitan."
Lexsi tertegun. Dia masih menatap tatapan dingin ayahnya. "A-ayah,"
Ellina tersenyum tipis. Tatapannya menghangat tapi di balik itu semua, ada rasa puas melihat wajah Lexsi yang gelisah. Dia dengan cepat berlindung di balik tubuh Aldric, memerankan peran wanita lemah yang takut karena di provokasi.
"Ayah, apakah aku salah? Aku akan pulang,"
Aldric menoleh kebelakang, menatap Ellina lama. "Kau datang karena ini adalah hari ulang tahunku?"
Ellina mengangguk. "Apakah hadiah yang kukirimkan belum datang? Apakah ayah belum menerimanya?"
Aldric mengerutkan kening. "Hadiah?"
"Itu, Ayah, kita bisa membahas itu nanti," potong Lexsi cepat. Ia sedikit gugup saat menyadari bahwa tatapan semua tamu menghujani keluarganya.
"Kita tak bisa mengacuhkan keluarga Reegan yang menunggu,"
Mendengar alasan itu Ellina tersenyum. Dia menatap Aldric yang baru akan setuju dengan kata-kata Lexsi dan segera membuat irisan. "Ayah, sebagai anak kandungmu, aku berharap bahwa kau bahagia."
Para tamu mulai mengerutkan kening saat Ellina mengatakan 'anak kandung' dengan sangat jelas. Itu bahkan bisa di dengar oleh semua orang.
Sedangkan Ellina sengaja mengatakan itu semua untuk mengingatkan publik, bahwa Lexsi hanyalah anak tiri keluarga Rexton. Yang artinya, seluruh hal yang di miliki keluarga Rexton adalah miliknya sendiri.
"Aku merancang patung serigala itu dengan penuh hati-hati. Aku hanya bisa memberikan sedikit berlian karena usahaku yang tak mampu. Tapi Ayah, aku sungguh berharap bahwa suatu saat kita bisa bersama," lanjut Ellina membuat gumaman di kerumunan pecah.
Itu terlihat seperti nada sedih penuh kerinduan dari seorang putri untuk ayahnya. Terdengar sangat tulus, hingga membuat semua tamu menghujat kedinginan Aldric pada putri kandungnya. Mendengar itu semua, Ellina tersenyum tipis. Kilatan dingin di matanya terlihat saat Lexsi maju dan mencoba mengatakan sesuatu.
Jari telunjuk Aldric mengudara, menbuat Lexsi terdiam. "Kata-katamu," rujuknya pada Ellina. "Kau mengatakan bahwa kau yang merancang patung serigala emas itu sendiri?"
"Apakah Ayah tak menyukainya?" tanya Ellina lirih. "Aku bisa menukarnya dengan patung lain yang ayah sukai,"
"Tapi patung itu pemberian dari Lexsi," Aldric menatap patung serigala yang terlihat bercahaya lalu kembali menatap Ellina.
Wajah Ellina berubah kian sedih. "Ayah, apa maksudmu? Patung itu dariku. Hadiah dariku," lalu dengan sengaja, dia menatap Lexsi dengan murung. "Lexsi, kenapa kau selalu seperti ini? Aku tak masalah dengan yang lainnya, tapi kali ini adalah hadiahku untuk Ayah. Aku tak bisa mengalah lagi,"
Dan kata-kata lembut itu sukses mengancurkan citra Lexsi di pesta ini. Itu memperjelas bahwa Lexsi selalu menginginkan hal-hal yang Ellina miliki dan gadis itu selalu mengalah padanya.
Wajah Lexsi pucat saat kata-kata Ellina membuat publik menatapnya kejam. Dia menatap Aldric yang mulai menggelap karena marah. "Ayah, aku bisa jelaskan. Sebenarnya-"
"Tak apa," potong Ellina tak membiarkan Lexsi bicara lagi. "Jika kau menginginkan hadiahku untuk di berikan pada Ayah, maka aku akan memberikannya. Tak peduli siapa yang memberikannya asalkan patung itu tetap untuk Ayah."
Mengklaim citra kakak baik yang sangat menyayangi adiknya, itu membuat pandangan semua orang penuh simpati pada Ellina. Vania yang melihat itu semua hanya bisa membeku. Dia tak bisa masuk saat Lykaios, dengan sengaja mengawasinya. Bahkan kerumunan itu menenggelamkan dirinya. Kini pendapat publik dan media sangat berbeda. Mereka menyoroti cara Aldric membesarkan Putrinya.
"Bagaimana cara keluarga Rexton membesarkan Putrinya? Dia membiarkan putri kandungnya menderita demi anak luar yang masuk,"
"Aku tak percaya jika tak berdiri disini. Gadis itu pasti sudah sangat menderita selama ini. Aku yakin, dia tak memiliki hal bagus mengingat adik tirinya selalu merebutnya."
Vania tak tahan lagi. Melihat putrinya terpojok dalam acaranya sendiri karena orang luar yang hadir.
"Itu bohong!" teriak Vania membuat kerumunan terbelah. Dia maju mendekati Aldric dan menjauhkan dari Ellina. "Sayang, semua hal yang dikatakan Ellina bohong. Kau tahu dia gadis seperti apa dan Lexsi seperti apa. Dia telah di keluarkan dari keluarga Rexton, lalu dari mana dia memiliki uang sebanyak itu untuk hadiahmu?"
Lexsi tersenyum pada bantuan ibunya. Mereka berdua tak menyadari bahwa semakin masuk dalam jebakan Ellina. "Itu benar. Ayah, percayalah. Dia tak mungkin dapat membeli itu untukmu."
Aldric yang mencerna kata-kata Vania dan Lexsi mulai ragu. Itu adalah hal yang wajar karena harga patung itu pasti bukan hal yang mampu Ellina lakukan. Kini tatapan dingin itu menghujam Ellina. "Kau sangat keterlaluan. Kau tak perlu mengatakan hal-hal yang menjelekkan adikmu."
Wajah Ellina jatuh, itu adalah hal yang Ellina harapkan. "Ayah, kau tak percaya padaku? Baik, jika Lexsi yang membelinya, dia seharusnya memiliki nota pembelian. Kenapa tak kau tanyakan padanya dan tunjukkan padaku?"
Alvian, Nero dan Lykaios tersenyum. Mereka tak menyangka, bahwa terjangan Ellina akan sangat lembut tapi mematikan. Gadis itu sangat picik hingga mampu menbalikkan keadaan sesuai keinginannya. Dan semua di mata publik dan media. Jika Lexsi terbukti tak memiliki nota pembelian maka semua akan terbukti jelas. Dan sekali lagi citranya akan hancur.
Vania dan Lexsi memucat. Mereka saling memandang dalam ragu. Hal itu membuat Ellina tersenyum dan maju selangkah.
"Aku, aku memiliki nota pembeliannya,"
Ellina membuka dompet di tangannya, yang membuat para tamu dan media siap mengenali nota itu. Dan mereka menantikan saat itu dengan hati berdebar hebat. Lexsi yang telah gelisah, tanpa pikir panjang merebut tas Ellina dan membantingnya.
Srakkk! Semua isi dalam dompet Ellina keluar, tercecer di lantai hingga para tamu mundur untuk melihat. Ellina tersenyum, dia tak mencoba memungutnya terlebih saat melihat kartu hitam pemberian Ernest ikut terserak di lantai. Dan tatapan semua orang jelas tertuju pada kartu hitam itu?
Lexsi juga terpaku. Matanya mengunci pada kartu hitam yang tergeletak di lantai. Dia tahu, hanya tujuh orang di kota Z yang memilki kartu hitam ini. Tapi dia masih tak menyangka bahwa Ellina adalah salah satunya. Dia memilikinya juga, tentu, karena Azzura dengan tangan terbuka memberikan kartu itu padanya. Namun akhir-akhir ini dia tak dapat mengakses kartu hitam tersebut dan memilih membuangnya.
"Dari mana kau dapatkan kartu ini?" tanya Lexsi mengangkat kartu itu di udara. "Di kota Z, hanya tujuh orang yang memilikinya. Kakak, kau tak mencuri ini darikukan?" tuduh Lexsi langsung membuat publik heboh.
Ellina tersenyum tipis, matanya menghujam Lexsi kuat. "Oh, apa kau juga menginginkan kartuku sekarang? Apakah semua belum cukup? Tapi Lexsi, itu adalah sesuatu yang penting untukku. Aku tak bisa memberikan itu padamu. Aku minta maaf,"
Lexsu bingung saat Ellina menjawab pertanyaan dengan nada sedih. Dia jelas menuduh Ellina telah mencuri kartunya, tapi jawaban Ellina lagi-lagi menggulingkan rencananya.
"Kembalikan padaku," ujar Ellina lagi. Dia meraih dompetnya dan semua barangnya yang tercecer.
