Tải xuống ứng dụng
5.23% MY UNCLE, MY HUSBAND / Chapter 38: CINCIN ARDHAM & NADINE

Chương 38: CINCIN ARDHAM & NADINE

"Nadine Aisyell." panggil Ardham mesra saat berdua duduk di meja makan untuk sarapan pagi.

"Hem apa?" tanya Nadine sedikit heran, tidak biasanya Ardham memanggil namanya dengan lengkap.

"Aku semalaman berpikir tentang hubungan kita." ucap Ardham sedikit ragu jika keinginannya tidak akan bisa di penuhi oleh Nadine.

"Kenapa dengan hubungan kita?" Nadine semakin tidak mengerti arah tujuan Ardham.

"Aku ingin menikahimu secepatnya, tapi kamu masih belum siap, jadi..." Ardham tidak meneruskan ucapannya.

"Jadi apa?" potong Nadine dengan tatapan rumit.

"Aku ingin kita bertunangan, aku ingin mengikatmu dengan sebuah cincin. Sebagai tanda kamu adalah millikku. Bagaimana menurutmu?" Tanya Ardham sedikit tersendat. Mata kecilnya melirik wajah Nadine yang bersemu merah.

"Aku rasa...itu tidak perlu Dham. Bukannya sudah cukup bagi kita, kalau kita sudah saling memiliki dan saling mencintai." ucap Nadine sedikit takut, kalau Ardham akan salah paham lagi.

Ardham memijit pelipisnya, sudah sangat paham dengan jawaban Nadine yang pasti seperti itu. Selalu menolak untuk menjalin hubungan yang lebih serius. Entah karena apa dan alasan apa.

Ardham menghela nafas panjang, tanpa bicara lagi Ardham menghentikan sarapannya. Beranjak dari kursinya berjalan melewati Nadine dengan langkah gontai menuju ruang kerjanya.

Tidak tahu kenapa, Nadine sama sekali tidak mau mengerti akan keinginannya. Ardham ingin menjadikan Nadine seorang yang penting dalam hidupnya. Jujur Ardham merasa takut kehilangan Nadine, takut jika suatu saat Nadine akan berpaling darinya. Karena di sekeliling Nadine begitu banyak laki-laki yang lebih menarik dan tampan yang menyukai Nadine.

Nadine yang masih duduk di meja makan pun, merasa hatinya ada yang sakit, bagi Nadine sudah cukup hatinya bahagia bisa memiliki hati dan cinta Ardham yang begitu besar padanya. Ada alasan kenapa Nadine menolak keinginan Ardham dengan secara halus. Alasannya adalah Anna.

Anna masih sangat mencintai Ardham. Dan itu Nadine ketahui sendiri, saat melihat dan mendengar Anna menangis sedih di dalam kamarnya meracau memanggil nama Ardham dan mengungkapkan semua rasa kecewa di hatinya.

Nadine merasakan apa yang di rasakan Anna, karena Nadine sudah pernah merasakannya selama tujuh tahun, bagaimana rasanya hati yang terluka.

Sekarang perasaan bersalah mendera hati Nadine karena telah mengecewakan hati Ardham lagi.

Nadine melihat segelas susu masih utuh di atas meja. Karena sangat kecewanya, sampai Ardham belum sempat meminum susunya. Perlahan Nadine pun beranjak dari kursinya, meraih segelas susu itu dan membawanya ke ruang kerja Ardham.

Ruang kerja Ardham tidak terkunci saat Nadine membukanya. Di lihatnya Ardham berdiri di depan di cendela, dengan tatapan mata yang hampa.

"Aku telah menyakiti hati orang yang aku cintai? apa yang bisa aku lakukan sekarang?jika aku mengatakan alasan yang sebenarnya, pasti akan terjadi kerenggangan antara Ardham dan Bibi Anna." batin Nadine dalam hati.

Nadine menghembuskan nafasnya dengan keras mengeluarkan semua rasa sesak di dalam dadanya.

Setelah meletakkan minuman di atas meja, Tanpa mengeluarkan suara Nadine mendekati Ardham yang masih melamun dengan pandangan yang jauh entah melihat apa. Dengan perasaan bersalah, tangan Nadine berlahan memeluk pinggang Ardham dari belakang.

Terlihat Ardham sedikit terkejut saat tangan halus Nadine menyentuh dan memeluk pinggangnya erat, Ardham membiarkan pelukan itu dalam kesunyian, hanya hembusan nafas Nadine yang terasa menerpa kulit punggung Ardham.

Sesaat dalam kesunyian, Nadine merasakan rasa kehilangan, kehilangan sikap manja dan keras kepalanya Ardham.

