Keesokan harinya, teman-teman tidak begitu memperhatikan Yukina. Mereka kira Yukina sedang beristirahat.
"Baiklah, tim partner sudah dibentuk... karena jumblahnya ganjil... maka... Asuka, Kurosa, Toshiko, aku beri pilihan.." kata ms. Sheva.
"Apa itu?" Tanya Kurosa.
"Kalian.... apakah kalian ingin menjadi sebuah kelompok yang berisi 3 anak, atau salah satu dari kalian akan berlatih dengan ms. Sheva?" Tanya ms. Sheva.
Kurosa dan Asuka segera gemetar.
"Mungkin bertiga saja..." kata Kurosa gemetar.
"Baiklah kalian akan bertiga." Kata ms. Sheva.
Lalu Kurosa dan Asuka menghembuskan nafas lega.
"Dan jika kulihat latihan kalian kurang efektif, maka kalian bertiga akan melawan ms. Sheva satu per satu." Kata ms. Sheva.
Kurosa dan Asuka menjerit.
"Memangnya mengapa?" Tanya Toshiko.
"Aaaaa sttttttt!" Kata Kurosa sambil menutup mulut Toshiko.
"Hm?!" Kejut Toshiko.
.
.
.
"Baiklah, hari ini kalian boleh berlatih mandiri." Kata ms. Sheva.
.
.
.
"Aku bagaimana ya? Yukina masih sakit jadi ia tidak bisa bertarung.." kata Ardolph.
"Mau dengan kami?" Tanya Kurosa.
"Eeeh... t-tidak usah..." kata Ardolph malu-malu.
"Duuuh, Ardolph memang keterlaluan. Masak hanya ingin dengan Yukina?" Tanya Kurosa.
Muka Ardolph memerah,
"Ini tidak seperti yang kalian p-pikirkan!" Kata Ardolph.
"Duhuhu... Ardolph memang mudah ditebak." Kata Asuka.
"H-Hoi! Beneran! I-Ini bukan seperti yang kalian semua pikirkan!" Kata Ardolph tersipu-sipu.
"Oooh... ternyata Yukina dan Ardolph pacaran ya?" Tanya Toshiko.
Kurosa tertawa terbahak-bahak.
"B-BUKAAAN!" Teriak Ardolph malu.
Ms. Sheva datang.
"Sepertinya latihan kalian semua kurang maksimal ya..." kata ms. Sheva.
Kurosa, Asuka, dan Ardolph langsung membatu.
"Baiklah, setelah Toshiko, silahkan pilih siapa yang akan berlatih denganku selanjutnya." Kata ms. Sheva.
"Eh? Aku dulu?" Kejut Toshiko.
"Ayo.." kata ms. Sheva.
.
.
.
.
"Aduh.. mengapa kita berdua menjadi partner sih?" Keluh Odelia.
"Mana aku tahu... ayo belajar." Kata Albern.
"Ini praktek, bukan teori!" Kata Odelia.
"Hm... tapi praktek sepertinya kurang penting jika kamu tidak memahami konsepnya." Kata Albern.
"Justru kebalikannya!" Kata Odelia.
"Apa?" Tanya Albern yang sudah kesal dengan perkataan Odelia.
"Iya! Dasar maniak teori!" Kata Odelia.
Lalu mereka saling berhadapan.
"Mereka bertengkar tuh..." kata Alvina dari jauh.
"Ayo bertengkar juga!" Kata Alfred bersemangat.
"H-Hoi? Mengapa sih ingin bertengkar?" Tanya Alvina.
"Karena lebih seru! Lihat ini! Hehehehehe!" Tawa Alfred sambil menusuk-nusuk punggung Alvina dengan jarinya dengan kencang.
"Woi! Dasar tidak waras!" Teriak Alvina.
"Fire burst!" Teriak Alvina.
Alvina meleset.
"Dasar nenek-nenek... lamban sekali..." kata Alfred.
"APA? KAMU KAKEK GILA?!" Balas Alvina.
"W-WOI! SEJAK KAPAN?" Balas Alfred.
"Terlihat... Fire punch!" Teriak Alvina.
Alvina hampir memukul selangkangan Alfred, untungnya Alfred menghindar dengan cepat.
"WOI! KAMU MAU PUKUL APA TADI?!" Kejut Alfred.
"Hehehe... saat bertarung, semua bagian tubuh bisa jadi sasaran lho! Makanya waspada!" Kata Alvina.
.
.
"Ternyata ada juga yang tidak akur..." kata Odelia.
"Sepertinya mereka berdua melenceng dari sekolah Kannoya sendiri... seharusnya mereka tidak seperti itu jika mereka menyukai sekolah mereka." Kata Albern.
"Yah... lagian perempuan berambut kuning dengan sedikit garis merah itu terlihat payah sekali.... ia terlihat lemah dan lamban.." kata Odelia.
.
.
"Ooo.... begitu..." jawab Alvina yang mendengar perkataan Odelia.
"Ya, benar. Kamu lemah sekali, Alvina." Kata Odelia.
Alfred mengepalkan kedua tangannya.
"Eh?" Kejut Alvina.
"Kamu..." kata Alfred geram.
"Apa?!" Tanya Odelia dingin.
"HANYA AKU YANG BOLEH BERKATA PADA ALVINA BAHWA DIA LEMAH, NENEK-NENEK, PAYAH, GILA, IDIOT, BODOH, DAN LAIN SEBAGAINYA! KALIAN TIDAK BOLEH BERKATA BEGITU PADANYA!" Teriak Alfred.
"Apa sih?!" Tanya Odelia kesal.
"POKOKNYA TIDAK BOLEH!" Teriak Alfred.
Alfred menggandeng tangan kanan Alvina dan menariknya,
"Ayo." Kata Alfred.
"Alfred..." kata Alvina.
Alvina memegang dadanya dengan tangan kirinya. Ia tersentuh dengan kata-kata Alfred. Ia memejamkan kedua matanya dan tersenyum.
"Alfred.... tanpa disadari... kamu sedang berbuat baik padaku lho...." pikir Alvina. Muka Alvina sedikit memerah.
.
.
"Sungguh pasangan yang aneh.." kata Odelia.
Albern masih saja membaca bukunya itu.
"Kalian.. sebaiknya kalian berlatih." Kata ms. Sheva pada Albern dan Odelia.
Albern dan Odelia diam saja.
.
.
.
"Ayo, Toshiko." Kata ms. Sheva.
"Baik." Jawab Toshiko.
Toshiko mengulurkan tangan kanannya ke samping kanan. Ranting-ranting kemerahan dan berbentuk kaca muncul. Toshiko mengubah bentuknya menjadi tombak.
"Hm... sihir yang unik." Kata ms. Sheva.
"Terimakasih." Jawab Toshiko.
Toshiko berlari ke arah ms. Sheva.
Toshiko berusaha untuk menyerang ms. Sheva, tetapi semua serangannya meleset.
"Toshiko... kamu masih terlalu lambat." Kata ms. Sheva.
Toshiko terjatuh berlutut dan menghrla nafasnya dalam-dalam.
"Ayo, bangun lagi." Kata ms. Sheva.
"Aku... tidak bisa.... lelah sekali..." keluh Toshiko.
"Hm... kamu jarang latihan ya?" Tanya ms. Sheva.
"Ehm.... sedikit." Jawab Toshiko.
Ms. Sheva mengulurkan tangannya.
Toshiko meraihnya dan berdiri, tetapi ia terlihat kelelahan.
"Hm... Denzel... kemari sebentar." Panggil ms. Sheva.
.
.
"Berdirilah di sana.... benar." Kata ms. Sheva.
Ms. Sheva dan Denzel melihat hasilnya.
"Stamina milik Toshiko... hanya 900." Kata Denzel.
"Sedikit sekali..." pikir ms. Sheva.
"Pantas saja ia mudah kelelahan." Pikir ms. Sheva.
"Toshiko, mulai besok kamu akan berlatih lebih lagi. Istirahatlah yang cukup." Kata ms. Sheva.
"Baik!" Jawab Toshiko.
.
.
"Baiklah... selanjutnya.... Kurosa? Asuka? Atau.... Ardolph?" Tanya ms. Sheva dengan muka-muka menyeramkan.
"HUEEEEEEEEEE!" Teriak mereka semua.
.
.
.
"Eeeh.. ms. Sheva... ijinkan aku menjenguk Yukina dahulu---" kata Ardolph.
"Aku jugaa..." jawab Kurosa.
"Aku juga..." sambung Asuka.
Ms. Sheva memegang pundak mereka bertiga,
"Berlatihlah dahulu denganku!" Kata ms. Sheva.
"HOEEEEE MONSTERR!" Kejut Kurosa.
"Bagaimana ia bisa menahan 3 murid sekaligus?!" Pikir Asuka.
"Baiklah, kalau kalian tidak memilih... Ardolph.... ayo berlatih." Kata ms. Sheva.
"Heeee?! Aku?!" Kejut Ardolph.
"Dan kalian berdua... tetaplah di sini!" Kata ms. Sheva.
"Hiiii menyeramkan...." bisik Kurosa.
.
.
"Ardolph.... lumayan! Aku baru tahu jika kamu memiliki wujud spartan itu." Kata ms. Sheva.
"Terlihat panas di sana..." kata Asuka dari jauh.
"!!!!! H-H-HEI! KA-KALIAN TAHU APA YANG KALIAN BBBBICARAKAN KAN?!" Teriak Ardolph malu.
.
.
"Baiklah... habis ini... Asuka." Kata ms. Sheva.
"HIIIII?!" Kejut Asuka.
"Ayo." Kata ms. Sheva.
.
.
"Asuka, kecepatanmu bertambah! Bagus. Tapi..." kata ms. Sheva.
Asuka mulai gemetar.
"Kembangkanlah sihirmu. Kamu sudah bagus, tapi jangan tidak berlatih." Kata ms. Sheva.
"Syukurlah... terimakasih ms. Sheva!" Kata Asuka.
.
.
"Kurosa...." kata ms. Sheva.
"HOE?!" Kejut Kurosa.
.
.
"Kurosa... dalam uji ketahanan, memang kamulah alhinya, tetapi cobalah tahan lapar jika lapar... karena belum tentu makanan selalu ada. Lain kali aku akan coba latih kamu, mulai sekarang hingga jam ini, jangan makan cemilan." Kata ms. Sheva.
"HOEEEEE?! KEJAAAM!" Teriak Kurosa.
"Ini semua agar kamu bisa bertarung dalam keadaan apapun.... semua pahlawan harus bisa itu." Kata ms. Sheva.
"B-Baik...." keluh Kurosa.
Kurosa melihat pada sebuah kue,
"Cake-san.... maafkan aku.... hari ini aku dilarang... untuk menikmati indahnya malam bersamamu...." tangis Kurosa.
"Tapi satu suap saja bolehka---" kata Kurosa hendak menyantap kue itu.
Ms. Sheva memegang pundak Kurosa dengan tatapan yang menakutkan.
"HOEEEEE....." teriak Kurosa.
.
.
"Baiklah, kalian sudah berlatih dengan baik. Besok kita akan latihan lagi." Kata ms. Sheva.
Lalu mereka kembali ke asrama.