Hari-hari sekolah tiba lagi, dan
"Selamat pagi teman-teman! Perkenalkan saya adalah Butterfly pahlawan peringkat 2! Saya akan mengajarkan seni rupa!" Kata Butterfly.
"Baik ms. Butterfly, kita sudah tahu itu.. kita sudah bertemu minggu lalu." Kata Odelia.
"Ara ara, begitu ya? Dasar Butterfly pelupa." Kata Butterfly.
Guru seni di Kannoya Academy sudah cukup tua, tetapi karena ia tidak mau pensiun, Kannoya Academy hanya meringankan pekerjaannya, yaitu dengan mengajar seni musik saja. Kebetulan sekali, entah mengapa, Butterfly ingin mengajar dalam sekolah Kannoya Academy.
Butterfly selalu bersemangat dalam mengajar seni rupa, dan Butterfly juga cukup ahli dalam hal itu.
.
"Hari ini, kita akan mempelajari seni patung! Karena kita masih bersekolah, kita akan memakai bahan yang simpel saja!" Kata Butterfly.
"Apa itu?" Tanya Kurosa.
"Tentu saja, yang mudah didapatkan, disarankan malam atau clay untuk tugas praktek minggu depan." Kata Butterfly
"Berarti bebas?" Tanya Yukina.
"Ya!" Jawab Butterfly.
"Paling lambat dikumpulkan minggu depan." Kata Butterfly lagi.
"Baik, bu!"
.
.
"Baiklah, sampai di sini saja pelajarannya, mari bertemu lagi minggu depan!" Kata Butterfly.
"Baik, bu."
.
.
Jam istirahat dimulai, tak lama Nera datang ke kantor guru dan mendatangi meja Butterfly.
"Ada apa?" Tanya Butterfly.
"Paling lambat mengumpul tugas praktek minggu depan kan? Ini." Kata Nera sambil memberikan sebuah patung dari kayu.
"Wow, hebat. Pakai sihir ya?" Tanya Butterfly.
"Iya..." jawab Nera.
"Baiklah, jika pakai sihir nilainya akan sedikit dikurangi, jadi apakah yakin? Karena pelajaran ini lebih mengutamakan teknik." Kata Butterfly lembut.
"Ah, baiklah." Jawab Nera.
Nera keluar dari kantor guru. Di luar, rupanya sekelas sudah menunggu di depan kantor guru.
"Tidak boleh pakai sihir, nanti dikurangi nilainya." Kata Nera.
"Ooh baiklah, bubar bubar." Kata Rheinalth.
Semuanya segera membubarkan diri.
.
.
.
Sepulang sekolah,
"Cara manual sulit..." keluh Kurosa.
"Baiklah, katanya bahan yang mudah, Nera, ciptakan sebuah pohon!" Kata Asuka.
Nera membuat sebuah pohon yang besar. Asuka menebangnya dengan cara manual.
"Sebentar, kelamaan." Kata Rheinalth.
"Ice sword." Kata Rheinalth.
Pedang es tercipta, lalu Rheinalth menebang pohon itu. Rheinalth memotong-motongnya menjadi sama besar semuanya.
"Ada sedikit kelebihan kayu, jadi jika ada kesalahan bisa diperbaiki." Kata Rheinalth.
"Baiklah." Jawab Nera.
.
.
"Ara ara, bersemangat sekali." Kata Butterfly.
"Tentu saja." Jawab Rheinalth.
.
"Ayo, teman-teman, bentuk patungnyaa!" Teriak Kurosa.
Semuanya bersiap.
"Eh..." kejut Butterfly.
"KUEEEEEEEEEEEEE!" teriak Kurosa sambil memukuli potongan kayu itu.
"Water ice slash!" Teriak Rheinalth sambil menebas-tebas potongan kayu itu.
"Hiyaa!" Teriak Ermin sambil memukuli potongan kayu itu dengan elemen tanah dan es.
"Earth mountain!" Kata Ardolph sambil mengayunkan kapaknya.
"Wind X sword!" Kata Yukina sambil menebas potongan kayu itu.
"Ice raiper!" Kata Asuka sambil menebas dan menusuk potongan kayu itu.
"Technology, sword hologram!" Kata Denzel, sebuah pedang tercipta. Denzel mengambil pedang itu lalu menebas-tebas potongan kayu itu.
"Light!" Kata Aerum sambil menembakkan sihir cahaya pada potongan kayu itu.
"Fire punch!" Kata Alvina sambil memukul potongan kayu itu.
"ALVINA BEGO, API BISA MENGHANCURKAN KAYU ITU!" Teriak Alfred yang memukuli potongan kayunya dengan cepat.
"Oh iya!" Kejut Alvina.
"Duuh dasar.... water." Kata Rheinalth sambil menyiram potongan kayu milik Alvina.
"Oh, sudah terbentuk tuh!" Kata Alvina senang.
"Terserah deh.." kata Alfred yang masih memukuli potongan kayu itu.
Sementara yang lainnya,
"Apa-apaan mereka ini..." pikir Odelia yang mengukir potongan kayu itu secara manual.
"Benar-benar tidak punya akhlak..." pikir Albern sambil memahat potongan kayu itu.
"Tenang.. kita akan terbiasa kok.." pikir Toshiko sambil memahat potongan kayu itu.
"Mereka memang tidak punya akhlak.." kata Lucianna sambil mengukir potongan kayu itu.
"Benar-benar kekurangan membaca buku..." kata Osamu sambil mengukir potongan kayu itu.
.
"Baiklah, kalian semua melakukannya dengan baik! Kalian semua hebat!" Kata Butterfly.
"Aku tunggu hasilnya!" Kata Butterfly.
.
.
.
Tak lama,
"Sudah bu!"
"Waah cepatnya!" Kata Butterfly.
Butterfly melihat hasilnya satu per satu.
"Semuanya berbentuk indah kok! Kalian sepertinya akan tuntas semua." Kata Butterfly.
"Ms. Butterfly... tidak apa-apa.. jujur saja." Kata Rheinalth.
"Benarkah?" Tanya Butterfly.
"Ya.." kata Rheinalth.
"Baiklah.. ehem.... hasil kalian sangat tidak memuaskan tetapi ada yang memuaskan.. kebanyakan tidak berbentuk tetapi ada yang sangat indah, sebaiknya kalian belajar sabar." Kata Butterfly.
"Baik bu."