Nadine semakin memeluk erat pinggang Ardham menyusupkan kepalanya dalam punggung kokoh Ardham, terasa nyaman dan sangat menenangkan.

"Aku sangat mencintaimu Dham, jangan pernah meragukan perasaanku padamu." ucap Nadine dengan suara lirih, dengan mata yang terpejam.

Hati Ardham semakin terluka dengan kata-kata Nadine yang manis namun berbalik dari kenyataannya, di mana telah dua kali Nadine telah menolak keinginannya.

Tubuh Ardham berbalik, menatap mata Nadine yang terlihat sendu.

"Bagaimana aku tidak merasa ragu Nad, jika kamu selalu menolak keinginanku untuk menyeriuskan hubungan kita? Apa kamu hanya mempermainkan perasaanku?" sahut Ardham melemah.

Nadine membalas tatapan Ardham dengan rasa yang semakin bersalah.

"Apa yang kamu katakan Dham? jangan pernah bicara seperti itu lagi sayang." sahut Nadine menangkup wajah sedih Ardham.

"Aku harus bagaimana Nad, aku tidak ingin kehilanganmu. Aku ingin semua orang tahu kamu milikku. Hanya milikku." ucap ardham dengan suara penuh tekanan.

"Apa keinginanku itu terlalu berat bagimu Nad?" Tanya Ardham lagi dengan sedih.

"Tidak berat sama sekali Dham, aku sungguh sangat bahagia dengan semua keinginanmu. Tapi sekarang bukanlah waktu yang tepat." jelas Nadine dengan meraih kedua tangan Ardham dan mengecupnya lembut.

"Bukan waktu yang tepat bagaimana? bilang saja kalau kamu tidak mau bertunangan denganku?" tanya Ardham masih berusaha meraih keinginannya dengan wajah kesalnya. Nadine tak tega melihat wajah tampan Ardham terlihat kesal dan kecewa.

"Baiklah Dham, aku mau bertunangan denganmu. Tapi ada syaratnya." ucap Nadine akhirnya menerima keinginan Ardham.

"Apa syaratnya?" rasa ragu terbesit kembali di hati Ardham.

"Aku mau bertunangan denganmu, asal hanya kita yang tahu. Kamu bisa membelikan aku cincin, dan aku berjanji akan memakainya. Tapi cincin kita harus beda, kamu bisa ukir nama kita di cincin tersebut. Bagaimana Dham?" Tanya Nadine dengan serius.

"Kenapa cincin kita harus beda Nad? aku ingin cincin kita sama, agar semu orang tau kita berdua telah bertunangan." ucap Ardham masih mempertahankan keinginannya agar semua pria teman Nadine tahu, kalau Nadine adalah miliknya.

"Sekarang kamu tinggal pilih Dham, kita bertunangan tapi dengan syaratku atau kita tidak ada tunangan sama sekali!" tegas suara Nadine

"Baiklah, aku mengalah." ucap Ardham dengan helaan nafas panjang.

"Kamu sudah sangat pintar sekarang Nad, sudah tahu cara bagaimana mengendalikan diriku."

"Ayolah sayang, tidak ada kata siapa yang pintar mengendalikan. kita sama-sama saling mengendalikan sayang, untuk kebaikan kita berdua." ucap Nadine sambil mengusap bibir bawah Ardham dengan ibu jarinya.

Nadine tahu kelemahan Ardham hanya pada sentuhannya.

Ardham meraih pelan jemari Nadine yang berada di bibirnya, kemudian mengecupnya dengan lembut.

"Baiklah Nad sekarang istirahatlah, malam nanti kita akan makan malam di luar sekaligus kita bertunangan. Aku mau pergi sebentar untuk persiapkan cincin kita." ucap Ardham melunak seraya mencium kening Nadine.

Mata Nadine membulat indah, dengan mulut sedikit terbuka tak percaya dengan keputusan Ardham yang selalu sepihak.

"Malam ini? bertunangan? what the hell?" Teriak Nadine dengan perasaan tak percaya.

***

Di dalam cafe yang tidak terlalu ramai. Nadine duduk di sofa dengan sangat santainya, sambil menikmati segelas juice alpukat.

Di sampingnya Ardham duduk dengan wajah sedikit bermuram durja . Angan-angannya yang akan mengajak Nadine untuk makan malam di hotel berbintang lima kini telah sirna.

Ardham melayangkan pandangannya ke sekeliling cafe, terlihat beberapa pasangan yang masih remaja nampak begitu mesranya dengan penampilan mereka yang terlihat casual.

Sedang dirinya? usia sudah tidak remaja lagi, apalagi dengan penampilannya yang terlihat resmi dengan memakai jas pula.