Lexsi tersenyum tipis. Dia menggeleng. "Aku tak menginginkannya. Jika katamu ini milikmu, maka milikmu. Aku tak peduli pada barang milikmu."
Lexsi menyerahkan kartu itu pada Ellina tapi Ellina sengaja menjatuhkannya. Di bawah kaki seorang tamu, dan tamu itu segera memungut kartu itu. Meneliti hingga decakan kagum terdengar.
Dan kini semua publik penasaran pada kartu Ellina. Azzura dan Raven yang sedari tadi duduk diam kini berdiri untuk memastikan kata-kata tamu tersebut. Raven meraih kartu itu dan menelitinya. Tatapannya menghujam Ellina tajam.
"Ini berbeda. Dari tujuh kartu di kota Z. Tapi memiliki fungsi yang sama. Dari mana kau dapatkan kartu ini?" tanya Raven pada Ellina.
Ellima tersenyum tipis. "Seorang teman memberikan ini padaku,"
"Mustahil," bantah Azzura dengan senyum muak. "Kartu ini hanya di miliki oleh beberapa orang di kota Z, dan gadis sepertimu memilikinya. Sangat tak masuk akal,"
Melihat kekacuan yang keluar, Lykaios maju. "Ernest yang memberikan padanya. Tidak, yang benar adalah, Ernest merancang kartu itu hanya untuk dirinya."
Kini tatapan tal terduga kembali muncul dara publik. Mereka semua menatap Ellina yang meraih kartu di tangan Raven. Lalu publik seakan di ingatkan dengan berita hangat di internet dalam bulan ini.
"Ellina E. V.?" seru seseorang membuat media kembali mengambil foto Ellina.
Ellina hanya melangkah kembali ke tempatnya. Tepat saat ia berdiri di sisi Lexsi, dia membuat dirinya jatuh dengan sengaja hingga menyebabkan beberapa gelas di meja pecah. Keriuhan terjadi, dan Ellina berbalik, menatap Lexsi penuh sedih.
"Lexsi, aku tak menyangka kau akan melakukan ini lagi," serang Ellina hingga membuat publik percaya bahwa Lexsi telah menyebabkan Ellina jatuh.
"Benar, kita adalah orang asing sesui keinginanmu. Tapi ini adalah ulang tahun Ayahku. Tak seharusnya kau menyakitiku dirumah utamaku," lanjut Ellina membuat suasana kian memanas.
Lexsi terlihat bingung dan menggeleng. Dia bahkan tak sempat berbicara karena Ellina tak memberinya ruang. Vania hanya membantu. Menahan emosinya sejak Ellina selalu memperjelas statusnya di depan media. Melihat itu semua wajah Aldric mengeras. Dia melangkah maju dan menarik tangan Ellina untuk berdiri di sampingnya. Kata-kata Ellina memperjelas statusnya sebagai putrinya sedangkan Lexsi hanyalah anak luar. Tapi Lexsi memperlakukan putrinya seperti sampah. Sungguh tak bisa dimaafkan!
"Bagunlah. Apakah kau baik-baik saja?" tanya Aldric khawatir, Ellina hanya menganggukkan kepalanya. "Ayah tak menyangka bahwa kau mengalami hal sulit karena adikmu. Mulai hari ini, kembalilah ke rumah. Dan kado darimu, ayah percaya bahwa itu darimu. Namun kau tahu, memaafkan adalah hal mulia. Maafkan adikmu karena dia masih sangat muda,"
Mendengar itu Ellina mengangguk. Dka tersenyun penuh kemenangan. Setelah hari ini, dia akan memastikan bahwa semua akan kembali padanya. Adapun tanggapan publik sangat berbeda sekarang. Semua orang menatap Lexsi mengejek.
"Tak hanya jahat, dia juga tak tahu malu."
"Hanya anak luar dan berani menggertak anak keluarga? Apakah dia gila?"
"Aku tak mengenalnya sebagai artis baik seindah peri. Dia hanya wanita jahat yang sangat jahat. Aku harus memastikan bahwa anak-anakku tak sepertinya."
Wajah Lexsi berubah gelap. Ini adalah pestanya, tempatnya bersinar. Tapi kali ini Ellina mengambil alih segalanya. Kakaknya bahkan berulang kali memperjelas bahwa dia hanyalah anak luar dan bukan anggota keluarga Rexton. Jadi bagaimana dia yag merupakan orang luar bisa mengatur keluarga Rexton? Menanggapi itu, Lexsi benar-benar marah. Dia merasa ingin mencekik Ellina hingga mati.