Tải xuống ứng dụng
41.37% YangTerpilih (YTP) / Chapter 24: Siapa dia?

Chương 24: Siapa dia?

Yumna hanya diam menggangguk membiarkan Arsya mengantarnya pulang. Di tempat lain, wanita itu sedang khawatir karena Arsya tidak bisa di hubungi.

"Duh Arsya kemana ya?" wanita itu berdecak kesal karena menghubungi nomor Arsya yang tidak aktif.

🔹🔹🔹

Surabaya . . .

"Mama nggak bisa maksa aku buat menikah dengan dia !! aku tidak mencintainya !!"

"Tanggal pernikahan sudah di tentukan. Mama dan papa sudah bicara dengan om ira dan tante Mayang. Kalian akan menikah 1 minggu lagi"

"Tapi ma . . . "

"Kamu mau membantah mama? oh mama tahu pasti karena Yumna kan? pikirkan Fahri, jika kamu bersamanya dia kamu tidak akan bahagia. Lihat keluarganya, kamu mau hidup kekurangan?"

"Fahri sayang sama dia ma, Fahri bersedia jika menikahinya itu berarti dia tanggung jawab Fahri. Kenapa si mama selalu memandang rendah orang hanya karena harta? semua orang sama di mata Allah ma"

Mama hanya diam dan Fahri pun diam seribu bahasa. Dia tetap tidak ingin menikahi wanita pilihan mama dan papanya, tapi dia tidak ingin membantah kedua orang tuanya.

"Mama memang selalu egois" ucap Fahri dengan lirih.

Dia tidak tahu lagi harus bagaimana. Satu sisi dia masih sangat mencintai Yumna, meski tahu kini Yumna sudah bertunangan. Tapi di sisi lain Fahri tidak bisa menolak kemauan mamanya.

Beberapa hari kemudian Fahri dan gadis itu datang ke sebuah galeri rias untuk fitting baju pernikahannya. Fahri mengenakan jas latte dan gadis itu dengan gaun cantiknya dengan warna senada. Fahri sempat terpana melihat aura kecantikan gadis yang akan menjadi istrinya itu, tapi tetap saja baginya Yumna masih menjadi gadis yang tak biasa.

"Bagaimana mas dengan yang ini?"

"Cantik" jawab Fahri dengan cuek mereka berganti baju.

Tiba-tiba satu pasangan lagi datang ke lokasi fitting baju tersebut.

"Silahkan mba, mas" seorang mempersilahkan masuk ke ruang tunggu. Yumna masuk ke ruang ganti pengantin wanita untuk mencoba gaunnya, sedangkan Arsya menunggu di ruang tunggu.

"Wanita itu sungguh ribet" gerutu Fahri

"Tapi kamu terpesona kan dengan makhluk yang bernama wanita" Fahri menengok ke asal suara tersebut sambil tertawa.

"Haha benar juga, sedang menunggu calon istri mas?"

"Iya, kamu juga? Hallo aku Arsya"

"Fahri" mereka pun berbicang cukup lama.

Pelayan di sebelah kanan tepat di depan Fahri menyibak klambu untuk memperlihatkan calon wanita, betapa terkejutnya saat melihat seseorang di balik kelambu itu.

"Yumna" gumam Fahri tak percaya, dia segera berdiri namun langkahnya terhenti saat Arsya menghampiri Yumna.

" Aa dari mana?" Yah ketika Yumna memanggil Arsya Aa (panggilan kesayangan Arsya dari mama papanya) itu berarti Yumna sudah tidak marah lagi neskipun masih kesal dan penasaran. Yumna masih penasaran dengan gadis itu tapi tidak memberanikan diri bertanya, takut hatinya akan patah. Arsya berjalan dengan tatapan penuh kasih sayang.

"Bagaimana a? bagus?" tanya Yumna dengan penasaran pasalnya Arsya hanya diam membisu melihat Yumna dengan gaun salem dan kerudung senada.

"A !!" teriak Yumna merasa di abaikan.

"Kamu sangat cantik sayang" jawab Arsya dengan lembut. Mereka berbicara jauh dari tempat Fahri dan membelakanginya sehingga Yumna tidak melihat Fahri.

Fahri diam tertegun, tidak menyadari jika sedari tadi calon istrinya memanggilnya. Dia menoleh ke arah tatapan Fahri. Dua orang yang sedang berbincang mesra membelakangi mereka.

"Kamu kenal?" tanya gadis itu.

"Ya" jawab Fahri singkat

"Hmm atau jangan-jangan wanita itu yang kamu cintai?" pertanyaan itu membuat Fahri menatapnya dengan tajam.

"Jika kamu tidak ingin, aku bisa bilang sama mama papaku" dengan nada sedih gadis itu mencoba berdamai. Awalnya terpaksa karena desakan orang tua, namun seiring waktu dia mulai mengagumi Fahri.

"Maafkan aku, tidak perlu kamu tidak perlu melakukan itu. Aku akan tetap menikahimu lusa" kata Fahri dengan tegas.

"Terima kasih"

Tidak selang berapa lama Yumna masuk untuk berganti baju, begitupun dengan gadis itu. Yumna lebih dulu selesai dan datang menghampiri Arsya yang masih menunggunya dengan sabar. Mereka berjalan menuju pintu keluar, tatapannya tertuju pada Fahri.

"Fahri !! " teriak Yumna dengan riangnya

"Eh na, kamu? aah aku kira tadi salah lihat rupanya benar kamu?

"Kalian kenal?" tanya Arsya dengan heran

"Iya A, dia sahabat aku sejak kuliah, dia pengacara yang hebat" puji Yumna, membuat Arsya sedikit cemburu.

"Kamu sama siapa rek? mana calon istri kamu?"

"Mana ada ke sini sendirian, mau ngapain rek? dia masih di dalam berganti pakaian, kalian sudah selesai? cepat sekali?"

"Hanya mencoba sebentar mumpung selo ri. Kok kamu bisa di Malang rek?"

"Panjang cerita na"

Gadis itu keluar dari persembuyiannya dan kaget melihat orang yang di kenalnya.

"Loh Arsya? Yumna?"

Yumna dan Arsya menatap gadis itu.

"Mba Laras? sama Fahri?"

"Laras?"

"Kalian kenal? heh iya ini aku" tanya Laras

Mereka pun berbincang ala perempuan, dan kedua lelaki itu hanya terdiam heran melihat kedua perempuan itu.

"Mumpung semua berkumpul bagaimana kalau kita makan malam bersama, kebetulan kami mau makan malam ayo gabung sekalian" ajak Arsya

Mereka menuju ke sebuah restoran terkenal di kota itu. Mereka menempati meja dengan kursi 4 orang yang tersedia. Mereka berbicang cukup lama dan akrab.

"Bagaimana keadaan mama kamu ras?" tanya Arsya mengawali pembicaraan

"Alhamdulillah sudah baikan sya, makasih ya kalau nggak ada kamu . . ."

"Sudahlah ras, jangan di pikirkan. Lusa kamu menikah kan? jangan stress yang penting sekarang baik-baik saja"

Tanpa di sadari oleh Arsya seorang di samping tengah memerhatikan mereka. Hati Yumna sedikit sakit hati mendengar pembicaraan mereka. Tidak ada yang tampak aneh, hanya saja beberapa hari terakhir Yumna lebih sensitif dan mudah cemburu. Fahri yang sadar dengan tatapan Yumna, segera mengajak Laras pulang.

***

Di mobil . . .

"Kamu kenapa sayang, dari tadi diam saja. Ada yang mengganggu pikiranmu?" Arsya mulai pembicaraan melihat Yumna yang dari tadi hanya diam. Yumna hanya menggeleng dan mendengus kesal.

Karena banyak pertanyaan dan penasaran Yumna angkat bicara.

"Kok Aa ketemu mba Laras nggak cerita sama Yumna?"

"Mamanya sakit, minggu lalu mereka ke RS waktu kamu nganterin makanan itu"

"Oh, jadi wanita yang kamu peluk itu?" dengan nada kesal.

"Kamu melihatnya?"

"Dengan jelas, kamu memeluknya dan membiarkan dia menangis di pelukanmu"

"Kenapa tidak menegurku? dan itu tidak seperti yang kamu lihat" Arsya membela diri

"Tidak seperti yang aku lihat mas? hah sudah jelas aku melihatnya dengan mataku sendiri"

"Tidak sepantasnya mas, kamu sudah memiliki calon istri dan dia bukan muhrim kamu tidak pantas berpelukan dengannya".

"Kamu cemburu?" Arsya tersenyum.

"Cemburu? menurut kamu A. Melihat tunangannya berpelukan di hadapannya?"

"Maafkan aku yang" pinta Arsya.

"Hh sudahlah, buat apa minta maaf" Yumna hanya memandangi keluar jendela tanpa berkata apapun lagi.

"Atau kamu yang belum bisa melupakan Dicky? Laras itu sahabat baikku, dia sedang butuh bantuan. Sedangkan kamu masih menyayangi orang di masa lalu kamu, memang aku tidak cemburu saat kamu di hadapanmu dan orang yang kamu panggil adalah Dicky?"

"Ini tidak ada hubungannya dengan mas Dicky. Kamu tahu betapa susahnya aku mengikhlaskan kepergiannya? dan sekarang kamu mengungkitnya?" dengan air mata yang sudah mulai menetes.


Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C24
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập