Mereka berdua lalu turun ke lantai empat, tempat butik-butik terkenal berada.
Velina teringat, jika salah satu merek favorit Daniel adalah Versace. Mereka pun lalu menuju ke butik Versace yang mengambil beberapa lahan toko sekaligus.
Butik itu terlihat megah dan mewah, yang sama sekali bukan selera Velina. Namun, Fanny sepertinya cukup menyukai butik ini, meskipun ia hanya mengenakan koleksi-koleksi Versace hanya untuk acara tertentu saja.
Para staff di butik itu mengamati mereka, namun hanya bersikap hormat dan menyapa mereka, tidak sepenuhnya melayani mereka karena kebetulan, saat itu butik tengah ramai dan di antara orang-orang yang sedang mencuci mata disana, penampilan mereka berdua memang sangat sederhana.
Velina hanya mengenakan kaos putih polos pas badan dengan celana jeans biru muda yang kedua bagian ujungnya dilipat dan tentu saja, sepatu converse berwarna hitam setumit serta tas Chanel berukuran sedang di pundaknya.
Sementara itu, Fanny, mengenakan kaos hitam bertuliskan 'Fannilicious' dan juga celana jeans hitam dengan sepatu hak tinggi yang juga berwarna hitam. Ia menyimpan ponsel dan dompet kecilnya di saku jeansnya. Penampilannya tak ada bedanya dengan penampilan para staff yang bekerja di butiknya, sehingga, orang-orang di butik Versace tak begitu memperdulikan mereka.
Namun, hal ini justru membuat Velina senang, karena dia memang tidak suka diekori oleh para penjaga toko jika dia tengah berbelanja. Hal itu lebih membuatnya merasa tak nyaman daripada merasa senang.
"Kamu mau beli apa, sih?" Tanya Fanny, sambil melihat-lihat koleksi terbaru musim ini.
"Aku mau membelikan Daniel kemeja" Jawabnya, sambil melihat-lihat koleksi kemeja pria.
Seketika, Fanny membelalakkan matanya, ia segera menoleh ke arah Velina.
"Dalam rangka apa?" Tanyanya penasaran
"Semalam aku…" Velina menghela nafas. Dia yakin, sahabatnya ini mungkin akan menceramahinya begitu dia memberi tahu alasannya padanya.
"Velina…" Fanny bernada mengancam.
"Duh… aku malu bilangnya" Velina mengurut-urut keningnya.
"Ada apa sih diantara kalian? Kalian balikan? Eh… what?" fanny membuat asumsi sendiri yang tak mungkin.
Velina memicingkan matanya pada Fanny, "Balikan? Apa-apaan? Jadian saja belum!" Velina mendumel.
"Hehehe…" Fanny pura-pura tertawa dan menggigit bibir bawahnya.
"So? Tell me-lah jangan bikin aku penasaran dong!" Fanny mengguncang-guncangkan lengan Velina.
"Semalam aku nggak sengaja ketiduran di bahunya waktu dia mengantarkan aku pulang. Terus… aku…" Dia tak meneruskan kalimatnya.
Velina mendesah, "Aku nggak sengaja membuat peta Vanesia di bajunya" ungkapnya dengan malu-malu.
Fanny tertawa terbahak-bahak.
"Kamu ngiler di bajunya dia waktu kamu ketiduran?" Tanya Fanny, memastikan.
"Kalau aku jadi kamu sih, aku sudah pasti ingin hilang ditelan bumi rasanya. Ngiler di baju gebetan? Ih! Memalukan!" Fanny terus menggoda Velina dan tertawa puas.
"Gebetan dari Hongkong!" Velina terlihat kesal karena Fanny menggodanya.
"Jujur deh, memangnya kamu masih suka sama dia atau sudah tak suka, sih?" Tanya Fanny lagi, berusaha memancing bahan gosipan.
"Reporter Fanny dari kantor berita Fannilicious, berita yang kamu korek-korek ini sudah basi, tahu? Madingnya sudah terbit!" Velina berkacak pinggang sambil menatap lurus pada kedua mata sahabatnya.
"Berita lama pun bisa booming[1] lagi kalau tersangkanya kalian berdua!" Fanny terkikik, tak melepaskan Velina dari masalah itu.
Velina lalu mengancam Fanny untuk menghentikan godaannya dan mereka pun kembali fokus memilih-milih sebuah kemeja untuk Daniel.
"Eh, BTW[2] kamu yakin, baju yang semalam dia pakai mau dibuang? Kan sayang!" Fanny terlihat kecewa, ia bisa membayangkan betapa mahalnya pakaian-pakaian yang dimiliki oleh Daniel.
"Aku sih kurang tahu, ya! Tapi yang jelas semalam dia bilang mau beli baju baru" Velina menggigit bibir bawahnya.
