"Uni tunggu," panggil Ria sebelum Naura menutup pintu kamar.
Naura membuka pintu kamar yang hampir tertutup. Ria masuk ke dalam kamar bersama Naura. Keduanya duduk di atas ranjang. Keduanya seperti kakak adik, tak ada kebencian dan persaingan sebagai mantan madu.
"Kenapa uni menangis?" Ria menghapus air mata Naura.
"Aku merasa menjadi orang jahat karena telah memisahkan Iqbal dan anak-anak. Bagaimana pun Iqbal tetap ayah kandung mereka. Tak sepantas kita memisahkan mereka dan membiarkan Allea dan Attar membenci papa mereka. Aku tidak ingin anak-anak terlibat konflik dengan Iqbal. Cukup kita berdua yang konflik dengan Iqbal mereka jangan." Naura menyandarkan kepalanya di bahu Ria.
Hati Ria ikut teremas. Ia mengelus kepala Naura. Ria mengerti apa yang dirasakan Naura.