Tải xuống ứng dụng
91.11% NCT - THE NIGHT UNFOLDS / Chapter 41: Merasa Bersalah

Chương 41: Merasa Bersalah

"Taeil..."

Yunsoul segera melepaskan diri dari dekapan laki-laki tersebut. Lalu, menatapnya dengan heran. Tidak percaya kalau Taeil bisa ada di tempat yang sama dengan Yunsoul.

"Kau ingin bunuh diri?" Taeil menunjukkan kekhawatirannya.

"Kenapa kau ada di sini?" Yunsoul tidak menjawab pertanyaan Taeil. Ia malah balik bertanya. "Bagaimana bisa? Apa yang kau lakukan di sini? Sejak kapan?" Deretan pertanyaan itu dilontarkan dengan nada seperti memarahi –mungkin takut tujuannya ke kota ini diketahui Taeil.

"Bukankah aku yang seharusnya menanyakan itu?"

Dengan sedikit kebingungan, Yunsoul masih menatap Taeil. Mencoba memahami apa yang laki-laki itu ucapkan. Sebentar, Yunsoul kembali ingat kalau ia harus menemui seseorang yang pernah ditemuinya, yang tadi dilihatnya di seberang jalan.

Yunsoul mengalihkan pandangannya ke seberang jalan dan melihat ke sekitar. Tidak ada. Yunsoul tidak menemukan sosok itu –kakek misterius yang waktu itu ditemuinya. Seketika wajah Yunsoul tampak panik sekaligus kecewa.

"Ada apa? Kau mencari apa?"

Taeil membuat Yunsoul kembali menatapnya karena pertanyaan itu.

"Jangan campuri urusanku dan pulanglah," ujar Yunsoul. Ia pun pergi meninggalkan Taeil setelah mengucapkan kalimat tersebut.

***

Kelas saat ini berisik. Murid-murid membicarakan teman kelas mereka yang ternyata ditemukan bunuh diri di toilet perempuan. Mereka tidak menyangka hal itu. Banyak yang belum bisa mempercayai kalau Sojin melakukan hal senekat itu. Mereka juga bingung kenapa Sojin melakukannya. Selama ini ia terlihat baik-baik saja, seolah tidak mempunyai masalah berat.

Sojin sendiri adalah tipe orang yang senang bergaul dan selalu ceria. Dia bukan tipe yang pendiam dan menjauh dari lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, murid-murid kelasnya, bahkan kelas lain tidak menyangka Sojin bunuh diri. Apa yang menjadi penyebabnya masih menjadi misteri.

Tidak lama Guru Hwang masuk. Otomatis murid-murid yang berkumpul kembali ke bangkunya masing-masing. Mereka menyimak perkataan Guru Hwang, sedangkan Youngjoo yang tetap di bangkunya sejak lama tidak memperhatikan guru yang ada di depan. Ia hanya menatap atas mejanya dengan tatapan kosong.

"Guru tahu kalau kita masih terkejut dengan kejadian pagi ini (penemuan mayat di toilet perempuan). Tapi, kita harus tetap melanjutkan pembelajaran. Polisi sudah datang dan akan memeriksa semua. Kalian jangan khawatir."

Para murid tidak setuju dan protes.

"Ada teman kita yang meninggal. Kita masih berduka."

"Bukankah kita seharusnya mencari tahu kenapa Sojin bunuh diri, Guru?"

"Guru, bagaimana Guru bisa mengajar di situasi seperti ini?"

Guru Hwang diam sejenak. Ia melihat para muridnya. "Guru tahu hal itu. Polisi sudah datang dan sekarang sedang menyelidiki kasus kematian Sojin," jelas Guru Hwang. "Sekarang buka buku kalian. Kita mulai pembelajaran," imbuhnya.

"Ah... Guru..." Para murid masih ada yang protes, namun Guru Hwang tetap bersikukuh untuk memulai pelajarannya.

***

Garis polisi terpasang membentuk tanda X di depan pintu toilet perempuan, menandakan tidak ada yang boleh melewati garis tersebut. Seperti yang dikatakan Guru Hwang kalau kematian Sojin menjadi kasus yang ditangani oleh polisi.

Youngjoo berdiri cukup dekat dari garis polisi tersebut. Pandangannya terarah pada pintu yang ditutup. Polisi sudah melakukan identifikasi dan pengolahan tempat itu tadi. Menghela nafas, Youngjoo masih berdiri di tempat itu.

"Kenapa kau malah di sini? Ayo pulang."

Mendengar suara yang dikenalnya, Youngjoo menoleh. "Doyoung..." Youngjoo menyebut nama siapa yang berada di sebelahnya sekarang. Ia menatap Youngjoo dengan tatapan sendu. "Sojin... kenapa ia bunuh diri?"

"Kita akan tahu kalau polisi sudah menyelidikinya."

Youngjoo kembali bicara. "Bagaimana kalau–"

Doyoung seolah memahami pikiran Youngjoo. Ia menyela ucapan Youngjoo sehingga terpotong. Doyoung memegang lengan seragam Youngjoo dan menariknya. "Sudah. Ayo pulang."

Seperti tidak mempunyai tenaga, Youngjoo membiarkan Doyoung membawanya pergi dari tempat itu. Menuruni tangga sampai berada di luar gedung sekolah. Tangan Doyoung masih berada pada lengan Youngjoo.

Langkah keduanya terhenti ketika terhalang oleh kehadiran Yuta yang sekarang posisinya berhadapan Doyoung dan Youngjoo. Yuta melihat lengan Youngjoo yang dipegang Doyoung. Lalu menatap dingin pada Doyoung. Setelah itu dia melihat wajah Youngjoo yang tampak sendu.

"Kau kelihatan tidak baik." Ucapan Yuta itu ditujukan pada Youngjoo.

Doyoung menanggapi Yuta. "Tidak usah khawatir. Aku akan mengantar Youngjoo pulang."

Rupanya tanggapan yang Doyoung lontarkan membuat Yuta tidak senang. Youngjoo sendiri merasa tidak bertenaga sehingga tidak ingin berkata.

"Tidak usah khawatir?" ucap Yuta. "Justru denganmu, aku jadi mencemaskan Youngjoo." Yuta pun memegang lengan Youngjoo yang lain dan menariknya sehingga Youngjoo terhuyung ke arahnya.

Youngjoo menatap bergantian pada Yuta dan Doyoung. Kedua lengannya dipegang dan ditarik-tarik oleh dua pemuda itu. Membuat Youngjoo merasa ia seperti barang.

Tidak ada yang menyerah. Yuta dan Doyoung justru saling melayangkan tatapan tajam.

"Kalau begitu, kita tanyakan pada Youngjoo, dia ingin pulang dengan siapa," tutur Doyoung kemudian.

Setuju. Yuta bertanya pada Youngjoo. "Kau memilih siapa? Pulang dengan Doyoung atau denganku?"

Youngjoo tidak mengerti kenapa hal sepele seperti ini menjadi bahan berseteru keduanya.

"Youngjoo!"

Seruan dari seorang laki-laki membuat Youngjoo, Doyoung, dan Yuta menoleh bersamaan ke arah asal seruan tersebut. Mereka melihat Hansol datang menghampiri.

Youngjoo melepaskan tangan Yuta dan Doyoung yang berada di lengannya. Lantas berkata pada Hansol. "Oppa. Kau kemari?"

Hansol mengangguk. "Iya. Aku melewat sekolahmu, jadi kupikir sekalian menjemputmu saja,"jelas Hansol. Lalu, ia menatap Yuta dan Doyoung. "Apa yang kalian lakukan? Kenapa belum pulang?"

"Aku mau pulang sekarang." Doyoung menjawab, sementara Yuta diam saja.

"Kalau begitu sekalian saja biar aku antar pulang," ajak Hansol.

Tentu saja ajakan itu ditolak oleh keduanya. Yuta dan Doyoung memilih pulang masing-masing. Sebelum pergi Yuta menyempatkan melihat sebentar Youngjoo.

"Aku duluan," ujar Doyoung, pamit pada Youngjoo.

Youngjoo merespon dengan anggukan. Kemudian, Youngjoo melihat Hansol. "Oppa... teman kelasku bunuh diri."

Ekspresi Hansol langsung berubah, terkejut. "S-Siapa?"

"Sojin." Youngjoo menundukkan kepalanya. "Aku merasa bersalah."

***


Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C41
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập