Tải xuống ứng dụng
72.41% YangTerpilih (YTP) / Chapter 42: Tidak Ada Kebetulan, Semua Adalah Ketentuan (2)

Chương 42: Tidak Ada Kebetulan, Semua Adalah Ketentuan (2)

"Assalamualaikum Dicky, Aku Arsya calon suami Yumna. Ah iya kamu memanggilnya Tata. Maaf jika aku mengambilnya darimu. Maaf jika aku berani menghapus air matanya setelah kepergianmu. Izinkan aku menyentuh hatinya. Kamu orang yang sangat dia sayangi, bagaimanapun kamu memiliki tempat di hatinya. Tapi izinkan aku mengarungi bahtera rumah tangga bersamanya, aku akan berusaha membuatnya bahagia" ucap Arsya dengan penuh keyakinan, sedangkan Yumna menatapnya bahagia.

🔹🔹🔹

"Aku pernah bertemu dengannya, dulu sekali saat dia masih di Yogyakarta.Tidak sengaja nenabraknya di stasiun dan ku lihat setiap sore ke sana dan pulang sendiri. Lama-lama aku penasaran, rupanya dia menunggu seseorang yang tidak berkabar. Sayang dan tulusnya cinta ke kamu luar biasa. Tapi anehnya aku semakin tertarik dengannya. Suatu hari aku menunggunya lama sekali, dan semakin tak pernah melihatnya lagi. Sampai suatu hari lagi-lagi stasiun menjadi tempat pertemuan dengannya. Dari situ aku yakin dia jodohku" lanjut Arsya

"Sekali lagi maaf bukan aku merebutnya darimu, tapi mungkin inilah ketentuanNya. Izinkan kami berbahagia Dick" ucap Arsya dengan sungguh-sungguh.

"Benar kata umi, Allah memberi kebahagiaan untukku dengan cara seperti ini. Mas Dicky, semoga kamu juga bahagia di sana. Kini izinkan aku melepasmu, semoga engkau tenang di sisiNya. Percayalah kamu sudah punya tempat di hatiku mas. Izinkan aku berbahagia juga di sini bersama mas Arsya. Bukankah dia lelaki yang baik?" batin Yumna.

Setelah lama saling bertukar cerita, tiba saatnya mereka berdua pamit.

"Mas, Tata pamit ya. Assalamu'alaikum"

Setelah meminta izin, Yumna dan Arsya kembali dan segera berkunjung ke WO untuk melihat persiapan pernikahan mereka.

Setelah seharian berkonsultasi dengan piham WO, mereka kembali ke rumah Yumna.

"Masuk dulu mas? ada ayah sama bunda"

"Baiklah aku mampir, lama juga tidak ketemu bunda sama ayah" mereka melangkahkan kaki, rupanya bunda dan ayah sudah nenunggu.

Di ruang tamu, Arsya mengobrol dengan ayah. Sedangkan Yumna sibuk di dapur mempersiapkan masakan untuk makan malam.

"Bagaimana persiapan pernikahan kalian? sudah sejauh mana?" tanya ayh Yumna.

"Alhamdulillah sudah 90% om" Arsya sedikit canggung, pasalnya ayah terlihat dingin namun sebenarnya baik.

"Syukurlah. Kamu ini, bentar lagi jadi anak masih saja panggil om. Memang ayah ini om kamu?" canda ayah

"Hehee maaf om, eh yah"

"Jangan sampai bikin anak ayah menangis sya, atau ayah minta Yumna kembali"

"Iya yah, Arsya tidak berjanji untuk selalu membuatnya bahagia tapi Arsya akan selalu di sampingnya" ucap Arsya dengan yakin. Ayah tersenyum bahagia, akhirnya Yumna bisa merasakan bahagia meskipun harus melalui berbagai kesakitan.

"Sejujurnya ada yang ingin ayah sampaikan, tapi lebih baik biar Yumna yang mengatakannya"

"Tentang apa yah?"

Sedangkan di dapur, bunda justru menggoda Yumna yang memasak. Sesekali pandangannya melihat ke arah ayah dan Arsya.

"Duh anak bunda yang bentar lagi ganti status mau jadi istri jadi makin rajin masak, enak lahi" goda bunda senbari membantu Yumna.

"Ah bunda" dengan wajah yang sudah memerah

"Hehe, anak bunda udah besar aja. Kaya baru kemarin gendong, eh sekarang malah udah mau nikah"

"Tadi udah jadi ke makam nduk?"

"Udah bund, Tata udah tenang sekarang" bunda memelukku, seolah memberi kekuatan.

"Tata nggak papa bund, sekarang Tata udah ikhlas. Bagaimanapun ini adalah ketentuan Allah kan bund?"