"Kayaknya enggak mungkin deh! Aku justru curiga baju yang kamu ilerin itu akan dimasukkan ke dalam figura, dibingkai, lalu dipajang sama dia di dinding kamarnya" jawab Fanny pura-pura berpikir dalam-dalam.
"Hei! Kamu pikir dia orang aneh, apa!" Velina menepuk bahu Fanny.
"Ya, lumayan kan untuk mengusir roh jahat!" Fanny tertawa, sambil berusaha menangkis tangan Velina yang hendak memukulnya lagi.
Sayangnya, tak sedikitpun mereka tahu, jika Daniel memang benar-benar menyimpan kemeja yang terkena air liur Velina, namun tidak se-ekstrim seperti yang diucapkan oleh Fanny.
Daniel menyimpan kemeja itu di dalam lemari pakaiannya, dan tak membiarkan pelayannya untuk mencucinya sama sekali.
Akhirnya mereka menghabiskan waktu lama di Versace karena mereka berdua keasikan mengobrol sambil memilih-milih kemeja yang kira-kira cocok untuk Daniel.
Sementara itu, di lain tempat.
Dor... Dor... Dor!
Suara tembakan beruntun berkali-kali terdengar.
Seorang lelaki muda menatap jauh ke kejauhan, tempat target dipasang.
"Hmm… seperti biasanya, kamu memang jago menembak! Semua tembakanmu tepat sasaran!" Mickey memuji lelaki itu, sambil memasukkan sebuah kentang goreng ke dalam mulutnya.
"Tentu, aku selalu melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh. Tak seperti kamu, yang selalu dapat mencari alasan untuk makan tak peduli kamu sedang apa!" dia menyindir temannya.
"Hei… Hei… Hei… anak muda! Mulutmu itu lebih tajam daripada silet, tahu?" jawabnya, sambil tetap asik mengunyah kentang goreng.
"Kalian ini selalu ribut, ya? Dan kamu juga! Kita kesini untuk berlatih menembak, bisa-bisanya kamu makan kentang goreng? Bukannya kita baru saja selesai makan siang?" Tanya Marino tiba-tiba, sambil mengecek senapannya.
"Aku kan diajak kesini, ya aku ikutlah! Masa aku ditinggal sendirian! Nanti aku diculik, gimana coba?" sahut Mickey berpura-pura bertingkah imut.
"Tak akan ada orang yang mau menculikmu! Makanmu kebanyakan!" sahut Marino, sambil meraih sebuah kentang goreng dan memakannya.
"Kok kamu cuma pesan satu sih! Aku kan juga mau yang rasa barbeque!" Komentar Marino lagi, sambil meraih kentang goreng kedua dan menyoleknya ke dalam saus pedas.
Daniel hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah kedua temannya yang kalau tak rebutan bermain permainan virtual, pasti berebutan makanan seakan-akan makanan adalah barang langka di dunia ini.
"Ngomong-ngomong, Rino! Nana sedang sibuk apa sih akhir-akhir ini? Sepertinya dia sering bolak-balik ke Val Entertainment?" Tanya Daniel, sambil kembali membidikkan sasaran ke papan target.
"Kamu menguntit Velina, ya? Kok kamu tahu?" Tanya Marino spontan.
Sesungguhnya, ia sama sekali tak tahu jika Daniel memang menyuruh dua orang pengawal dari tim terbaiknya untuk memperhatikan dan menjaga Velina dari kejauhan.
Daniel menghentikan gerakannya dengan tiba-tiba.
"Aku tak sengaja bertemu dengannya di Velmar Club beberapa kali, kok!" Dia beralasan.
Tentu, Daniel tak sengaja melihat Velina di CCTV Velmar Club yang dia atur untuk memberikannya sebuah pemberitahuan jika Velina mengunjungi klub miliknya itu.
Sementara itu, Mickey menatap Marino, sambil menggelengkan kepalanya kuat-kuat, yang menyatakan, 'jangan percaya padanya! Jangan pernah mempercayai seorang lelaki bernama Daniel Garibaldi!'.
****************************
Booming [1] Menjadi terkenal
BTW [2] singkatan dari By The Way yang artinya 'ngomong-ngomong'.
Karena minggu ini telat update karena aku memang sedang sibuk, jadi kali ini babnya lebih panjang!
Enjoy bab ketiga untuk minggu ini ya (*^▽^*)
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan vote, beri review dan komentar untuk novel Topeng Ratu Kegelapan, ya!
Dan sesuai janji, karena adanya tambahan review, aku akan memberikan 1 bab tambahan untuk minggu ini!
Ditunggu ya!
Ciao!
o(〃^▽^〃)o
PS: Shoutout to @Ch3cy Thank you!