Setelah beberapa saat menghukum mereka seperti itu, barulah Nico melepaskan kedua tangannya yang ia gunakan untuk menjewer kedua cucunya yang nakal setelah ia merasa kedua tangannya pegal-pegal.
Baik Velina maupun Marino mengelus-elus bekas jeweran kakeknya pada kuping mereka masing-masing sambil mengerutu dan saling memelototkan kedua mata mereka pada satu sama lain.
"Ini kan gara-gara kau, sialan!" Velina merutuk Marino yang telah membuatnya turut dihukum oleh kakek mereka.
"Enak saja! Kau duluan yang memulainya!" ucap Marino tidak mau kalah.
Lelaki bertubuh kekar itu sampai harus menghapus airmata yang menggenangi sudut kedua matanya, karena rasa sakit dari jeweran Nico terasa begitu perih hingga membuatnya ingin menangis.
"Sepertinya aku belum bersikap adil pada kuping kalian yang satu lagi," Ucap Nico dengan santai sambil ia menyeruput teh hangatnya.
"Hahaha.. Tidak apa-apa eyang, telinga kananku tidak iri, kok!" Ucap Velina dengan buru-buru.
Yah gitu deh biasanya kalau kakak-adik. Nggak ada bosan-bosannya gangguin saudara sendiri tapi kalau orang lain?
Dih! Jangan harap!!!