Sungguh Nadine telah membuatnya menjadi benar-benar seorang budak cinta yang sejati hingga bisa begitu mudah membawanya kemari.

"Dham." panggil Nadine memecahkan curhatan Ardham pada dirinya sendiri.

"Hm." jawab Ardham singkat masih dengan wajah muramnya.

"Kenapa diam terus? katanya tadi baik-baik saja kita makan malamnya di sini? sekarang kenapa muram begitu?" ucap Nadine memegang dagu Ardham dan menatapnya lekat-lekat.

"Aku tidak bisa lama-lama di sini Nad." keluh Ardham.

"Lihat mereka yang di sini, usianya rata-rata seusiamu. Dan cara berpakaian mereka beda dengan yang aku pakai." ucap Ardham sambil memperlihatkan jasnya.

Nadine hanya tersenyum kecil.

"Maafkan aku Dham, aku bukannya tidak mau makan malam di hotel bintang lima. Aku hanya tidak terbiasa pergi ke hotel bintang lima atau aku berpakaian seperti putri-putri pejabat. Aku sama sekali tidak terbiasa." sahut Nadine menjelaskan bagaimana dirinya yang sebenarnya.

"Dan aku malah sama sekali tidak pernah ke tempat seperti Nad? bagaimana aku bisa menyesuaikan diri?" protes Ardham yang merasa dirinya tidak nyaman di cafe itu.

"Baiklah kalau kamu merasa tersiksa dan tidak nyaman. Ayo kita pulang." balas Nadine seraya meletakkan juice nya dan berdiri.

Nyali Ardhampun menciut kembali melihat kekesalan di wajah Nadine.

"Kenapa harus pulang Nad? aku kan hanya bilang belum bisa menyesuaikan diri. bukan minta pulang." sahut Ardham mencoba menenangkan Nadine

"Ayo...duduklah lagi, malu di lihat orang." lanjut Ardham sambil menarik tangan Nadine agar duduk kembali.

Nadine pun duduk kembali dengan sedikit senyuman di ujung bibirnya.

"Dham di mana cincinnya? katanya kita ada tunangan malam ini?" tanya Nadine mengingatkan Ardham akan tujuannya. Ardham menepuk keningnya hampir saja dia lupa akan tujuannya.

Dengan cepat Ardham.mengeluarkan kotak cincin dari dalam kantong celananya.

"Lihatlah Nad, semoga kamu suka." ucap Ardham memberikan kotak cincin itu pada Nadine.

Nadine membuka kotak cincin dengan tangan sedikit gemetar. Mata Nadine berkaca-kaca saat melihat bentuk cincin yang tertulis nama Ardham.

Bentuk cincin ini adalah cincin yang pernah di inginkannya saat dia masih remaja, yang pernah di lihatkan pada Ardham dari sebuah majalah yang terkenal. "Cincin bermata biru"

Nadine menatap Ardham dengan airmata yang sudah berlinang.

"Dham, ini kan bentuk cincin yang pernah aku perlihatkan padamu?"


SUY NGHĨ CỦA NGƯỜI SÁNG TẠO
NicksCart NicksCart

Malam kk, happy reading

Yang lega,...

Yang bahagia,...

Angkat tangan y kk

Akhirnya Ardham tlah mengikat Nadine dengan cincin pertunangan.

Apalagi rivalnya yang sekarang lebih kece badai dari pada dirinya.

Di chapter selanjutnya,...judulnya TATAPAN MATA JIAN

Apa maksudnya ya,....apakah mata Jian mampu meluluhkan hati Nadine,..

Ya udah kk,...lanjut pada ucapan terimakasih sy pada kk semua yang tlah berkorban memberikan vote, ulasan,bintang plus komentnya..moga tdk bosan y kk

luv u all,...

Load failed, please RETRY

Quà tặng

Quà tặng -- Nhận quà

    Tình trạng nguồn điện hàng tuần

    Rank -- Xếp hạng Quyền lực
    Stone -- Đá Quyền lực

    Đặt mua hàng loạt

    Mục lục

    Cài đặt hiển thị

    Nền

    Phông

    Kích thước

    Việc quản lý bình luận chương

    Viết đánh giá Trạng thái đọc: C38
    Không đăng được. Vui lòng thử lại
    • Chất lượng bài viết
    • Tính ổn định của các bản cập nhật
    • Phát triển câu chuyện
    • Thiết kế nhân vật
    • Bối cảnh thế giới

    Tổng điểm 0.0

    Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
    Bình chọn với Đá sức mạnh
    Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
    Stone -- Power Stone
    Báo cáo nội dung không phù hợp
    lỗi Mẹo

    Báo cáo hành động bất lương

    Chú thích đoạn văn

    Đăng nhập