"Uluh makin pinter aja anak bunda"

Tak lama berselang, mereka makan malam bersama dengan menu yang sudah di masak Yumna. Capcay kuah, udang saus mentega, bakwan jagung, tumis jamur, Ikan bumbu kuning, tempe goreng, sambal.

Mereka berkumpul berempat di meja makan, ayah di samping bunda. Sedangkan Yumna duduk samping Arsya. Ya kursi yang tersedia memang hanya empat.

"Ayah mau apa?" tanya bunda sembari mengambil nasi dari wadahnya.

"Sama udang bun, sama tumis aja" jawab ayah

Arsya memandang kemesraan ayah dan bunda di meja makan yang membuatnya merasa iri.

"Mau aku ambilin mas?" suara Yumna mengagetkan lamunan Arsya.

"Enggak usah"

"Biarkan dia sya, biar latihan jadi istri yang melayani suami" Yumna hanya menunduj mau dan Arsya tersenyum menanggapi bunda Yumna.

"Mau pake capcay atau tumis mas?"

"Capcay aja sama udang aja" Yumna dengan telaten mengambilkan makanan yang di minta Arsya, kemudian untuk dia sendiri.

Makan malam yang terasa sangat membahagiakan, beberapa waktu lalu Ymna bersama keluarga Arsya. Hari ini tanpa di rencanakan makan bersama ayah dan bunda. Mereka tampak akrab dan berbincang ringan di meja makan.

Mereka semua tersenyun bahagia sembari mengobrol ringan di meja makan.

"Kamu udah jadi ajukan resign nduk?" tanya ayah

"Udah yah, maaf ya yah?"

"Justru lebih baik sayang, biar lebih fokus. Lagian calon suami kamu di sini masa kamu malah merantau saja, percaya sama Allah rezeki sudah di atur sama Allah"

"Iya yah, Tata berangkat sekali lagi masih ada yang belum selesai"

"Terserah kamu saja asal Arsya tidak keberatan"

"Sekarang kan Yumna masih tanggung jawab ayah, kalau Arsya tidak keberatan yah" akhirnya Arsya angkat bicara

Tidak berapa lama setelah makan dan berbincang, Arsya pamit pulang tidak enak dengan tetangga.

"Arsya pulang yah, bund, na" ayah hanya mengangguk

"Kamu hati-hati ya sya" ucap bunda

"Iya bund"

"Bund, yah Tata anter mas Arsya ke depan ha?" bunda dan ayah mengangguk, sedangkan mereka berlalu ke dalam rumah.

"Mas pulang ya na, kamu banyakin istirahat"

"Iya mas, mas juga hati-hati bawa mobilnya. Jangan ngebut"

"Iya sayangku yang bawel" sambil mengacak kepala Yumna yang tertutup hijab.

"Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam"

Setelah Arsya hilang dari pandangannya, Yumna masuk dengan hati bahagia. Bahkan senyumnya selalu mengembang di wajahnya.

Yumna memasuki kamar dan bersih-bersih, setelah itu tertidur dengan baahagia.

Mengikhlaskan yang telah pergi memang tidak mudah. Ikhlas atau tidak faktanya tidak akan membuat dia yang pergi kembali lagi. Yumna mencoba berdamai dengan keadaan, berdamai dengan ketentuan Allah.

Terkadang, kita sebagai manusia sering lupa. Lupa jika hidup itu tidak selalu bisa sesuai dengan apa yang kita inginkan, ya kalau ingin semua sesuai sama yang kita mau sih namanya kita sutradaranya, bukan Gusti Allah. Kita juga sering kali lupa bersyukur sudah diberi kesempatan hidup dan lupa menikmati setiap momen yang terjadi dan tidak jarang hanya terewat begitu saja.

Hingga akhirnya, ketika sesuatu atau seseorang itu pergi dan menghilang, kita malah terkadang menyalahkan keadaan bahkan menyalahkan Tuhan. (Gak jarang sambil nangis) menginginkan semua itu kembali, bersama kita lagi. Padahal, kita tidak bisa mengubah orang-orang menjadi seperti apa yang kita mau dan seperti yang kita butuhkan. Yang pergi biarkan pergi dan jangan mengharapkan kembali, apalagi sampai memaksa. (kutipan hipwee)

🌹🌹🌹

Terima kasih buat Sejak senin kemarin kak, jangan lupa kasih PS nya lagi yaa 😉. Buat yang belum kasih PS, di tunggu 😊😊

Gieta_Yoana_Putri

Nie_Sajah

Dita_Febrianyy

Veby_Januarta

Firza_Ninis

ronik2912

mynm_PN

Suupriati

Ely_kurniawati

Muryani26

Doist510645

Muh_Lis_8775

Santhi_Hanif

Buat yang sering komen dan kasih review juga terima kasih 😘😘


Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C42
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập